Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kronologi Perang Padri serta Latar Belakang Peristiwanya
17 Desember 2023 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perang Padri adalah peperangan antara kaum adat di wilayah Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat dan kaum Padri. Kronologi Perang Padri diawali dengan perbedaan ajaran atau pandangan antara kaum Padri dan kaum adat.
ADVERTISEMENT
Menurut Ruspandi dalam Perang Padri, Perang Padri berlangsung sejak tahun 1807 sampai 1837 di wilayah Sumatera Barat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kronologi Perang Padri, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Latar Belakang Perang Padri
Sebelum membahas lebih lanjut seputar kronologi Perang Padri , sebaiknya pahami dulu latar belakangnya. Adapun latar belakang Perang Padri adalah akibat perbedaan prinsip antara kaum Padri dengan kaum Adat di wilayah Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat.
Perbedaan pendapat tersebut berkaitan dengan kebiasaan masyarakat kerajaan antara kaum Islam dan adat. Hal itu bermula ketika tiga orang yang pulang dari haji pada 1803 ingin menerapkan syariat Islam secara lebih sempurna pada lingkungan masyarakat Minangkabau.
Di sisi lain, kaum adat memiliki berbagai kebiasaan yang berbeda, termasuk judi dan sabung ayam. Hal itu menimbulkan perselisihan paham kaum Padri karena dianggap melanggar ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut yang memicu meletusnya perang antara kaum Padri yang dipimpin oleh Harimau Nan Salapan serta kaum Adat di bawah pimpinan Sultan Arifin Muningsyah.
Kronologi Perang Padri
Pada perkembangannya, kaum Padri tidak gentar untuk mengajak masyarakat agar mau meninggalkan perbuatan yang melanggar ajaran Islam. Hal itu justru memicu terjadinya konflik dan perang saudara.
Adapun puncak kronologi Perang Padri terjadi pada 1815 ketika kaum Padri saat itu dipimpin oleh Tuanku Pasaman atau Harimau Nan Salapan yang berusaha menyerang Kerajaan Pagaruyung. Hal itu membuat Sultan Arifin Muningsyah melarikan diri, sehingga kaum Padri mampu menekan masyarakat adat.
Akhirnya, pada 1821, kaum adat meminta bantuan kepada pihak Belanda karena merasa terdesak. Pada 4 Maret 1822, di bawah pimpinan Letnan Kolonel Raaff, Belanda berhasil mengusir kaum Padri dari Kerajaan pagaruyung.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Belanda bersama kaum Adat pun mendirikan benteng Fort Van der Capellen di Batusangkar dan memusatkan kekuatan di daerah Lintau.
Berikutnya, pada 10 Juni 1822, Belanda kembali bergerak menuju Tanjung Alam, tetapi dihadang oleh kaum Padri. Meski begitu, Belanda berhasil mengalahkannya.
Perang tersebut dilanjut pada 15 November 1825 ketika dilangsungkan Perjanjian Masang antara kaum Padri dengan Belanda. Saat itu, kaum Padri berada di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Namun, di saat bersamaan, Belanda sedang kewalahan dengan Perang Jawa dan konflik di Eropa, sehingga kaum Padri pun berusaha memperbaiki situasi.
Pada 11 Januari 1833, kaum Padri akhirnya bersatu dengan kaum Adat untuk menyerang Belanda di Fort de Kock, Bukittinggi. Akhirnya, Belanda pun mengeluarkan Plakat Panjang yang berisi tentang tujuannya mengunjungi Minangkabau untuk perdagangan dan keamanan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, alasan tersebut hanya suatu taktik untuk membujuk masyarakat. Akhirnya, pada 1837, Belanda menyerang pasukan Padri dan Tuanku Imam Bonjol pun tertangkap.
Peperangan tetap berlanjut di bawah pimpinan Tuanku Tambusah sampai akhirnya Belanda meraih wilayah Dalu-Dalu pada 28 Desember 1838. Setelah itu, Perang Padri berakhir pasca Tuanku Tambusai melarikan diri bersama pasukannya.
Demikian beberapa informasi seputar latar belakang dan kronologi Perang Padri. [ENF]