Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ingin Memulai Hubungan? Pahami Dulu Soal 'Love Style'
21 Desember 2021 11:48 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Sheren Vincencia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai anak muda, pastinya kita sudah tidak asing dengan yang namanya love language. Mungkin anda pernah bertanya-tanya, bagaimana bisa ada orang yang bisa bertahan lama dalam sebuah hubungan bahkan sampai bertahun-tahun? Apa itu karena kecocokan pada love language mereka? Atau memang mereka sudah ditakdirkan bersama? Sebagai orang yang juga pernah mempertanyakan hal tersebut, mungkin saya bisa memberikan sedikit pencerahan. Tahukah anda ternyata masih ada istilah lain tentang cinta yang masih jarang diketahui orang yaitu love style. Lantas, apa itu love style?
Menurut konselor keluarga dan pernikahan, Dr. Millan dan Kay Yerkovich (How We Love, 2017), kita menanggapi cinta dalam banyak konteks yang berbeda. Gaya cinta yang ada pada diri kita saat berusaha mengekspresikan rasa cinta atau emosi kepada orang terdekat inilah yang disebut sebagai love style. Orang terdekat yang dimaksud sebenarnya tidak hanya pasangan, melainkan juga orang tua, keluarga, atau mungkin sahabat. Faktanya, gaya cinta ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan terbentuk dari pola asuh orang tua, lingkungan, dan trauma saat kecil. Bagi anda yang ingin memulai sebuah hubungan baru, penting untuk paham terlebih dahulu mengenai tipe love style anda.
ADVERTISEMENT
Tipe love style yang pertama adalah The Avoider. Orang yang memiliki gaya cinta ini mayoritas lahir dari orang tua yang kurang memberikan kasih sayang sewaktu kecil dan kerap kali menuntut mereka untuk mandiri. Karena tidak memiliki ikatan emosional yang kuat dengan orang tuanya, The Avoider tumbuh dewasa dengan menahan perasaan dan keinginan di dalam hatinya. Saat akan memulai sebuah hubungan, mereka cenderung mengabaikan adanya emosi dan sulit untuk membuka diri pada orang lain.
Kemudian, jawablah pertanyaan ini untuk menentukan apakah kamu masuk ke dalam tipe kedua. Sewaktu kecil, apakah orang tua anda selalu kritis dan menuntut anda menjadi “anak baik”? Jika iya, bisa jadi anda adalah The Pleaser. Setiap saat The Pleaser selalu berusaha melakukan segala cara agar terlihat baik dan tidak memicu amarah dari orang tua. The Pleaser selalu mengutamakan perasaan orang lain dibanding dirinya sendiri. Mereka sulit untuk menolak sesuatu meskipun tidak menyukainya karena tidak ingin mengecewakan orang lain dan berujung pada konflik. Dalam sebuah hubungan, mereka sulit untuk mengekspresikan emosi dan mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya.
ADVERTISEMENT
Tipe yang ketiga adalah The Victim. Tinggal dengan keluarga yang berantakan dan tidak harmonis tentu saja akan membuat siapapun merasa tidak nyaman serta tertekan. Sebagai seorang anak, mau tidak mau The Victim harus berusaha untuk bertahan dalam menghadapi orang tua yang pemarah dan melakukan kekerasan fisik. Sebagai jalan pintas, beberapa dari mereka mulai membangun dunia imajinasi di dalam kepala sebagai pelarian sementara dari rasa sakit di kehidupan nyata. Ketika dewasa, anda yang masuk dalam tipe The Victim sangat rentan untuk mengalami depresi dan kecemasan saat berada dalam sebuah hubungan.
Untuk tipe keempat, ada The Controller yang biasanya merupakan anak yang kurang mendapat perlindungan orang tua saat kecil sehingga mereka belajar melindungi diri dari perasaan takut, penghinaan, dan ketidakberdayaan. The Controller seringkali menggunakan amarahnya sebagai tameng untuk tetap mendominasi dalam sebuah hubungan. Mereka suka mencari solusi sendiri dan akan marah jika orang lain ikut campur dalam menyelesaikan masalah yang ada.
ADVERTISEMENT
Tumbuh dengan orang tua yang tidak menjadikan anak sebagai prioritas utama, terkadang membuat seseorang selalu merasa ditinggalkan. Saat orang tua datang untuk memberi perhatian dan kasih sayang, tentu saja kita sudah terlanjur telah kecewa dan tidak mau menerima. Inilah yang dirasakan oleh The Vacillator di masa kecilnya. Akibatnya, ketika The Vacillator dewasa dan berada dalam hubungan, mereka sangat sensitif dan mengharapkan sebuah hubungan yang sempurna. Jika kecewa, mereka lebih memilih untuk pergi dan memulai hubungan baru dengan orang lain.
Nah, setelah anda memahami berbagai tipe love style di atas, kira-kira tipe apa yang paling cocok dengan kepribadian anda?
Saya sendiri adalah seorang Pleaser, dan jujur saja memang tidak mudah menjadi seseorang yang selalu mengutamakan orang lain. Meskipun saya memiliki love language yang sama dengan pasangan, tetap saja hubungan tersebut terasa berat. Akhirnya, saya menyadari bahwa banyak sekali elemen yang menjadi penopang dalam sebuah hubungan, salah satunya adalah love style. Dengan trauma masa kecil yang ada, setiap hari saya menekankan kepada diri sendiri bahwa saya pantas untuk dicintai dan diprioritaskan. Untuk anda yang masuk ke dalam 5 tipe love style dengan trauma masa kecil seperti saya, jangan berkecil hati. Anda tetap pantas untuk dicintai dan mencintai. Akan tetapi, satu hal yang harus kita semua pahami adalah untuk menjalani sebuah hubungan tidak hanya diperlukan usia yang matang, namun juga kesiapan mental. Oleh karena itu, ada baiknya untuk belajar menyembuhkan luka batin yang kamu punya sebelum memulai hubungan baru yang sehat dengan seseorang.
ADVERTISEMENT
Kalau ternyata anda merasa tidak memiliki persamaan dengan tipe-tipe yang sudah disebutkan di atas, bukan berarti anda tidak punya gaya cinta, lho. Itu berarti masa kecil anda bisa dikatakan cukup bahagia dengan pola asuh orang tua yang tepat. Tipe love style yang bisa menggambarkan diri anda adalah The Secure Connector. Orang dengan tipe ini adalah mereka yang sudah siap untuk menjalani sebuah hubungan. Mereka merasa nyaman dengan adanya timbal balik pada sebuah hubungan serta dapat menghargai diri sendiri dan pasangan. The Secure Connector adalah komunikator yang baik sehingga ketika menghadapi konflik, mereka akan menganggap hal tersebut sebagai pendewasaan. Mereka tahu bahwa mereka tidak sempurna dan tidak segan untuk meminta maaf ketika salah.
ADVERTISEMENT
Apapun tipe love style yang anda miliki, jangan jadikan orang lain sebagai 'alat' untuk membantu anda keluar dari trauma yang ada. Ingatlah bahwa tidak semua orang bisa memahami diri anda sebagaimana anda memahami diri sendiri.