Konten dari Pengguna

Sejarah Roti Lauw, Roti Jadul yang Pernah Jadi Langganan Istana Presiden

Seputar Jakarta
Mengulas serba serbi kota Jakarta, mulai dari sejarah, pariwisata, kebudayaan, dan lainnya.
10 Juli 2024 13:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Jakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Roti Lauw. Foto hanya sebagai ilustrasi, bukan lokasi sebenarnya. Sumber: Unsplash/Laura Ockel.
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Roti Lauw. Foto hanya sebagai ilustrasi, bukan lokasi sebenarnya. Sumber: Unsplash/Laura Ockel.
ADVERTISEMENT
Roti Lauw adalah salah satu merek roti yang sudah ada sejak lama. Sejarah Roti Lauw cukup terkenal di Indonesia, karena cita rasa hingga cara menjajakannya.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah cukup lama beroperasi, berdasarkan buku PETA 100 Tempat Makan di Jakarta dan Sekitarnya, Abang Erwin, dkk (2013:82), salah satu kedai Roti Lauw yang masih beroperasi adalah yang ada di Jalan RS. Fatmawati. Tepatnya 7 menit berjalan kaki dari Stasiun MRT Blok A.
Di kedai ini, pengunjung tentu bisa membeli aneka ragam roti isi, roti tawar, roti gambang hingga roti buaya sesuai pesanan. Selain itu, Roti Lauw juga terkenal dengan penjual yang menggunakan gerobak roti jadulnya.

Sejarah Roti Lauw yang Pernah Jadi Langganan Istana Presiden

Sejarah Roti Lauw. Foto hanya sebagai ilustrasi, bukan lokasi sebenarnya. Sumber: Unsplash/James Harris.
Sejarah Roti Lauw diketahui telah berdiri sekitar tahun 1940. Pemilik sekaligus yang memproduksi roti ini adalah Lauw Tjoan To. Bahkan pada masa awal pendiriannya, pemiliknya sudah menggunakan gerobak roti untuk menjajakannya.
ADVERTISEMENT
Menurut sejarah toko roti ini, seiring dengan harumnya nama Roti Lauw, Lauw Tjoan To kemudian membuka toko di kawasan Gondangdia, pada tahun 1948.
Kesuksesan Lauw Tjoan To memang didasari dari kemampuannya meracik roti. Pendiri Roti Lauw, yang dikenal dengan nama Junus Jahja, ternyata memang berasal dari keluarga pembuat roti.
Ayahnya adalah Lau Lok Soei, pemilik pabrik roti di Mester (sekarang Jatinegara), bernama Insulinde.

Jadi Roti Langganan Istana Kepresidenan hingga Selalu Jadi Idola

Karena reputasinya itu, menurut sebuah brosur yang menjadi koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Roti Lauw jadi salah satu langganan Istana Presiden, yakni Istana Kepresidenan Bogor.
Bisnis Roti Lauw pun terus maju. Bahkan pada tahun 1980-an, merek ini menjadi idola, seiring dengan mulai didirikannya banyak toko-toko roti lain di berbagai tempat.
ADVERTISEMENT

Roti Gambang hingga Inovasi Roti Lain dengan Tampilan dan Resep yang Sama

Varian Roti Lauw yang menjadi unggulan adalah roti gambang. Roti padat kecoklatan yang memiliki perpaduan cita rasa kayu manis, gula merah dan wijen selalu membuat bernostalgia.
Seiring perkembangan zaman, generasi penerus Roti Lauw, baik generasi kedua dan ketiganya, terus berinovasi menciptakan varian baru dari roti yang cukup lama berjaya itu.
Selain itu, aneka menu baru dan inovasi terus dilakukan oleh merek ini. Ada banyak roti isi, misalnya rasa mocca, pisang keju, kacang, keju dan berbagai pilihan rasa.
Selain itu, toko roti ini juga tetap mempertahankan kehadiran roti tradisional, yakni “roti buaya” sebagai makanan khas suku Betawi saat lamaran.
Penerus generasi kedua, yakni Ronico Yuswari, memaparkan bahwa toko Roti Lauw tampilan dan resep dari toko roti ini tentu masih sama, namun tetap mengikuti perkembangan zaman dengan menelurkan aneka pilihan rasa.
ADVERTISEMENT

Gerobak Roti Lauw Legendaris

Sejak hadirnya Roti Lauw di Indonesia, gerobak roti legendaris tentu juga jadi salah satu yang lekat dengan toko roti ini. Hingga sekarang gerobaknya pun tidak berubah. Masih berwarna biru putih dengan plat di atas yang bertuliskan “Roti Lauw.”
Pasukan gerobak roti keliling ini pun, masih dapat ditemukan di beberapa daerah di Jakarta dan sekitarnya.
Sejarah Roti Lauw, roti jadul yang masih jadi primadona beberapa kalangan masyarakat ini tentu menarik untuk disimak. Selain itu, konsistensi dan inovasi dari pemilik yang diteruskan oleh generasi selanjutnya, bisa dijadikan sebagai referensi dalam berbisnis. (Fitri A)