Konten dari Pengguna

Masa Kekuasaan Sultan Malik Al Saleh yang Membentuk Kesultanan Aceh

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
29 November 2024 21:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi masa kekuasaan Sultan Malik Al Saleh. Foto: Pexels.com/MAMADO CONF
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masa kekuasaan Sultan Malik Al Saleh. Foto: Pexels.com/MAMADO CONF
ADVERTISEMENT
Masa kekuasaan Sultan Malik Al Saleh di Kerajaan Samudera Pasai menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai pendiri kerajaan ini, Sultan Malik Al Saleh tidak hanya memimpin dengan kebijakan yang bijaksana, tetapi juga berperan dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah pesisir utara Sumatera.
Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai berkembang pesat, menjadikannya pusat perdagangan dan pendidikan Islam yang berpengaruh di kawasan Asia Tenggara.

Masa Kekuasaan Sultan Malik Al Saleh

Ilustrasi masa kekuasaan Sultan Malik Al Saleh. Foto: Pexels.com/Emre Simsek
Dikutip dari sma13smg.sch.id, Sultan Malik Al Saleh berkuasa selama lebih dari dua puluh sembilan tahun. Masa kekuasaannya ini dimulai pada tahun 1267 dan menandai awal dari terbentuknya Kesultanan Aceh.
Sebelumnya dikenal sebagai Marah Silu, beliau memeluk Islam setelah dikisahkan menerima dakwah dari Syekh Ismail, utusan dari Syarif Mekah.
Setelah menjadi Muslim, Marah Silu mengganti namanya menjadi Sultan Malik Al Saleh dan mendirikan kerajaan Samudera Pasai di Aceh, yang kemudian berkembang menjadi Kesultanan Aceh.
ADVERTISEMENT
Melalui penyatuan Kerajaan Pase dan Perlak, Sultan Malik Al Saleh meletakkan dasar pemerintahan Islam yang kuat, menjadikan Aceh sebagai pusat perdagangan internasional sekaligus penyebaran agama Islam di kawasan Asia Tenggara. Selain memperkenalkan Islam sebagai agama resmi kerajaan, Sultan Malik Al Saleh juga memperkuat posisi Samudera Pasai di jalur perdagangan Selat Malaka.
Kerajaan ini menjadi salah satu pelabuhan penting yang menghubungkan pedagang dari India, Cina, dan Timur Tengah.
Warisan kekuasaannya terus berlanjut dengan kejayaan Kesultanan Aceh yang terkenal di kemudian hari.
Pada masa pemerintahannya, Sultan Malik Al Saleh juga membangun infrastruktur yang mendukung kemajuan kerajaan, termasuk masjid-masjid dan pusat-pusat pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa beliau sangat peduli terhadap kemajuan intelektual dan spiritual rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Melalui kebijakan yang mengutamakan kesejahteraan rakyat, kerajaan ini menjadi contoh bagi kerajaan-kerajaan lain dalam mengelola pemerintahan yang adil dan makmur.
Keberhasilannya dalam membangun infrastruktur dan memperluas pengaruh melalui perdagangan, membuat Samudera Pasai berkembang pesat dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berperan besar dalam sejarah Indonesia.
Setelah Sultan Malik Al Saleh wafat pada tahun 1297, Kerajaan Samudera Pasai kehilangan seorang pemimpin besar.
Namun, warisannya tetap hidup dalam sejarah. Makam Sultan Malik Al Saleh yang terletak di Desa Beuringen Pirak, Aceh Utara, menjadi salah satu situs bersejarah yang menarik banyak perhatian.
Nama Sultan Malik Al Saleh juga diabadikan dalam berbagai lembaga, seperti Bandar Udara Malikus Saleh dan Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe.
ADVERTISEMENT
Masa kekuasaan Sultan Malik Al Saleh menunjukkan betapa pentingnya peran beliau dalam membentuk sejarah Islam di Indonesia.
Keberhasilannya dalam memperkenalkan Islam serta mengembangkan kerajaan Samudera Pasai memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan sosial, budaya, dan ekonomi di Nusantara pada masa itu. (Khoirul)