Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perubahan Tren Pariwisata Pascapandemi: Inovasi Menuju Pemulihan Ekonomi
17 Desember 2023 9:30 WIB
Tulisan dari Santika Herawati Mas'ud tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global. Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, mulai mengambil langkah serius dengan menerapkan kebijakan lockdown, travel ban, dan physical distancing yang memaksa masyarakatnya membatasi aktivitas sosial di luar rumah sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia pun menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020. Namun, konsekuensi dari kebijakan ini tidak main-main. Pembatasan gerak dan interaksi yang masif menimbulkan gejolak perekonomian secara signifikan. Situasi dunia pun dilingkupi ketidakpastian akibat ancaman krisis kesehatan dan ekonomi yang semakin menantang.
Kondisi seperti ini membuat jumlah daya beli masyarakat semakin menurun sehingga beberapa pelaku usaha pun terkecik dan tidak mampu bertahan karena pendapatan turun drastis. Akibatnya, banyak perusahaan melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja. Terdapat sekitar 2.175.928 pekerja yang terdampak pandemi dari hasil pendataan Kementerian Ketenagakerjaan sejak April hingga Juli 2020.
Indutri pariwisata dan ekonomi kreatif tidak luput dari hantaman pandemi Covid-19. Padahal, Industri pariwisata menjadi sektor andalan penyumbang devisa negara dan memicu pertumbuhan ekonomi nasional. Sayangnya, adanya kebijakan travel ban selama pandemi menyebabkan perubahan yang signifikan dari jumlah wisatawan yang ingin berlibur di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data BPS 2020, Terhitung hanya ada sekitar 4,02 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Angka tersebut turun sebesar 75,03 persen dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 16,11 juta kunjungan sehingga menyebabkan pendapatan negara dari sektor pariwisata turun sekitar Rp20,7 miliar. Tak hanya itu, sekitar 409 ribu tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19.
STRATEGI PEMERINTAH MENUJU KEBANGKITAN EKONOMI MELALUI PARIWISATA BERKELANJUTAN
Selama dua tahun belakangan ini, industri pariwisata Indonesia dihantam keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Silih bergantinya waktu, kondisi pandemi di Indonesia mulai terkendali. Presiden Joko Widodo pun menyampaikan dalam Pernyataan Pers Presiden Republik Indonesia pada tanggal 17 Mei 2022 bahwa pemerintah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan memakai masker di luar ruangan yang tidak padat orang, kecuali sedang berada di ruangan tertutup, transportasi umum, memiliki penyakit komorbid, dan sedang sakit (Humas, 2022). Tak hanya itu, pemerintah tidak lagi memberlakukan aturan tes swab PCR atau antigen ketika ingin melakukan perjalanan dalam negeri maupun luar negeri.
Masa pascapandemi ini dimanfaatkan pemerintah untuk memulihkan keadaan perekonomian nasional, salah satunya menerapkan berbagai kebijakan yang strategis, inovatif, adaptif, dan kolaboratif untuk kebangkitan industri pariwisata Indonesia. Sejalan dengan itu, pemerintah meluncurkan sejumlah program, antara lain pengembangan desa wisata, bantuan secara intensif ke pelaku usaha pariwisata, sertifikat tempat-tempat wisata sesuai standar Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE), dan penyedian fasilitas vaksinasi Covid-19 di lokasi wisata.
ADVERTISEMENT
Industri pariwisata Indonesia pascapandemi perlahan-lahan mulai bangkit kembali. Berdasarkan data BPS, Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 1,07 juta pada September 2023. Meski mengalami penurunan 5,51 persen dibanding Agustus 2023, tetapi mengalami kenaikan 52,76 persen dari September 2022. Sementara itu, secara kumulatif, kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari hingga September 2023 meningkat 143,41 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2023, perjalanan wisatawan nusantara di Indonesia mencapai 192,52 juta perjalanan.
Ternyata, pandemi Covid-19 mengubah tren pariwisata secara global yang mempengaruhi perilaku wisatawan sepanjang tahun 2023. Hal ini lantaran karena setelah hampir dua tahun terkurung dalam rumah, masyarakat butuh melepas hasrat liburannya pada tempat-tempat berkualitas yang memberikan pengalaman baru serta bermanfaat pada kesehatan mental dan pikiran tanpa banyak kerumunan dan tergolong aman. Kini, wisatawan lebih cenderung tertarik dengan konsep wisata yang mengarah pada kelestarian lingkungan dan alam sekitar serta menawarkan kearifan budaya ditambah rekreasi outdoor.
ADVERTISEMENT
Menyikapi perubahan tren pariwisata saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengakselerasi penerapan program yang sudah dirumuskan dalam Rencana Jangka Pendek dan Menengah (RPJMN) 2020-2024, dalam bentuk pariwisata yang berkelanjutan, peningkatan daya saing, penciptaan nilai tambah, transformasi digital, dan peningkatan nilai tambah (Purwowidhu, 2023). Arah kebijakan RPJM 2020-2024 yang dicanangkan oleh pemerintah turut andil dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) pada semua sektor termasuk industri pariwisata. Menariknya, pariwisata berkelanjutan menjadi tren pariwisata di Indonesia pada 2023-2024.
Dalam RPJMN 2020-2024, desa wisita digunakan sebagai sarana membangun desa terpadu untuk mewujudkan transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa sehingga mendorong kemandirian desa, serta menargetkan sebanyak 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024 (Fasa et al., 2022). Desa wisata yang unggul dan mandiri mengedepankan pada infrastruktur, higienis, kebersihan, kesehatan, serta kesiapan informasi teknologi dengan skema 3A yang meliputi atraksi, aksesibilitas, dan amenitas lalu dikembangkan dalam konteks pengembangan desa wisata secara berkelanjutan berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Desa wisata yang dikelola dengan baik berpotensi besar menjawab kebutuhan wisatawan dan tren pariwisata saat ini. Desa wisata juga menawarkan pengalaman yang tak terlupakan dan berkesan bagi wisatawan yang berkunjung melalui daya tarik dari keunikan daerah tersebut.
Desa wisata menjadi pilihan yang tepat bagi masyarakat yang ingin melepas penat dengan mengekplorasi keindahan alam Indonesia yang memanjakan mata dan mempelajari kearifan lokal serta budaya desa setempat. Wisatawan nantinya dapat melihat arsitektur rumah tradisional, menyaksikan pertunjukan budaya, mengikuti kursus seni kerajinan, mencicipi kuliner tradisional yang autentik, dan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal.
Kemenparekraf mencatat pada tahun 2023 terdapat 4.674 desa wisata di Indonesia yang didominasi oleh Provinsi Sulawesi Selatan berjumlah 480 desa wisata. Jumlah tersebut bertambah 36,7 persen dibanding tahun sebelumnya hanya sebesar 3.419 desa wisata saja.
ADVERTISEMENT
Beberapa desa wisata yang telah memanfaatkan digitalisasi promosi dan memiliki sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE) diantaranya, yaitu Desa Wisata Pulau Penyengat, Desa Wisata Perkampungan Adat Nagari Sijunjung, Desa Wisata Botubarani, Desa Wisata Muntei, Desa Wisata Tari Rebo, Desa Wisata Iboih, Desa Wisata Towale, dan masih banyak desa wisata menarik lainnya di Indonesia yang patut dikunjungi minimal sekali seumur hidup.
Selain pengembangan desa wisata, pemerintah juga menetapkan “10 Bali Baru” sebagai upaya mendukung pemerataan pengembangan pariwisata di luar Bali yang direncanakan dalam RPJMN 2020-2024. Selama ini Bali sudah memiliki SDM dengan keterampilan mengelola potensi wilayahnya dengan baik sehingga menjadi destinasi wisata yang paling populer di Indonesia. Selain karena memiliki pesona keindahan alam yang luar biasa, masyarakat Bali yang ramah dan masih mempertahankan tradisi dan budaya lokal menjadi magnet tersendiri untuk mendatangkan wisatawan. Salah satu pertunjukan budaya yang terkenal di Bali adalah pertunjukan Tari Kecak di Amfiteater Pura Uluwatu.
ADVERTISEMENT
Danau Toba, Tanjung Kalayang, Borobudur, Wakatobi, Morotai, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, dan Labuan Bajo dipilih menjadi “10 Bali Baru” karena keunikan dalam memberi pengalaman wisata yang berkesan seperti Bali. Namun selama masa berbenah diri, fokus utama pemerintah adalah mengembangkan daerah Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, Mandalika, dan Likupang yang telah ditetapkan sebagai lima destinasi strategis pariwisata nasional dengan status super prioritas.
Tak ketinggalan, pemerintah juga merencanakan dilangsungkanya 49 event MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition), 37 sport tourism, 38 music and creative event, dan 13 special interest event atau event minat khusus. Contohnya saja pagelaran ajang balap motor MotoGP 2022 seri kedua yang sukses dilaksankan di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 18-20 Maret 2022.
ADVERTISEMENT
Dampak dari sport event tersebut telah memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia sekitar Rp4,5 triliun. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menyampaikan kenaikan pendapatan domestik regional bruto Provinsi Nusa Tenggata Barat sebesar 1,46 persen dengan perbandingan time series data tahunan Year on Year meliputi peningkatan bisnis akomodasi, makanan, dan minuman sebesar 22,29 persen serta usaha transportasi dan pergudangan sebesar 15,36 persen.
Event tersebut mampu membangkitkan perekonomian Indonesia pascapandemi dan setelahnya Indonesia diharapkan mampu membangun citra positif di kancah internasional sebagai pilihan destinasi pariwisata yang nyaman, aman, dan berdaya saing sehingga semakin banyak wisatawan mancanegara tertarik berlibur ke Indonesia.
SINERGI BERSAMA: KOLABORASI KUNCI DALAM MENGEMBANGKAN PARIWISATA
Tidak dapat dipungkiri bahwa dari Sabang hingga Marauke memiliki potensi kekayaan alam dan budaya yang menarik. Pemerintah melalui Kemenparekraf tidak ingin menyia-nyiakan potensi tersebut. Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung, tentunya akan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, mulai dari UMKM yang menjual produk kerajinan lokal, restoran yang menyajikan kuliner tradisional, pagelaran pertujuan kesenian, masyarakat lokal yang menjadi tour guide, hingga pekerjaan yang menawarkan jasa seperti pelayanan hotel. Roda perekonomian di daerah tersebut pun akan terus bergerak.
Kedepannya, pemerintah ingin pariwisata Indonesia konsisten bisa bersaing dengan negara lain. Berkenaan dengan itu, pemerintah tidak bisa jalan sendiri, dibutuhkan penguatan kompetensi SDM untuk menghadirkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Dalam “The Ministers Summit” ajang World Travel Market (WTM) di London di ExCel London pada Senin (6/11/2023), Menparekraf Sandiaga Uno, mengatakan bahwa dari target 15 juta tenaga kerja pariwisata Indonesia pada 2024, sebagian besarnya belum memiliki kompetensi yang sesuai standar nasional dan internasioanl. Untuk itu, Kemenparekraf menargetkan sebanyak 45 ribu pekerja pariwisata tersertifikasi profesional yang prosesnya akan berkolaborasi dengan Lembaga Sertifikat Profesi (LSP).
ADVERTISEMENT
Melalui kegiatan Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 di desa-desa wisata, Kemenparekraf bersama Bank Dunia fokus pemberdayaan SDM dengan membangun kesadaran dan mengembangkan mentalitas serta karakter produktif masyarakat desa. Kegiatan ini diawali tahapan sosialisasi, pelatihan, dilanjut pendampingan.
Pemerintah nantinya akan mengapresiasi melalui Festival Desa Wisata dengan mempromosikan hasil produk inovasi desa wisata dan memberi penghargaan kepada desa-desa yang terlihat keunikannya dari sebelum dan sesudah diberi pendampingan. Tentunya program seperti ini sangat dibutuhkan untuk membangun desa wisata. Para penggerak desa termasuk kelompok masyarakat setempat butuh dibekali motivasi, pemahaman, dan fasilitas untuk mengelola potensi daerahnya secara optimal dan berkelanjutan.
Pemanfaatan digitalisasi tak kalah pentingnya untuk menggaet wisatawan pascapandemi. Digital tourism dimanfaatkan pemerintah untuk mempromosikan destinasi pariwisata melalui berbagai platform media sosial. Adanya branding "Wonderful Indonesia" harus terus digaungkan sebagai identitas pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia dalam memberikan banyak infornasi baru bagi masyarakat mengenai keajaiban alam, budaya, kuliner, rekreasi, dan petualangan di Indonesia yang menakjubkan.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun lalu, Rumah Doa Bukit Rhema atau populer dikenal dengan Gereja Ayam di Magelang menjadi daya tarik wisatawan setelah menjadi lokasi syuting salah salah satu adegan di Film Ada Apa Dengan Cinta? 2. Posisi Gereja Ayam yang berada di atas bukit membuat lokasi ini pilihan yang tepat untuk menyaksikan pemandangan matahari terbit yang muncul dari balik Candi Borobudur.
Kepopuleran sebuah film ternyata berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan. Momentum ini harus dimanfaatkan oleh pemerintah dan stakeholder setempat untuk berkolaborasi dengan pelaku industri film. Pemerintah bisa dengan memberikan kemudahan perizinan tempat untuk produksi suatu karya.
Untuk memicu pertumbuhan industri pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, pemerintah juga menjalin kerja sama dengan beberapa kemitraan. Salah satunya, Kemenparekraf berkerja sama dengan PT Indo Pacific Sheraton selaku perwakilan dari Marriot International Inc. untuk mengembangkan destinasi wisata, investasi di dalam negeri, membuka lebih banyak hotel, dan mendukung pengembangan kompetensi SDM. Melakukan kemitraan dengan sektor swasta itu sangat penting untuk mempercepat peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan publik secara optimal serta membuka lapangan pekerjaan baru.
ADVERTISEMENT
Faktor pendorong lainnya yang membuat banyak masyarakat memilih suatu tempat sebagai tujuan destinasi wisata adalah karena dilihat dari kemudahan akses menuju lokasi wisata tersebut, mulai dari pemesanan tiket perjalanan, mudahnya akses navigasi yang akurat, fasilitas dan transportasi publik yang aman dan nyaman, layangan internet yang lancar, serta pilihan akomodasi yang dilengkapi sertifikat CHSE. Artinya, ini menjadi tugas tambahan bagi pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur.
Satu hal lagi yang harus tidak boleh disepelekan adalah tindakan pungutan liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab di setiap lokasi wisata. Adanya praktik pungutan liar dapat merusak kepercayaan dan loyalitas wisatawan terhadap destinasi wisata, serta dapat mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung kembali (Utami et al., 2023). Menjaga kepercayaan wisatawan itu sangat penting bagi pelaku usaha. Dampaknya, tempat wisata pun bisa saja akan mendapatkan promosi gratis dari wisatawan yang pernah datang.
ADVERTISEMENT
Pesatnya kemajuan teknologi membuat segala sesuatu bisa cepat viral. Wisatawan yang puas akan senang hati merekomendasikan destinasi wisata tersebut dengan membuat konten tentang pengalaman liburannya di media sosial, ditambah dengan menyertakan foto dan lokasi wisata. Tentu, hal itu dapat menarik masyarakat yang melihat konten tersebut untuk berkunjung dilain hari. Namun, apabila kontennya sudah berisi keluhan yang tidak menyenangkan bagi wisatawan, pastinya tempat wisata tersebut langsung mendapat citra buruk sehingga bukan tidak mungkin tidak akan ada lagi masyarakat yang ingin berkunjung.
Pemulihan perekonomian Indonesia pascapandemi tidak akan berjalan lancar tanpa adanya sinergi dan konektivitas yang kuat antara pemerintah dan masyarakat. Untuk itu, segala upaya pemerintah khususnya melalui program-program Kemenparekraf, harus didukung penuh oleh partisipasi masyarakat dengan terus bangga membeli dan menggunakan produk lokal, memilih untuk berlibur ke destinasi wisata di Indonesia, serta gencar promosi berbasis digital maupun secara langsung.
Kedepannya, kebijakan yang strategis, inovatif, adaptif, kolaboratif, dan tepat sasaran diharapkan mampu membangkitkan industri pariwisata Indonesia jauh lebih baik lagi dan melebihi target jumlah wisatawan yang telah direncanakan. Dengan kemajuan industri pariwisata Indonesia tentunya berkontribusi dalam kebangkitan perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Fasa, A. W. H., Berliandaldo, M., & Prasetio, A. (2022). Strategi Pengembangan Desa Wisata Berkelanjutan di Indonesia: Pendekatan Analisis Pestel. Jurnal Kajian, 27(1), 72. https://doi.org/10.22212/kajian.v27i1.3612
Humas. (2022). Pernyataan Pers Presiden RI terkait Pelonggaran Penggunaan Masker. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Purwowidhu, C. (2023). Kian Melesat di 2023, Pariwisata Indonesia Bersiap Menuju Level Prapandemi. Mediakeuangan.Kemenkeu.
Utami, R. A., Adiatma, D., & Rukma, D. F. S. (2023). Pengaruh Tourist Experience dan Pungutan Liar Terhadap Minat Berkunjung Kembali di Kawasan Cipanas Garut. Jurnal Master Pariwisata, 10(1), 71. https://doi.org/10.24843/JUMPA.2023.v10i01.p03