Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Hari Raya Galungan dan Kuningan serta Maknanya
26 September 2024 10:38 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari artikel unud.ac.id, Memaknai Galungan dan Kuningan, meski sering disebut bersamaan, Galungan dan Kuningan memiliki makna dan ritual yang berbeda, namun saling berkaitan.
Hari Raya Galungan dirayakan umat Hindu pada 210 hari, yaitu hari Budha Kliwon Dungulan dalam kalender Bali. Sedangkan Kuningan jatuh 10 hari setelah Hari Raya Galungan, yaitu pada Saniscara atau Sabtu Kliwon Wuku Kuningan.
Cerita Hari Raya Galungan dan Kuningan
Cerita Hari Raya Galungan dan Kuningan berawal dari kepercayaan bahwa pada hari ini para leluhur turun ke bumi untuk melihat keturunan mereka.
Umat Hindu akan mempersiapkan diri menyambut roh leluhur dengan upacara yang penuh syukur dan penghormatan.
Persiapan untuk Hari Raya Galungan dimulai beberapa hari sebelumnya. Salah satu simbol utama dari Galungan adalah penjor, yaitu tiang bambu yang dihias dengan janur, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya.
ADVERTISEMENT
Penjor (tiang bambu) ditempatkan di depan rumah sebagai simbol persembahan kepada para dewa. Selain itu, umat Hindu juga melakukan sembahyang di Pura dan di rumah masing-masing untuk memohon perlindungan serta kesejahteraan.
Pada hari Galungan, umat Hindu percaya bahwa para Dewa dan roh leluhur datang ke bumi untuk memberikan berkah kepada keturunan mereka. Ritual Galungan juga meliputi persembahan berupa makanan tradisional seperti lawar dan babi guling.
Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan
Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan. Kuningan adalah hari penutupan dari rangkaian perayaan Galungan, dan pada hari ini, para leluhur kembali ke alamnya.
Nama "Kuningan" berasal dari kata 'kuning', yang melambangkan kemakmuran dan kebijaksanaan. Pada hari ini, umat Hindu memberikan persembahan khusus yang disebut tamiang dan endongan sebagai simbol perlindungan dan kesejahteraan.
ADVERTISEMENT
Ritual di Hari Kuningan cenderung lebih sederhana dibandingkan Galungan, namun tetap sarat makna. Upacara dilakukan di pagi hari dengan persembahan yang berwarna kuning, melambangkan kebijaksanaan dan harapan agar umat manusia selalu berada dalam kebaikan dan kedamaian.
Kisah kemenangan Dharma melawan Adharma menjadi pelajaran bagi semua umat untuk selalu menjalani hidup dalam kebenaran, menjaga hubungan dengan leluhur, dan selalu bersyukur kepada Tuhan.
Sehingga cerita Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan momen penting dalam kehidupan umat Hindu . Melalui perayaan ini, perlu diingat pentingnya menjaga keseimbangan antara kebenaran dan kejahatan dalam kehidupan.