Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Legenda Si Pitung, Jagoan Betawi yang Tak Terlupakan
20 September 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Legenda Si Pitung adalah kisah yang melekat dalam budaya masyarakat Betawi. Tokoh ini dianggap sebagai pahlawan dan simbol perjuangan rakyat melawan ketidakadilan.
ADVERTISEMENT
Melalui cerita-cerita tentang Si Pitung, pengguna dapat memahami nilai-nilai keberanian dan kepedulian terhadap sesama.
Legenda Si Pitung
Dikutip dari jakarta.go.id, berikut cerita mengenai legenda Si Pitung, jagoan rakyat Betawi yang tak terlupakan.
Si Pitung, lahir di Rawa Belong, Batavia , pada tahun 1866, menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap ketidakadilan di masa penjajahan.
Kisahnya menggabungkan unsur heroik dan kontroversial, di mana ia dianggap sebagai pahlawan dalam pandangan masyarakat Betawi, namun sebagai penjahat dalam narasi Belanda.
Si Pitung, yang nama aslinya adalah Salihun, dikenal karena aksi-aksinya melawan ketidakadilan. Berasal dari keluarga sederhana, Pitung menghabiskan masa kecilnya belajar mengaji dan berlatih pencak silat.
Legenda menyebutkan bahwa julukan "Si Pitung" berasal dari frasa Jawa yang berarti "tujuh sekawan tolong-menolong", menggambarkan solidaritasnya dengan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kisahnya dimulai saat ia menghadapi para pencuri yang merampok barang dagangannya.
Setelah peristiwa itu, Pitung, yang awalnya menolak, akhirnya bergabung dengan kelompok perampok untuk melawan ketidakadilan. Dalam banyak versi, Pitung menggunakan kecerdikannya untuk menyamar sebagai pegawai pemerintah, sehingga dapat menipu dan merampok orang-orang kaya yang korup.
Salah satu momen penting dalam legenda Si Pitung adalah saat ia ditangkap oleh petugas polisi Belanda, Van Hinne. Dalam penangkapan tersebut, Pitung berhasil melarikan diri dengan berbagai cara yang dianggap supernatural.
Kematian Pitung terjadi pada 14 Oktober 1893, setelah terlibat baku tembak dengan pihak berwajib.
Versi cerita mengatakan bahwa ia dibunuh setelah kesaktiannya hilang, baik karena potongan rambutnya atau karena kehilangan jimatnya.
ADVERTISEMENT
Setelah kematiannya, makam Si Pitung dijaga ketat oleh pihak Belanda, karena mereka khawatir akan munculnya mitos bahwa ia akan bangkit kembali.
Hingga kini, cerita Si Pitung tetap hidup dalam berbagai bentuk kesenian, seperti syair dan lenong, serta menjadi simbol perjuangan melawan penindasan.
Dengan beragam interpretasi, Si Pitung mencerminkan kompleksitas perlawanan sosial. Ia bukan hanya perampok, tetapi juga pahlawan bagi banyak orang Betawi yang merasa tertekan oleh kekuasaan penjajah.
Baca Juga : Legenda Gunung Tampomas Cerita Rakyat Jawa Barat