Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Penantian Panjang Kota Liverpool
6 Februari 2022 9:30 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Sehan Gerin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selain kota kelahiran band ternama The Beatles, Liverpool juga merupakan kota tempat salah satu tim sepakbola terbesar di dunia dilahirkan, yaitu Liverpool FC. Tim sepakbola itu didirakan pada tahun 1892 dan dari situlah segala bentuk perjalanan Liverpool FC dimulai. Namun, tim ini seakan baru menemukan identitasnya ketika dinahkodai oleh Bill Shankly pada tahun 1959.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari situ tim ini mulai membangun dinastinya bersama dengan seorang Bill Shankly, bahkan seisi kota Liverpool mengakui bahwa mereka sangat berhutang pada beliau. Segala proses demi proses dilewati hingga pada akhirnya Liverpool FC mulai diakui dunia sebagai salah satu tim yang cukup menakutkan di daratan eropa. Secara perlahan Liverpool menjelma menjadi salah satu tim tersukses di Inggris, bahkan selepas peninggalan Bill Shankly yang memutuskan untuk pensiun, Liverpool FC masih bersaing di level teratas Liga Inggris dan Eropa.
Hingga memasuki musim 1989/1990, Liverpool saat itu sudah dinahkodai salah satu legenda mereka yaitu Kenny Dalglish dan ujung tombak tim dipimpin oleh penyerang andalan yaitu Ian Rush dan John Barnes, tim tersebut berhasil menyelesaikan musim di posisi teratas dan keluar sebagai juara pada saat itu. Seluruh pemain, penggemar, dan seisi kota berpesta untuk merayakan gelar juara ke-18 milik mereka, sekaligus membuat Liverpool FC menjadi tim dengan perolehan juara liga terbanyak pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Namun, itu hanyalah awal cerita dari penantian dan puasa panjang kota Liverpool dan seisinya. Memasuki musim 1990/1991, semuanya tidak berjalan dengan baik bagi sang juara bertahan, disusul dengan kepergian sang legenda, Kenny Dalglish pada 2 Februari 1991. Mulai musim itu, Liverpool terus menerus gagal untuk mengulang kesuksesannya secara domestik walaupun di kancah internasional mereka masih bisa bersaing.
Liverpool sejatinya tidak pernah kehilangan nama-nama besar. Ada Michael Owen, Robbie Fowler, Xabi Alonso, Jamie Carragher, Fernando Torres, Luis Suarez, dan Philip Coutinho yang silih berganti membela tim asal kota Liverpool ini namun seperti terkena kutukan, mereka masih saja tidak bisa mengulang kesuksesan masa lalu mereka dan hanya dapat bergantung pada sejarah saja.
ADVERTISEMENT
Bahkan Steven Gerrard yang telah menjadi ikon Liverpool dan sosok yang dicintai oleh seisi kota Liverpool serta penggemarnya di seluruh dunia tidak bisa menyumbangkan satu pun gelar liga padahal telah mengabdi selama 17 tahun. Dirinya mampu mempersempahkan gelar Piala Eropa dan kejuaraan domestik lainnya, namun untuk Piala Liga Inggris sendiri rasanya sangat sulit untuk dicapai.
Tiga kali Liverpool hampir saja mematahkan kutuk tersebut, pada tahun 2009 ketika lini tengah masih dipimpin oleh Steven Gerrad-Xabi Alonso serta ada Fernando Torres yang berduet dengan Dirk Kuyt di ujung tombak, namun mereka harus puas dengan gelar runner-up akibat hasil imbang yang terlalu banyak. Kemudian pada tahun 2014 ketika duet Luis Suarez dan Daniel Sturridge memanas, itu hampir saja berbuah gelar juara, namun semua harus pupus ketika sang kapten terpleset di lapangan dan menghancurkan momentum tim. Berlanjut pada tahun 2019, mereka berhasil memecahkan rekor poin terbanyak sepanjang sejarah namun tak lama kemudian, rekor itu kembali pecah oleh Manchester City yang mengakibatkan mereka kembali gagal untuk keluar sebagai juara.
ADVERTISEMENT
Bahkan sejak tahun 2007, Liverpool tidak sanggup memenangkan gelar apa pun dan menjelma menjadi tim papan tengah yang tak mampu bersaing lagi. Namun harapan itu muncul ketika pertengahan musin 2015/2016, Liverpool memecat Brendan Rodgers dan menunjuk pria asal Jerman yang bernama Juergen Klopp sebagai nakhoda tim. Secara perlahan dia menghidupkan kembali jiwa Liverpool yang tertidur dan memperkokoh fondasi tim.
Liverpool sekali lagi diisi oleh pemain berkelas dunia, bahkan Liverpool kini mampu menciptakan pemain yang bukan siapa-siapa menjadi pemain yang sungguh luar biasa. Dimulai dari Sadio Mane, Roberto Firmino, Mohammad Salah, Virgil Van Dijk, Trent Alexander-Arnold, dan bahkan sang kapten Jordan Henderson kembali mendapatkan hormat yang selama ini hilang entah ke mana. Liverpool kembali menjadi menakutkan dan seakan siap menerkam siapa saja yang mengadang. Walaupun gagal menjuarai liga pada tahun 2019 namun tim ini akhirnya mampu menjuarai Piala Eropa, mengalahkan tim asal Inggris lainnya yaitu Tottenham Hotspurs di stadion Wanda Metropolitano, Madrid. Banyak keajaiban yang terjadi tahun itu, termasuk pertandingan ajaib melawan tim asal Catalan, Barcelona.
ADVERTISEMENT
Memasuki musim 2019/2020, Liverpool hanya mendatangkan beberapa pemain muda serta pelapis tim utama mereka dan melepas pemain-pemain yang dianggap sudah selesai masanya. Setelah berjalannya musim, penggemar dari Liverpool FC seakan tidak bisa menahan kegembiraannya karena tim yang mereka cintai berada di jalur yang sangat positif. Sebanyak 27 pertandingan liga pertama, mereka berhasil memenangkan 26 pertandingan dan hanya imbang sebanyak satu kali saja.
Pada pertengahan musim, ketakutan mulai muncul karena kompetisi harus dihentikan untuk sementara karena adanya wabah virus Covid-19 namun setelah berbagai protokol yang telah dilalui maka Liga Inggris kembali berjalan tanpa adanya penonton. Hingga pada akhirnya kemenangan Chelsea atas Manchester City membantu Liverpool mengunci gelar juara Liga Inggris pertama mereka setelah harus puasa selama 30 tahun. Seisi kota Liverpool meledak, semua orang berpesta dan bersuka cita. Setelah tiga dekade mereka lewati, banyak hinaan yang mereka terima dan setelah segala penantian panjang itu, kota Liverpool akhirnya merayakan gelar juara lagi.
ADVERTISEMENT
Bagi penggemar Liverpool, mereka tidak akan pernah berhenti mencintai Liverpool apa pun situasinya, Liverpool mengajarkan arti dari dedikasi, kesabaran, dan pantang menyerah. Ini adalah pembukaan puasa paling manis yang pernah mereka rasakan dan ini adalah penantian panjang yang paling tidak sia-sia sepanjang hidup mereka. Kisah ini akan selamanya terukir di atas tanah kota Liverpool.