Konten dari Pengguna

Pulau Penyengat: Destinasi Wisata Sejarah yang Memukau di Tanjungpinang

Sasqia Nur Hasanah
Mahasiswi Program Studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
8 Desember 2024 13:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sasqia Nur Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. (Foto: dokumen penulis/Sasqia Nur Hasanah)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. (Foto: dokumen penulis/Sasqia Nur Hasanah)
ADVERTISEMENT
Pulau Penyengat adalah sebuah pulau kecil di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, yang berjarak kurang lebih 2 km dari Kota Tanjungpinang. Pulau ini dapat ditempuh dari Tanjungpinang dengan menggunakan perahu motor atau lebih dikenal dengan sebutan kapal pompong. Menyebrangi lautan dengan kapal pompong memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit dengan ongkos sekali jalan Rp10.000,00 per orang.
ADVERTISEMENT

Peninggalan Bersejarah di Pulau Penyengat

Pulau Penyengat merupakan salah satu objek wisata di Kepulauan Riau. Di pulau ini menyimpan berbagai peninggalan bersejarah yang menarik perhatian wisatawan, baik wisatawan lokal maupun internasional, seperti dari Singapura ataupun Malaysia. Adapun berbagai peningalan bersejarah di antaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau, makam pembesar Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga, seperti makam Yang Di-Pertuan Muda IV Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga, Raja Haji Fisabilillah, dan Makam Engku Putri Raja Hamidah, Makam Pahlawan Nasional Bahasa Indonesia Raja Ali Haji, Komplek Istana Kantor, Benteng Pertahanan Bukit Kursi, Gedung Mesiu dan lainnya.

Masjid Raya Sultan Riau

Ilustrasi Masjid Raya Sultan Riau. (Foto: dokumen penulis/Sasqia Nur Hasanah)
Di Pulau Penyengat terdapat sebuah masjid yang bernama Masjid Raya Sultan Riau. Masjid Raya Sultan Riau merupakan salah satu masjid tertua dan bersejarah di Indonesia. Masjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang ada di Kota Tanjungpinang. Masjid ini berwarna kuning cerah. Pada bagian atap masjid terdapat 13 kubah dan 4 menara, bila dijumlahkan keseluruhannya menjadi 17. Maksud dari 17 ini adalah melambangkan jumlah rakaat sholat fardhu lima waktu sehari semalam dalam agama Islam.
ADVERTISEMENT
Masjid Raya Sultan Riau terkenal karena bangunan masjid terbuat dari adonan semen yang bercampur dengan putih telur dan kapur. Di dalam Masjid Raya Sultan Riau, terdapat sebuah Al-Qur’an dari hasil tulisan tangan Abdurrahman Stambul yang terletak di depan pintu masuk utama masjid. Al-Qur'an ini ditutupi dengan kaca agar tidak ada sembarangan orang yang menyentuhnya.

Komplek Makam Engku Putri Raja Hamidah

Di Pulau Penyengat, terdapat beberapa makam pembesar Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga yang bisa pengunjung datangi. Di antaranya adalah Makam Yang Di-Pertuan Muda IV Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga, Raja Haji Fisabilillah dan Makam Engku Putri Raja Hamidah. Adapun Raja Haji Fisabilillah, atas jasanya memimpin peperangan Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga atau dikenal dengan sebutan Perang Riau pada tahun 1782/1784. Dalam perang ini, beliau berhasil mengalahkan Belanda sehingga Presiden Republik Indonesia mengangkat Raja Haji Fisabilillah menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 1997. Di Tanjung Buntung, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, didirikan sebuah monument perjuangan Raja Haji Fisabililah.
ADVERTISEMENT
Lalu, terdapat Makam Raja Ali Haji (1808-1873), atas jasanya dalam pembinaan Bahasa Melayu yang kemudian menjadi Bahasa Indonesia dengan kitabnya Bustan Al-Katibin (yang terbit tahun 1857), Kitab Pengetahuan Bahasa (yang terbit tahun 1929), dan Gurindam 12 (yang terbit tahun 1853). Atas jasanya tersebut, Presiden Republik Indonesia mengangkat Raja Ali Haji menjadi Pahlawan Nasional Bahasa Indonesia pada tahun 2004. Selain itu, terdapat pula makam-makam dari tokoh Kerajaan Melayu lainnya.
Saat ini, Pulau Penyengat menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Tanjungpinang, yang memiliki berbagai peninggalan bersejarah atau cagar budaya yang menarik. Masyarakat di Pulau Penyengat ini selalu menjaga kelestarian budayanya, serta memperkenalkan budaya Melayu kepada pengunjung. Oleh karena itu, jika ingin berwisata ke Kota Tanjungpinang, pastikan untuk menyempatkan diri mengunjungi Pulau Penyengat.***
ADVERTISEMENT
(Sasqia Nur Hasanah, Mahasiswi Program Studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu budaya, Universitas Gadjah Mada)