Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Kisah Salahuddin Al-Ayyubi Pendiri Dinasti Ayyubiyyah Mesir
11 Maret 2025 18:55 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kisah Salahuddin Al-Ayyubi, atau dikenal sebagai Saladin dalam sejarah Barat, adalah salah satu tokoh Muslim paling berpengaruh di abad ke-12. Ia adalah pemimpin yang bijaksana, pemberani, dan penuh strategi dalam Perang Salib.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari bintangpusnas.perpusnas.go.id, Seri Sejarah Kekaisaran dan Imperium Dunia: Dinasti Ayyubiyah, Salahuddin juga merupakan pendiri Dinasti Ayyubiyyah, yang berkuasa di Mesir, Suriah, Yaman, dan sebagian wilayah Afrika Utara.
Kisah Salahuddin Al-Ayyubi, Pendiri Dinasti Ayyubiyyah Mesir
Kisah Salahuddin Al-Ayyubi lahir pada tahun 1137 di Tikrit, wilayah yang kini termasuk dalam Irak. Nama aslinya adalah Yusuf bin Ayyub
Ia berasal dari keluarga Kurdi yang memiliki latar belakang militer. Sejak kecil, ia mendapatkan pendidikan dalam bidang militer, politik, dan agama.
Karier militernya dimulai ketika ia bergabung dengan pasukan Nuruddin Zanki, penguasa Muslim di Suriah, yang sedang berjuang melawan pasukan Salib. Keahliannya dalam strategi perang membuatnya naik pangkat dengan cepat.
Mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir
Pada tahun 1169, Salahuddin dikirim ke Mesir sebagai vizier (perdana menteri) oleh Nuruddin Zanki. Saat itu, Mesir berada di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah, yang beraliran Syiah.
ADVERTISEMENT
Dengan kepemimpinan yang cerdas dan taktik diplomasi yang kuat, Salahuddin berhasil menguasai Mesir dan mengakhiri pemerintahan Fatimiyah pada tahun 1171.
Setelah kematian Nuruddin Zanki pada 1174, Salahuddin memantapkan kekuasaannya dan mendirikan Dinasti Ayyubiyyah. Kemudian ia mengembalikan ajaran Sunni sebagai mazhab utama di Mesir dan wilayah sekitarnya.
Salah satu momen paling bersejarah dalam kepemimpinan Salahuddin adalah Perang Salib Ketiga. Pada tahun 1187, ia berhasil merebut kembali Yerusalem dari pasukan Salib dalam Pertempuran Hattin.
Kemenangannya ini sangat penting karena Yerusalem telah berada di bawah kendali pasukan Salib selama hampir 88 tahun.
Berbeda dengan kebrutalan pasukan Salib saat merebut Yerusalem pada 1099, Salahuddin justru menunjukkan sikap ksatria dan toleransi terhadap penduduk kota.
Ia memberikan kebebasan kepada umat Kristiani untuk meninggalkan kota dengan selamat atau tetap tinggal dengan membayar pajak perlindungan.
ADVERTISEMENT
Salahuddin meninggal pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Meski menjadi salah satu pemimpin paling berpengaruh, ia meninggal dalam keadaan sederhana tanpa meninggalkan banyak harta.
Warisan terbesar Salahuddin adalah Dinasti Ayyubiyyah, yang bertahan hingga awal abad ke-13. Ia juga dikenang sebagai pemimpin yang adil, religius, dan penuh belas kasih, bahkan oleh lawan-lawannya di dunia Barat.
Kisah Salahuddin Al-Ayyubi mengajarkan nilai keberanian, kebijaksanaan, dan toleransi. Sehingga menjadikannya salah satu tokoh Muslim terbesar dalam sejarah dunia. (Aya)