Konten dari Pengguna

Wartawan Amplop, Penghancur Kepercayaan Publik?

Bella Sabatini Sinaga
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
2 September 2024 11:27 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bella Sabatini Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Savvas Stavrinos: https://www.pexels.com/photo/monochrome-photography-of-people-shaking-hands-814544/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Savvas Stavrinos: https://www.pexels.com/photo/monochrome-photography-of-people-shaking-hands-814544/
ADVERTISEMENT
Wartawan amplop, istilah ini mungkin sering kita dengar ketika membicarakan media di Indonesia. Tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan wartawan amplop? Singkatnya, wartawan amplop adalah wartawan yang menerima uang atau hadiah dari narasumber sebagai imbalan untuk menulis atau tidak menulis berita tertentu. Praktik ini jelas merusak integritas jurnalisme, yang seharusnya bertumpu pada objektivitas dan independensi.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mempercayai berita yang disampaikan oleh wartawan seperti ini? Apakah informasi yang kita dapatkan benar-benar berdasarkan fakta, atau sudah dipengaruhi oleh kepentingan tertentu? Dengan menerima amplop, wartawan kehilangan kebebasannya untuk menulis kebenaran, dan berita yang disajikan kepada publik menjadi bias dan tidak lagi dapat diandalkan.
Lebih jauh lagi, bagaimana dampaknya terhadap kepercayaan publik terhadap media? Jika masyarakat mulai meragukan kejujuran media, apakah mereka masih akan mempercayai berita yang mereka baca atau tonton? Padahal, media seharusnya menjadi pilar keempat demokrasi yang mengawasi dan melaporkan kebenaran, bukan malah menjadi alat untuk kepentingan segelintir pihak.
Jadi, apa yang harus kita lakukan sebagai pembaca atau konsumen media? Kita perlu lebih kritis dalam mengonsumsi berita, memeriksa sumber informasi, dan mendukung jurnalis yang bekerja dengan integritas. Pada akhirnya, media yang bebas dari kepentingan adalah kunci untuk menjaga demokrasi dan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Apakah kita ingin tetap mempercayai media yang seharusnya menjadi mata dan telinga kita, atau justru membiarkan praktik wartawan amplop merusak kepercayaan yang sudah kita berikan?
Itu semua kembali kepada kita.***
Bella Sabatini Sinaga, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Andalas