Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Keberanian Moral Fatima Payman: Perempuan Pembela Gaza dalam Parlemen Australia
11 Desember 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Shafanissa Prawidya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketidakadilan di Gaza telah lama menjadi luka terbuka dalam sejarah konflik dunia. Di tengah dinamika yang sarat dengan ketegangan politik dan pelanggaran hak asasi manusia, muncul berbagai tokoh yang berani menentang ketidakadilan, di mana salah satunya adalah Fatima Payman. Sebagai senator perempuan Muslim berhijab pertama di Australia (Ali, 2022), Fatima tidak hanya menjadi simbol keberagaman, melainkan dirinya juga menjadi sosok yang mencontohkan keberanian moral dalam memperjuangkan berbagai isu global seperti krisis di Gaza (Polya, 2024).
Fatima Payman: Dari Pengungsi ke Parlemen
Fatima Payman lahir dari keluarga pengungsi Afghanistan yang melarikan diri ke Australia akibat terjadinya konflik. Kehidupan dirinya sebagai imigran Muslim di Australia dipenuhi dengan beragam tantangan, termasuk diskriminasi dan stereotip (Balla, 2023). Namun, hal tantangan tersebut justru memotivasi Payman untuk menjadi advokat pengusung perubahan. Pada tahun 2022, Fatima mencatat sejarah dengan menjadi senator perempuan berhijab pertama di parlemen Australia (Alford & Yousef, 2023).
ADVERTISEMENT
Fatima membawa perspektif baru dalam politik Australia dengan membela keadilan sosial, kesetaraan gender, dan toleransi beragama. Pengalaman sebagai pengungsi memberinya solidaritas mendalam terhadap kelompok tertindas, termasuk rakyat Palestina. Dalam berbagai kesempatan, Fatima menyuarakan dukungannya untuk Gaza, serta menyerukan kepada dunia internasional untuk tidak tinggal diam terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang terus terjadi (Polya, 2024).
Keberanian Fatima Payman dalam Menentang Ketidakadilan di Gaza
Ketika eskalasi konflik di Gaza meningkat, Fatima Payman muncul sebagai salah satu politisi yang lantang mengkritik kebijakan represif terhadap rakyat Palestina. Dalam pidatonya di parlemen Australia, Ia menyerukan kepada dunia internasional untuk tidak tinggal diam terhadap kekerasan yang terus terjadi di Gaza. Fatima menekankan bahwa isu tersebut bukanlah hanya soal konflik regional semata, melainkan mencerminkan sebuah ketidakadilan global yang perlu diatasi dengan segera (Pha, 2024).
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut dilanturkan oleh Fatima Payman dalam salah satu wawancaranya (Balla, 2023). Dari kutipan berikut, Fatima berusaha menggemakan pesan universal terkait pentingnya solidaritas kemanusiaan, terlepas dari perbedaan politik, agama, atau bangsa. Fatima juga mendesak pemerintah Australia untuk mengadopsi pendekatan yang lebih berimbang dalam menyikapi konflik antara Palestina dan Israel. Ia secara tegas menyatakan bahwa pemerintah tidak hanya harus mengutuk serangan roket atau tindakan kekerasan dari satu pihak, tetapi juga pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pihak lain (Moleta, 2024). Selain itu, Fatima turut menyerukan dukungan aktif terhadap penyelesaian damai yang adil, di mana mengutamakan hak rakyat Palestina dan memastikan bahwa mereka dapat hidup dengan martabat serta kebebasan (Polya, 2024).
ADVERTISEMENT
Langkah perlawanan Fatima pun membawa dukungan dari berbagai kelompok hak asasi manusia dan komunitas Muslim di seluruh dunia. Mereka melihat Fatima sebagai suara baru yang berani di parlemen Australia. Namun, keberanian Fatima juga turut memicu reaksi negatif dari kelompok pro-Israel yang kuat. Meskipun demikian, Fatima tetap berteguh terhadap pendiriannya untuk membela Gaza.
Keberanian Fatima semakin terlihat ketika dirinya memutuskan untuk memilih keluar dari Partai Buruh Australia, yang dianggapnya tidak lagi sejalan dengan visinya dalam membela hak-hak rakyat Palestina. Fatima merasa bahwa kebijakan Partai Buruh terlalu condong pada kepentingan Israel dan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Gaza (Moleta, 2024). Bagi Fatima, keberpihakan pada keadilan tidak boleh dikompromikan demi kepentingan politik atau diplomasi internasional.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dimungkiri bahwa langkah Fatima untuk keluar dari partai besar seperti Partai Buruh adalah keputusan yang penuh dengan risiko, mengingat hal tersebut dapat memengaruhi karier politiknya secara signifikan. Namun, Fatima menunjukkan keberanian moral yang luar biasa dengan memilih untuk menyebrang ke arah Partai Hijau (The Greens), yang memiliki sikap lebih progresif dan konsisten dalam mendukung hak-hak Palestina serta isu keadilan global lainnya. Keputusan tersebut mencerminkan integritasnya sebagai seorang politisi yang mengutamakan prinsip daripada keuntungan politik jangka pendek (Polya, 2024).
Dengan bergabungnya Fatima ke Partai Hijau, Ia terus memperjuangkan berbagai agenda keadilan sosial dan kemanusiaan, termasuk memberikan tekanan kepada parlemen Australia untuk lebih vokal dalam mendukung solusi perdamaian, bahkan hingga mengutuk ketidakadilan yang dialami rakyat Gaza (Boyle, 2024). Langkah Fatima menunjukkan bahwa dirinya tidak hanya bersuara untuk Palestina, melainkan juga menginspirasi politisi lainnya untuk berani melawan arus demi memperjuangkan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Analisis Teori Keberanian Moral Terhadap Sikap Fatima Payman
Teori keberanian moral yang dikemukakan oleh Rushworth Kidder menekankan bahwa keberanian moral adalah tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan prinsip etika, bahkan ketika tindakan tersebut berisiko menimbulkan konsekuensi pribadi yang besar. Keberanian moral mengharuskan seseorang untuk melawan ketidakadilan, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap reputasi, posisi, atau keselamatannya (Kidder & McLeod, 2005). Fatima Payman mencerminkan keberanian moral melalui tindakannya yang berani untuk berbicara tentang ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Gaza, sebuah isu yang sangat sensitif di kancah politik global (Polya, 2024).
Salah satu elemen penting dari keberanian moral menurut Kidder adalah komitmen terhadap prinsip etis yang tidak dapat diganggu gugat (Kidder & McLeod, 2005). Fatima Payman telah menunjukkan komitmen tersebut dengan secara konsisten membela nilai-nilai universal seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kemanusiaan. Sebagai seorang politisi di Australia, yang sering kali memiliki hubungan strategis dengan berbagai negara pendukung Israel, sikap Fatima dapat dianggap berisiko. Akan tetapi, dirinya tetap berpegang teguh untuk berbicara tentang penderitaan rakyat Gaza (Boyle, 2024). Hal tersebut menunjukkan bahwa Fatima tidak terjebak dalam pragmatisme politik. Fatima lebih memilih untuk berdiri di sisi mereka yang tertindas, terlepas dari kompleksitas diplomatik yang melingkupi konflik tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya keberanian moral tidak pernah terluput dari adanya risiko (Kidder & McLeod, 2005). Sebagai perempuan Muslim berhijab pertama di parlemen Australia, Fatima telah menghadapi tantangan besar berupa diskriminasi, stereotip, dan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma politik yang ada. Namun, dirinya melangkah lebih jauh dengan berani mengangkat isu Gaza, yang dapat mengundang kritik tajam, baik dari rekan-rekan politik maupun publik yang tidak sejalan dengan pandangannya (Bull, 2024). Meskipun begitu, Fatima menunjukkan keberaniannya untuk mempertahankan pendapatnya dan tetap berdiri di sisi kebenaran. Sikap tersebut mencerminkan prinsip keberanian moral Kidder, di mana tindakan dilakukan bukan karena mudah, tetapi karena benar.
Fatima juga mencerminkan elemen penting lain dari keberanian moral, yaitu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi (Kidder & McLeod, 2005). Dalam perjuangannya untuk membela rakyat Gaza, Fatima tidak mendapatkan keuntungan politik secara langsung. Sebaliknya, Ia justru menghadapi tekanan politik yang dapat membahayakan kariernya. Namun, tindakan Fatima terus didorong oleh kepeduliannya yang mendalam terhadap penderitaan manusia dan keinginan untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang sering kali tidak memiliki suara. Fatima menyadari bahwa keberpihakannya pada rakyat Gaza adalah bagian dari perjuangan universal untuk menciptakan dunia yang lebih adil (Briggs, 2024).
ADVERTISEMENT
Peran Fatima Payman yang Menginspirasi Dunia
Fatima Payman tidak hanya menjadi pembela hak asasi manusia, melainkan juga menjadi simbol kekuatan, ketabahan, dan inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia. Sebagai perempuan berhijab yang berhasil mendobrak hambatan di dunia politik Australia, Ia menunjukkan bahwa identitas agama, gender, dan etnis tidak boleh menjadi penghalang untuk membawa perubahan besar (Polya, 2024). Melalui suaranya, Fatima menginspirasi perempuan di berbagai belahan dunia untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri dan berani berbicara melawan ketidakadilan. Ia membuktikan bahwa seorang pemimpin tidak harus mengikuti arus atau mengorbankan prinsip untuk mendapatkan penerimaan. Sebaliknya, Fatima menekankan bahwa integritas dan keberanian adalah nilai-nilai utama yang dapat mengubah dunia. Fatima juga mengajarkan pentingnya solidaritas global. Dengan membawa isu Gaza ke ranah politik internasional, Fatima mengingatkan bahwa penderitaan di satu bagian dunia adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Pendekatan tersebut menjadikannya lebih dari sekadar politisi lokal, tetapi seorang advokat global untuk keadilan.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Fatima Payman adalah figur yang menginspirasi, baik melalui keberaniannya dalam menentang ketidakadilan di Gaza maupun dalam perannya sebagai simbol keberagaman dan inklusivitas di dunia politik. Keberanian moralnya, sebagaimana dijelaskan melalui teori Rushworth Kidder, menggambarkan tindakan yang dilakukan berdasarkan prinsip etika yang kuat, meskipun menghadapi risiko besar. Dengan komitmennya terhadap nilai-nilai universal, kemampuannya menghadapi tantangan, dan prioritasnya pada kepentingan kemanusiaan, Fatima telah menunjukkan bahwa keberanian moral bukanlah sebuah konsep semata, melainkan juga sebuah tindakan nyata yang dapat mengubah dunia. Sebagai seorang perempuan Muslim dan pemimpin, Fatima mengajarkan bahwa keberanian untuk melawan ketidakadilan bukanlah tugas seorang individu, melainkan juga sebagai tanggung jawab kolektif umat manusia.
Referensi
ADVERTISEMENT