Konten Media Partner

Rocky Gerung: Rapat di Istana Negara Bahas Kekalahan di Depan Mata

28 Maret 2019 23:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ROCKY Gerung di depan ribuan milenials, Rabu, 27 Maret 2019, saat Bedah Buku "Sebuah Awalan" Miftah Nur Sabri, di GOR Tribuana, Pekanbaru.
zoom-in-whitePerbesar
ROCKY Gerung di depan ribuan milenials, Rabu, 27 Maret 2019, saat Bedah Buku "Sebuah Awalan" Miftah Nur Sabri, di GOR Tribuana, Pekanbaru.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Ahli filsafat juga pengamat politik, Rocky Gerung, mengatakan, rapat di Istana Negara diselenggarakan guna membahas tentang kecemasan terhadap kekalahan dalam Pemilu Presiden, 17 April 2019 mendatang.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut ia sampaikan saat menjawab pertanyaan seorang mahasiswa menanyakan fenomena beberapa tagar menjadi trending dunia terkait permintaan agar peneliti dunia mengawasi Pemilu di Indonesia.
"Kalau saudara perhatikan, hari ini rapat di istana itu soal kecemasan terhadap kekalahan. Kekalahan ini sedang berlangsung. On going," kata alumni kampus UI ini di depan ribuan milenials, Rabu, 27 Maret 2019, saat Bedah Buku "Sebuah Awalan" Miftah Nur Sabri, di Gelanggang Olahraga Tribuana, Pekanbaru.
"Kenapa? Karena survei terakhir (dilakukan) Kompas, misalnya, membuat petahana rapat 32 jam sehari," jelas Rocky.
Selama rapat 32 jam ini, dijelaskan Rocky, terdiri dari 24 jam rapat hanya menangisi kecenderungan akan kekalahan, dan 8 jam lagi membahas perencanaan kecurangan.
ADVERTISEMENT
"Kalau orang berambisi untuk menang, dan melihat ada trend untuk kalah, reaksi primitifnya adalah melaksanakan kecurangan," sambungnya.
"Saudara lihat, wajah saudara wajah gembira karena wajah menjemput kemenangan yang tak terhindarkan. Itu bedanya, makanya saya mendorong LSM menaikkan tagar agar dunia mengawasi pemilu di Indonesia. Lalu penguasa panik dan bilang itu tak perlu," ulasnya.