Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Murwakala: Pembebasan dari Sengkala
4 Desember 2024 0:02 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Setya Cantika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Murwakala: Pembebasan dari Sengkala" adalah lakon wayang yang sering digunakan dalam ritual ruwatan untuk membersihkan seseorang dari kesialan (sengkala). Lakon ini berkisah tentang Batara Kala, dewa waktu yang ditugaskan untuk "memakan" manusia dengan nasib buruk (sukerta).
ADVERTISEMENT
Melalui ritual ruwatan, yang melibatkan pertunjukan wayang kulit, doa, mantra, dan siraman air suci, Batara Kala diyakinkan untuk tidak mengganggu manusia yang diruwat. Ritual ini melambangkan upaya manusia untuk membebaskan diri dari pengaruh buruk dan mencapai kehidupan yang lebih baik.Lakon ini mengajarkan harmoni dengan Tuhan, alam, dan sesama, serta pentingnya introspeksi dan pembersihan diri.
Sengkala dan Sukerta
Sengkala adalah energi buruk atau kesialan yang dianggap melekat pada seseorang karena keadaan lahir atau perilaku tertentu.
Orang yang dianggap "sukerta" (terkena sengkala) biasanya adalah:
Anak tunggal (ontang-anting).
Anak kembar tidak sejenis.
Anak lahir pada waktu tertentu yang dianggap kurang baik.
Anak terakhir dari jumlah ganjil (sendang kapit pancuran).
Prosesi Ruwatan
1. Wayang Kulit dengan Lakon Murwakala
ADVERTISEMENT
Dalang memainkan cerita ini sebagai simbol pengusiran sengkala.
Disertai dengan pembacaan mantra khusus oleh dalang
2. Ritual Penyucian
Biasanya dilakukan dengan prosesi siraman (mandi air suci) pada orang yang diruwat.
Sesaji khusus disiapkan untuk melengkapi ritual, seperti nasi tumpeng, buah-buahan, dan kembang tujuh rupa.
3. Penutup
Setelah ruwatan selesai, dalang akan memberikan doa penutup, menyatakan bahwa sukerta telah terbebas dari sengkala dan mendapatkan perlindungan.