Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Sekaten, Upacara Religi dan Budaya Jawa
9 September 2024 4:40 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di Indonesia ada banyak upacara perayaan religi dalam agama Islam sesuai daerahnya masing-masing. Salah satunya adalah tradisi sekaten yang merupakan upacara religi dalam budaya Jawa.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Upacara Tradisional Sekaten, 13 Januari 2014, dalam situs dpad.jogjaprov.go.id, upacara tradisional religi merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya.
Upacara tradisional religi juga perlu pelestarian yang dimungkinkan oleh fungsinya bagi kehidupan masyarakat pendukungnya. Upacara tradisional religi mengandung berbagai aturan yang wajib dipatuhi oleh warga masyarakat pendukungnya
Tradisi Sekaten, Upacara Religi dan Budaya Jawa
Upacara tradisional religi sendiri tumbuh dan berkembang secara turun temurun dengan perannya yang dapat melestarikan ketertiban hidup bermasyarakat. Tradisi sekaten inilah yang merupakan salah satu upacara tradisional religi yang masih dilakukan hingga saat ini.
Masih dikutip dari situs yang sama, yaitu dari Upacara Tradisional Sekaten, 13 Januari 2014, dalam situs dpad.jogjaprov.go.id, sekaten merupakan salah satu upacara tradisional yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Upacara sekaten adalah upacara tradisional yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw.
Upacara ini diselenggarakan secara periodik satu tahun sekali yaitu setiap tiap tanggal 5 sampai 11 Rabi’ul Awal (atau dalam kalender Jawa disebut bulan Mulud).
Upacara sekaten tersebut ditutup pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dengan menyelenggarakan upacara Garebeg Mulud. Upacara sekaten pada hakikatnya adalah suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang.
Pada mulanya, upacara tersebut diselenggarakan tiap tahun oleh raja-raja di Tanah Hindu, berwujud selamatan atau sesaji untuk arwah para leluhur.
Namun dalam perkembangannya, upacara Sekaten sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam melalui kegiatan kesenian gamelan.
Penyebarluasan agama Islam menggunakan media berupa kesenian gamelan karena masyarakat saat itu menggemari kesenian Jawa dengan gamelannya.
ADVERTISEMENT
Sehingga, untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW tidak lagi dengan kesenian rebana, melainkan dengan kesenian gamelan.
Mengutip dari Upacara Sekaten, oleh Dinas Kebudayaan Kundha Kabudayan, 4 Maret 2014, dalam situs budaya.jogjaprov.go.id, tahap-tahap dalam sekaten dimulai dengan dibunyikan pertama kali gamelan pusaka.
Hal ini sebagai pertanda dimulainya upacara sekaten dan diselenggarakan upacara udhik-udhik/gamelan dipindahkan ke halaman Masjid Besar/Sri Sultan.
Dan pengiringnya hadir di Masjid Besar untuk mendengarkan pembacaan riwayat Maulid Nabi Muhammad saw.
Dan diselenggarakan upacara udhik-udhik di pagongan dan serambi Masjid Besar dan terakhir dikembalikannya gamelan sekaten dari halaman Masjid Besar ke dalam keraton untuk menandai ditutupnya upacara sekaten.
Itulah penjelasan singkat mengenai tradisi sekaten. Tradisi ini adalah peninggalan Sunan Kalijaga yang merupakan bentuk akulturasi antara agama Islam dengan budaya Jawa. (IF)
ADVERTISEMENT