Konten dari Pengguna

Negara-negara Kepulauan Kecil Pasifik Terancam Tenggelam Akibat Pemanasan Global

Sarah Novianti
Mahasiswa Hubungan Internasional UGM
13 Juli 2021 20:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarah Novianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi banjir dan kenaikan air laut akibat pemanasan global. Image by <a href="https://pixabay.com/users/j_lloa-1454991/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=965092">J Lloa</a> from <a href="https://pixabay.com/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=965092">Pixabay</a>
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi banjir dan kenaikan air laut akibat pemanasan global. Image by <a href="https://pixabay.com/users/j_lloa-1454991/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=965092">J Lloa</a> from <a href="https://pixabay.com/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=965092">Pixabay</a>
ADVERTISEMENT
Meningkatnya suhu rata-rata atmosfer bumi dari waktu ke waktu semakin berdampak pada kehidupan manusia utamanya bagi negara-negara kepulauan akibat meningkatnya permukaan air laut. Kenaikan permukaan air laut kini sudah menjadi ancaman nyata bagi negara-negara di kawasan Pasifik, pulau-pulau kecil diperkirakan akan tenggelam dan hilang karena permukaan air laut mengalami kenaikan antara 6 hingga 8 inci. Antartika telah kehilangan lebih dari 100 kilometer kubik es pertahun sejak tahun 2002 dan diperkirakan pada tahun 2100 kenaikan permukaan air laut akan mencapai 20 inci.
ADVERTISEMENT
Menurut data dari NASA, tahun ini es di laut Arktik menyusut dan menjadi tingkat terendah kedua sejak catatan modern di akhir tahun 1970-an. Menurut analisa data satelit NASA dan Pusat Data Es dan Salju Nasional Universitas Colorado luas minimum es di Laut Arktik per 15 September 2020 diperkirakan tinggal 1.44 juta mil persegi atau 3,74 juta kilometer persegi.
Dampak mencairnya es di Laut Arktik, Samudera Antartika dan Greenland selain mengakibatkan hilangnya cadangan sumber air mineral namun juga mengakibatkan meningkatnya permukaan air laut yang berdampak pada tenggelamnya pulau-pulau kecil di negara-negara kepulauan di seluruh dunia terutama di kawasan Pasifik.
Photo by <a href="https://unsplash.com/@agustinl?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Agustín Lautaro</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/ice-melting?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a>
Menurut data Special Report on Oceans and Cryosphere pada Interngovernmental Panel on Climate Change tahun 2019, air yang dihasilkan dari mencairnya es telah berkontribusi pada meningkatnya sepertiga dari total kenaikan level laut global. Lapisan es mencair dan menyusut terutama pada musim panas, gelombang panas Siberia pada musim semi 2020 membuat es di laut Arktik mencair lebih dini dengan suhu mencapai 80 hingga 100 celcius lebih hangat dibandingkan suhu rata-rata yang mengakibatkan luas es semakin menyusut.
ADVERTISEMENT
Meningkatnya permukaan air laut di negara-negara kepulauan Pasifik telah memaksa ratusan ribu orang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal dan bencana gelombang besar. Pulau-pulau yang mereka diami perlahan tenggelam akibat air laut yang meninggi, bahkan di Negara Kiritimati air laut naik lebih dari 2 meter. Selain mengancam keberlangsungan hidup penduduk di perubahan iklim juga mengancam budaya lokal setempat, spesies-spesies langka dan ekosistem hayati yang indah.
Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang terdampak, selalu aktif dalam memperkuat kerja sama perubahan iklim dengan Pasifik, terkahir pada KTT Pacific Islands Forum ke-50 di Tuvalu. Kepentingan Indonesia sama seperti negara-negara kepulauan lainnya yaitu menyadarkan betapa ancaman pemanasan global harus menjadi konsen bersama untuk menyelamatkan negara-negara kepulauan.
ADVERTISEMENT
Kini saatnya semua negara mulai menyadari ancaman nyata pemanasan global, bukan lagi sekadar pola dan siklus alami bumi namun sebuah dampak dari aktivitas manusia yang sudah melampaui batas. Sayangnya banyak negara terutama negara-negara industri maju yang kurang peduli terhadap ancaman ini karena tidak merasakan dampak nyata dari pemanasan global.
Tanggapan dari negara-negara maju sejauh ini bersifat politis, padahal perusahaan-perusahaan multinasional dan industri mereka menyumbang efek terbesar pemanasan global. Tidak adanya definisi pengungsi korban perubahan iklim juga menjadi hambatan dalam penyelesaian isu ini, kategori pengungsi ini tidak diakui dalam Konvensi PBB 1951 tentang pengungsi.
Perlu tindakan bersama dari seluruh negara besar maupun kecil untuk menentukan kebijakan dan solusi bersama dalam menghadapi ancaman pemanasan global. Tindakan tegas PBB juga diperlukan dalam menentukan konsekuensi hukum dari perubahan iklim melalui hukum dan rezim internasional yang harus dihormati terutama oleh negara industri maju.
ADVERTISEMENT
Karena pada akhirnya ancaman pemanasan global seperti anomali cuaca, kerusakan lingkungan, ancaman terhadap kepunahan flora dan fauna, kerusakan ekosistem, ancaman pangan, isu migrasi dan lainnya berdampak bagi seluruh kehidupan di bumi.