Konten dari Pengguna

Sejarah Gambang Kromong, Seni Musik Tradisional Betawi dengan Sentuhan Tionghoa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
5 Oktober 2024 19:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah gambang kromong. Foto: Pexels.com/Ana Hidalgo Burgos
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah gambang kromong. Foto: Pexels.com/Ana Hidalgo Burgos
ADVERTISEMENT
Sejarah gambang kromong memiliki akar budaya yang sangat erat dengan perkembangan seni tradisional masyarakat Betawi.
ADVERTISEMENT
Alat musik ini menjadi salah satu identitas budaya yang hingga kini masih lestari.
Gambang kromong lahir dari perpaduan antara budaya Tionghoa dan Betawi, menjadikannya unik dan kaya akan nilai seni.

Sejarah Gambang Kromong

Ilustrasi Sejarah gambang kromong. Foto: Pexels.com/Thirdman
Mengutip dari p2stekom.ac.id, sejarah gambang kromong bermula pada abad ke-18 di Batavia (sekarang Jakarta), saat kedatangan para imigran Tionghoa yang membawa budaya musik mereka.
Mereka memperkenalkan alat musik khas Tionghoa seperti tehyan, kongahyan, dan sukong, yang kemudian berpadu dengan alat musik Betawi seperti gambang dan gendang.
Dari sinilah musik gambang kromong mulai terbentuk, menggabungkan instrumen tradisional dari dua budaya berbeda.
Nama "gambang kromong" berasal dari dua alat musik utama yang digunakan dalam ansambel ini, yaitu gambang (alat musik perkusi dengan bilah kayu) dan kromong (alat musik yang terdiri dari beberapa gong kecil yang disusun secara horizontal).
ADVERTISEMENT
Ansambel ini biasanya terdiri dari beberapa alat musik lain seperti suling, gendang, dan instrumen gesek tehyan.
Musik gambang kromong pada awalnya sering dimainkan dalam perayaan-perayaan masyarakat Tionghoa di Batavia, seperti upacara pernikahan, pesta rakyat, dan perayaan Imlek.
Seiring waktu, gambang kromong mulai mendapat tempat di hati masyarakat Betawi.
Musik ini tidak hanya menjadi hiburan dalam perayaan Tionghoa, tetapi juga diadopsi dalam tradisi Betawi, terutama dalam acara-acara seperti lenong (teater tradisional Betawi) dan ondel-ondel.
Pengaruh budaya Betawi semakin memperkaya perkembangan musik gambang kromong, termasuk dalam penggunaan bahasa Betawi dalam lirik lagu-lagunya.
Musik gambang kromong memiliki dua jenis utama, yaitu gambang kromong asli dan gambang kromong kombinasi.
Gambang kromong asli menggunakan instrumen yang lebih tradisional dan lagu-lagu yang bertema cinta atau kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, gambang kromong kombinasi menambahkan pengaruh musik modern dan sering memadukan unsur-unsur musik pop dalam pertunjukannya.
Pada masa penjajahan Belanda, musik gambang kromong semakin populer di kalangan masyarakat Betawi dan Tionghoa di Batavia. Bahkan, beberapa bangsawan dan pejabat Belanda juga tertarik dengan keunikan musik ini.
Hingga saat ini, gambang kromong terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Betawi yang sangat berharga.
Pertunjukan musik ini masih bisa ditemukan dalam berbagai acara budaya di Jakarta dan sekitarnya, terutama dalam perayaan besar seperti Festival Budaya Betawi.
Sejumlah nama besar berperan dalam menjaga dan melestarikan musik ini. Beberapa di antaranya adalah Oen Hok, Kin Tjong, Jampang, dan Asan.
Mereka merupakan panjak (pemain) gambang kromong yang berperan penting dalam memopulerkan musik ini di kalangan masyarakat Betawi.
ADVERTISEMENT
Peran panjak tersebut sangat berpengaruh dalam menjaga kesinambungan musik gambang kromong dari generasi ke generasi.
Tokoh-tokoh lain yang juga berperan besar dalam sejarah gambang kromong mencakup Mukri, Entong, Aang, dan Encong.
Masing-masing dari mereka membawa karakteristik tersendiri dalam permainan musik mereka, yang memperkaya keunikan dan variasi dalam pertunjukan gambang kromong.
Hingga kini, musik ini tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Betawi.
Sejarah gambang kromong menunjukkan bahwa alat musik ini adalah salah satu wujud nyata dari akulturasi budaya yang terjadi di Indonesia. Musik ini mencerminkan keharmonisan dua budaya yang berbeda, tetapi bersatu dalam irama yang indah dan menghibur. (Khoirul)
ADVERTISEMENT