Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Tempe, Makanan Tradisional yang Masih Populer
19 Agustus 2024 23:08 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah tempe telah menjadi bagian integral dari budaya dan kuliner Indonesia selama berabad-abad, dan hingga kini tetap populer di berbagai kalangan, baik di Indonesia maupun di dunia internasional.
ADVERTISEMENT
Artikel berikut akan menjelaskan lebih lanjut tentang sejarah tempe berdasarkan buku Tempe - Kumpulan Fakta Menarik Berdasarkan Penelitian oleh Florentinus Gregorius, dkk.
Sejarah Tempe
Tempe adalah makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari kedelai yang difermentasi menggunakan jamur Rhizopus oligosporus, yang harus memenuhi standar SNI 3144:2099.
Sejarah tempe memang belum diketahui secara pasti. Penelusuran lebih lanjut perlu dilakukan dengan cara menggali arsip dan prasasti peninggalan sejak zaman prasejarah sampai sekarang.
Banyak prasasti yang telah membahas tempe, tetapi yang paling banyak mendapat perhatian para pakar tempe adalah Serat Centhini yang secara jelas menyebutkan kata "tempe".
Serat Centhini diterbitkan tahun 1814. Pembuatan karya ini sebagian besar ditulis oleh Putra Mahkota Mangkunegoro, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom, yang kemudian dinobatkan sebagai Pakubuwono V (1820-1823) di Surakarta.
ADVERTISEMENT
Dalam Serat Centhini, kata tempe atau hasil olahannya diungkap secara langsung atau tidak langsung dalam tiga jilid, yang sekaligus menyinggung nama lain dari tempe, yaitu sambal lethok.
Makanan ini dulunya menjadi hidangan jamuan kesultanan kecil di Bayat atau Tembayat yang saat ini berada di kawasan Klaten, Surakarta. Diyakini bahwa asal-usul tempe diperkirakan berasal dari Jawa, khususnya di wilayah Jawa Tengah atau Yogyakarta.
Tempe kemungkinan besar telah dibuat oleh masyarakat Jawa sejak abad ke-16. Pada masa itu, orang Jawa mulai memanfaatkan kedelai sebagai bahan makanan alternatif, selain kacang-kacangan lainnya.
Tempe awalnya dibuat di rumah-rumah penduduk sebagai salah satu cara untuk mengolah kedelai, yang ketika itu menjadi komoditas penting di Jawa.
Teknik fermentasi ini memungkinkan kedelai diolah menjadi makanan yang lebih bergizi dan tahan lama. Tempe menjadi salah satu sumber protein utama bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak mampu membeli daging.
ADVERTISEMENT
Pada masa kolonial Belanda, tempe mulai dikenal oleh orang Eropa yang tinggal di Hindia Belanda meski awalnya dianggap sebagai makanan pribumi.
Beberapa orang Belanda mulai mengonsumsi tempe dan membawa pengetahuan tentang makanan ini ke Eropa. Namun, pada masa ini, tempe masih belum tersebar luas di luar Indonesia.