Konten dari Pengguna

Diplomasi Ekonomi Hadir di Daerah, Sesdilu 77 Upayakan Anggrek Banten Mendunia

Ashila Reza
Sesdilu 77, pekerja sektor publik
26 Oktober 2024 13:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ashila Reza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mewakili Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Direktur Sekolah Luar Negeri Harry Rusmana Irawan berikan cinderamata kepada Agus M. Tauchid selaku Kepala Dinas Pertanian Pemerinta Provinsi Banten
zoom-in-whitePerbesar
Mewakili Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Direktur Sekolah Luar Negeri Harry Rusmana Irawan berikan cinderamata kepada Agus M. Tauchid selaku Kepala Dinas Pertanian Pemerinta Provinsi Banten
ADVERTISEMENT
Tangerang Selatan - Para Diplomat karir menengah yang tergabung dalam Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Angkatan ke-77 (Sesdilu) bersama Dinas Pertanian Provinsi Banten membuka jalan agar anggrek banten tembus pasar kawasan Hong Kong dan Uni Eropa. Provinsi Banten menjadi wilayah kerja dalam rangkaian pendidikan diplomat ahli muda di Kementerian Luar Negeri. “Mendukung tujuan ini, para pelaku usaha dan organisasi bisnis anggrek adalah penggerak diplomasi ekonomi. Kemlu siap fasilitasi bila ada tindak lanjut bisnis yang akan disasar”, sebut Direktur Sekolah Dinas Luar Negeri, Harry Rusmana Irawan, membuka lokakarya hasil kerja sama Kementerian Luar Negeri dengan Pemerintah Provinsi Banten pada Kamis (24/10).
ADVERTISEMENT
Di tahun 2024, pasar anggrek global diperkirakan mencapai nilai USD 302,5 juta dengan pertumbuhan sebesar 4% (secara compound annual growth rate) pada tahun 2031. Amerika Utara memegang pangsa pasar utama dengan diikuti Eropa (30%, USD 90,75 juta) dan Asia Pasifik (23%, USD 69,58 juta).
pembesaran anggrek bulan di fasilitas semi tertutup di Tangerang Selatan dengan kapasitas produksi sekitar 60.000 pot per bulan
Untuk Indonesia, sentra produksi terbesar keempat dipegang oleh Banten, khususnya kawasan Tangerang Raya. Pada tahun 2023, data Badan Pusat Statistik mencatatkan nilai ekspor anggrek mencapai 47,19 ribu ton. Di tahun yang sama, Banten menjuarai provinsi penghasil anggrek potong terbanyak, yakni 1,2 juta tangkai atau 47,8% dari total produksi nasional. Dinas Pertanian Provinsi Banten terus melakukan berbagai upaya agar Banten penuhi permintaan domestik dan mancanegara. Agus M. Tauchid, Kepala Dinas Pertanian, mengatakan "Kami mengapresiasi diangkatnya anggrek oleh Sesdilu, ini momentum awal yang membuka jalan agar anggrek Banten mendunia."
ADVERTISEMENT
Selama kegiatan, peserta dibekali tips bagaimana memanfaatkan perjanjian perdagangan dunia dan mengetahui minat konsumen anggrek luar negeri. "Para eksportir dan importir anggrek perlu tahu bahwa terdapat penurunan bahkan pembebasan beban tariff perdagangan", kata Arif Hariyanto Tenaga Ahli FTA Center Jakarta. "jangan sampai bisnis dirugikan karena bayar bea normal," jelasnya.
Sementara menurut Annisa Hapsari, Atase Perdagangan KBRI Den Haag, Belanda adalah importir bunga potong terbesar ketiga dunia sehingga Indonesia perlu memanfaatkan peluang besar ini. "Warga Belanda sangat menggemari bunga dan media tanam yang ramah lingkungan. Sekalinya bisa masuk ke Belanda, sangat mudah bagi kita untuk ikut masuk ke negara-negara Uni Eropa lainnya," tambahnya.
Puluhan peserta berasal dari pelaku usaha (anggrek potong, anggrek pot, tanaman hias), balai karantina pertanian dan berbagai dinas pertanian pemerintah-pemerintah kota setempat
Kawasan ekonomi Hong Kong juga menjadi tujuan akses pasar yang menarik. Menurut Ayu Wulan Sagita, Konsul Perdagangan KJRI Hong Kong, masyarakat setempat menganggap anggrek sebagai bunga yang penting sekaligus simbol status sosial. "Menariknya, regulasi anggrek potong lebih sederhana dibandingkan dengan anggrek pot," terangnya.
ADVERTISEMENT
Selain aspek perdagangan praktis, peserta juga mendapatkan update dari kebijakan teknis florikultura. Dengan adanya dialog multisektor tersebut, Siti Bibah Indrajati dari Direktorat Buah dan Florikultura berpesan, " agar potensi dan kapasitas anggrek Banten terus dikembangkan dan mendatangkan investasi dalam berbagai bidang seperti greenhouse dan laboratorium kultur jaringan."
Kegiatan pengembangan kapasitas ini efektif dalam mengenalkan pelaku usaha pada kebutuhan dua kawasan yang sangat berbeda. Meskipun proses ekspor tidaklah instan, momentum berkumpulnya berbagai pihak di lokakarya ini dimanfaatkan peserta untuk dilanjutkan dengan FGD dan partisipasi pada pameran internasional.
Kiri ke kanan: Hernawan Abid (Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia) - Asri Okina (Direktorat Eropa I) - Alda Mayo Panjaitan (Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi) - Mutty Ashila Reza (Direktorat Kerja Sama Pembangunan Internasional)
Mutty Ashila adalah Peserta Sesdilu 77 yang menangani isu kerja sama teknik antarnegara.