Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
'Ratu Ilmu Hitam': Penebusan Dosa Kimo Stamboel Usai 'DreadOut'
12 November 2019 12:56 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peringatan: Ulasan ini mengandung bocoran cerita (spoiler).
Tren membuat ulang (remake) film-film lawas semakin ngehits saja dengan hadirnya ‘Ratu Ilmu Hitam’ garapan Kimo Stamboel (‘DreadOut’, ‘Killers’) ini. Sebelum ini sudah ada ‘Warkop DKI Reborn’, ‘Wiro Sableng’, ‘Pengabdi Setan’, ‘Suzzanna Bernapas Dalam Kubur’, termasuk yang akan datang ‘Naga Bonar Reborn’. ‘Ratu Ilmu Hitam’ versi lawas sendiri disutradarai L. Sudjio dan dirilis pada tahun 1981, bercerita tentang perempuan bernama Murni yang diperankan oleh — siapa lagi kalau bukan — Suzzanna yang legendaris itu.
ADVERTISEMENT
Alkisah, dalam versi lawas, Murni dituduh bermain santet oleh mantan kekasihnya, sehingga ia dihakimi oleh warga sekampung; dalam keadaan masih hidup ia dilempar dari atas jurang. Dan kemudian berkat bantuan seorang dukun yang mewariskan ilmu hitam kepadanya, ia pun menuntut balas kepada setiap orang yang telah mencelakainya tersebut.
‘Ratu Ilmu Hitam’ versi terbaru tak mengisahkan ulang cerita di atas. Ditulis oleh Joko Anwar, sutradara ‘Perempuan Tanah Jahanam’ dan ‘Gundala’, Joko mengarang cerita yang sama sekali baru, tetapi masih mempertahankan elemen-elemen mistis tentang ilmu santet, kehadiran binatang-binatang yang mengerikan seperti kelabang dan sejumlah serangga lain, juga adegan-adegan penuh darah (gore) masih dihadirkan sebagai sajian utama film horor berdurasi 100 menit ini.
ADVERTISEMENT
Hanif (Ario Bayu, ‘Perempuan Tanah Jahanam’, ‘Pintu Terlarang’) membawa istrinya, Nadya (Hannah Al Rashid, ‘DreadOut’, ‘Aruna & Lidahnya’) dan ketiga anaknya; Sandi (Ari Irham, ‘Terlalu Tampan’, ‘After Met You’), Dina (Zara JKT 48, ‘Dua Garis Biru’, ‘Keluarga Cemara’), dan Haqi (Muzakki Ramadhan, ‘Gundala’, ‘The Returning’) berkendara ke sebuah kampung untuk mengunjungi Pak Bandi (Yayu Unru, ‘Tabula Rasa’, ‘Love for Sale 2’), seorang pemilik panti asuhan yang dahulu sempat menampung dan membesarkannya. Kini Pak Bandi sedang terbaring karena sakit keras.
Di tengah perjalanan, tak jauh dari panti asuhan, Hanif tak sengaja menabrak seekor rusa. Yang tak diketahuinya dan akan ia ketahui kelak, ia juga menabrak sesosok lain, yang tampak sebagai seorang perempuan, bersimbah darah, tergeletak di sisi jalan.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di panti asuhan, Hanif bertemu dan segera bercengkrama dengan dua temannya yang sama-sama dibesarkan di panti, Anton (Tanta Ginting, ‘3 Dara’, ‘The Perfect Husband’) dan Jefri (Miller Khan, ‘DreadOut’, ‘Takut Kawin’), mereka pun membawa serta istri masing-masing, yakni Eva (Imelda Therinne, ‘Belenggu’, ‘Rumah Dara’) dan Lina (Salvita Decorte, ‘Love is a Bird’, ‘Mantan Terindah’). Reuni yang semestinya jadi ajang kumpul sekaligus liburan sesaat bagi ketiga sahabat lama tersebut, berubah menjadi horor dan teror tak terperi.
Lina mengalami halusinasi yang membuatnya menyakiti diri sendiri, Eva diserang kelabang mematikan yang masuk ke tubuhnya lantas merayap menjalari sekujur kulitnya dari dalam. Sementara itu, Hanif yang masih dihantui rasa bersalah akibat peristiwa kecelakaan, memutuskan untuk balik ke tempat kejadian. Di sana ia malah mendapati kengerian lainnya, sebuah bus terperosok tak jauh dari jalan raya dengan seisi penumpangnya mati mengenaskan.
Lapis demi lapis cerita dan misteri terkuak secara perlahan. Berbeda dengan versi lawas yang menjadikan Murni sebagai protagonis, dan plot cerita dihadirkan lewat sudut pandangnya, kali ini angle cerita hadir sebaliknya. Joko hanya meminjam nama karakter utama dari film terdahulu, yakni si Murni tadi, tetapi ia memberinya latar belakang cerita yang sama sekali berbeda dengan versi Suzzanna.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang sama dengan versi lawas adalah tentang balas dendam yang masih menjadi tema utama, namun kali ini plotnya diramu sedemikian rupa sehingga cerita mengalir tidak selempeng versi lawas. Untuk urusan yang satu ini, Joko memang paling jago dari mulai membangun set up, membangun misteri lewat banyak adegan yang dibuat seolah-olah tak berhubungan satu sama lain, tetapi kita tahu pada akhirnya Joko sudah menyiapkan jawaban pamungkas untuk semuanya, yang tak terduga.
Film-film horor kita dari zaman lawas cenderung lemah pada cerita, plot, karakter, dan terutama logika. Tapi, satu hal yang belum tertandingi bahkan oleh teknik-teknik filmmaking kiwari, yaitu tata rias dan practical effect-nya yang selalu tampil luar biasa.
Contohnya pada film ‘Ratu Ilmu Hitam’ versi lawas, terdapat satu adegan yang menampilkan seseorang diserang sekawanan tawon, dan tawon-tawon itu tawon betulan. Ada lagi satu adegan lain yang menampilkan seseorang terjerumus tenggelam ke dasar sawah, dan pada saatnya ia ditolong dan diangkat naik ke permukaan, wajahnya rusak dengan banyak luka menganga seperti diserang hewan buas, lalu di atas kepalanya banyak cacing besar menggeliat. Dan itu cacing-cacing betulan. Maka rasa jijik dan ngeri yang ditimbulkan sedemikian merasuk ke alam bawah sadar kita.
ADVERTISEMENT
Kimo Stamboel mengarahkan film ini tentu bukan dengan cara-cara seperti itu, seperti kebanyakan film horor jadul kita dibuat. Hari gini, dengan alasan efisiensi, CGI selalu jadi andalan. Sepengamatan saya hewan-hewan yang hadir di film ini seperti kelabang-kelabang yang mematikan itu merupakan animasi hasil rekaan para pengrajin CGI dengan kualitas “boleh juga lah”, masih kurang cukup meyakinkan, maka efek menjijikkan yang semestinya kita dapatkan terasa kurang poll. Tetapi efek gore lainnya yang tak melibatkan hewan-hewan, seperti luka menganga di bagian-bagian tubuh, kepala yang putus, untuk urusan yang satu ini Kimo memang jagonya.
Hampir seluruh cast bermain maksimal, dan masing-masing mendapatkan porsi yang berimbang, kecuali karakter bernama Sandi yang diperankan Ari Irham, entah lantaran memang tak tergarap atau ada bagian adegan yang melibatkan dirinya terbuang di ruang editing, ia menjadi satu-satunya karakter yang tak memiliki signifikansi secuil pun terhadap cerita.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Muzakki Ramdhan yang berperan sebagai Haqi, semakin matang dan piawai, tampil natural laiknya Haley Joel Osment sewaktu kecil. Jarang ada aktor cilik secemerlang dirinya, dan bila bakatnya terus terasah dengan selalu terlibat bermain di film-film bagus, ia adalah aktor masa depan yang paling punya potensi.
‘Ratu Ilmu Hitam’ memiliki cerita yang kompleks, diisi jajaran cast terbaik, dan Kimo yang kembali menunjukkan kebolehan terbesarnya sebagai sutradara horor berdarah-darah. Dan untuk itu saya memaafkannya karena pernah membesut ‘DreadOut’ yang sempat tayang awal tahun ini — salah satu film horor terburuk yang pernah saya saksikan. Betapa ironis, Kimo tahun ini menyutradarai dua film horor, yang satu salah satu yang terburuk, satunya lagi salah satu yang terbaik, yakni film ini. Semoga ini menjadi momentum baik baginya untuk terus membuat film setidak-tidaknya sebaik ini.
ADVERTISEMENT