Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kisah Geger Pecinan di Kartasura pada Masa Pendudukan VOC
20 Oktober 2023 19:59 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tindakan tersebut membuat masyarakat Tionghoa melarikan diri ke wilayah Jawa Tengah dan bergabung dengan Mataram. Walaupun sempat bersekutu pada tahun 1741, kenyataannya Sunan Pakubuwono II berbalik mendukung VOC pada tahun 1742.
Kisah Geger Pecinan di Kartasura
Kisah Geger Pecinan di Kartasura merupakan salah satu peristiwa besar pada masa pendudukan VOC di Indonesia tahun 1742. Layaknya peristiwa besar lain, peristiwa Geger Pecinan pun mempunyai latar belakang.
Peristiwa tersebut bermula dari pembantaian VOC terhadap masyarakat Tionghoa di Batavia pada 9 – 10 Oktober 1740. VOC membakar rumah masyarakat Tionghoa dan melakukan eksekusi.
Tindakan tersebut tentu membuat masyarakat Tionghoa mengambil sikap. Masyarakat Tionghoa melarikan diri ke Jawa Tengah dan bersekutu dengan kekuatan Mataram.
ADVERTISEMENT
Saat itu, para pemimpin Tionghoa melakukan sumpah untuk setia kepada Raja Mataram, Sunan Pakubuwana II untuk mengusir VOC dari tanah Jawa. Sejak saat itu, masyarakat Jawa Mataram dan Tionghoa bersekutu untuk melawan VOC.
Namun, terjadi pelanggaran sumpah pada tahun 1742. Pakubuwana II berbalik mendukung VOC karena melihat kekalahan sekutu Jawa – Tionghoa di beberapa tempat.
Kondisi Pakubuwana II yang berbalik mendukung VOC tentu menimbulkan respons dari masyarakat Tionghoa. Dikutip dari buku Zaman Kalasurasa, Wahyudi (2015: 275), masyarakat itu mengamuk dan menghancurkan istana Kartasura.
Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Geger Pecinan tahun 1742. Sementara Pakubuwana dan prajuritnya melarikan diri ke Magetan, Raden Mas Garendi dinobatkan sebagai Raja Mataram dengan gelar Sunan Amangkurat IV.
ADVERTISEMENT
Walaupun Tionghoa – Jawa berhasil menduduki Kartasura, kenyataannya perang belum berhenti sampai di sana. Pasalnya, Pakubuwana II, VOC, beserta pasukan Madura bersatu untuk menyusun kekuatan untuk menyerang Kartasura dari tiga penjuru.
Serangan tersebut dipimpin oleh Cakraningrat. Setelah serangan dilakukan secara bertubi-tubi, Sunan Amangkurat IV bersama sisa pasukannya mengungsi ke wilayah selatan.
Berdasarkan ulasan di atas, dapat diketahui bahwa kisah Geger Pecinan di Kartasura memiliki unsur perebutan kekuasaan. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa peristiwa tersebut berawal dari tindakan VOC terhadap masyarakat Tionghoa di Batavia . (AA)