Konten dari Pengguna

Orang Dewasa Baca Buku Anak-anak, Why Not?

Shonanar Rohman
Seorang penulis lepas dan owner toko buku online
19 Juli 2024 17:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shonanar Rohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Anak-anak. Foto: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Buku Anak-anak. Foto: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Di dunia orang dewasa secara luas, ada sebuah kesepakatan yang tidak tertulis bahwa dunia anak-anak itu sepenuhnya menyenangkan. Hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak pasti membuat suasana hati riang gembira. Mulai dari tontonannya, mainannya, makanannya, pakaiannya hingga bukunya, semuanya membuat orang dewasa menjadi tersenyum lebar.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, sering kali orang dewasa berandai ingin kembali menjadi anak-anak yang kesehariannya hanya bermain dan merasakan kesenangan saja. "Betapa indahnya dunia yang demikian." Kurang lebih seperti itulah yang diucapkan orang dewasa di ujungnya.
Di sisi lain, pengandaian yang kerap kali dilakukan oleh orang dewasa seolah-olah membangun narasi bahwa orang dewasa tidak boleh memasuki dunia anak-anak atau melakukan hal-hal yang dilakukan oleh anak-anak.
"Udah tua masih aja nonton kartun", "kayak anak kecil aja sih pakai beli mainan segala" atau bahkan "ngapain baca buku anak-anak? Gak ada faedahnya", tiga pernyataan tersebut adalah contoh umum yang seringkali terdengar di telinga orang dewasa. Singkatnya, dunia anak-anak ya untuk anak-anak. Orang dewasa dilarang masuk dan dipersilakan berkutat dengan dunianya sendiri. Ini seperti sebuah pengelompokkan dunia.
ADVERTISEMENT
Padahal, orang dewasa pada dasarnya sah-sah saja jika ingin merasakan dunia anak-anak. Tidak ada ketentuan formal yang melarang hal tersebut. Ini berarti orang dewasa boleh saja menonton kartun, orang dewasa boleh saja membeli mainan, apa pun itu termasuk membaca buku anak-anak.
Penegasan khusus untuk buku anak-anak, mengelompokkan antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa sebaiknya benar-benar ditiadakan. Orang dewasa harus menyadari bahwa hakikatnya buku anak-anak tidak semestinya hanya untuk anak-anak semata. Orang dewasa mestinya tetap membaca buku anak-anak juga, tidak melulu buku yang sesuai dengan usia mereka. Salah besar jika buku anak-anak tidak ada faedahnya bagi orang dewasa.

Yang Ada Hanya Kebaikan

Ilustrasi membaca komik atau manga. Foto: Shutterstock
Walaupun memang benar bahwa buku anak-anak secara spesifik ditujukan kepada anak-anak sebagai pembacanya, bukan berarti orang dewasa tidak bisa menikmatinya. Bagaimanapun, seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa membaca buku anak-anak bukannya tanpa faedah, justru sebaliknya ada dampak baik bagi orang dewasa ketika membaca buku anak-anak. Berikut ini ialah manfaat yang bisa orang dewasa rasakan saat membaca buku anak-anak:
ADVERTISEMENT
Pertama, mempertajam kemampuan otak dan imajinasi. Saat membaca buku anak-anak, otak orang dewasa akan terasah dengan baik. Sebuah studi yang dilakukan oleh Wilson (2013), University Medical Center, menunjukkan bahwa adanya kenaikan performa otak, secara spesifik kognitif dan memori, ketika orang dewasa membaca buku anak-anak.
Semakin ia membaca, maka penurunan daya kognitifnya juga melamban. Di samping itu, buku anak-anak juga merangsang imajinasi dan kreativitas orang dewasa. Hal itu karena muatan buku anak-anak pada umumnya berbentuk cerita dunia imajinatif. Imjinasi dan kreativitas ini tentunya berguna bagi orang dewasa untuk memandang sesuatunya dari sudut pandang yang lebih luas.
Kedua, refleksi moral. Hampir semua isi cerita di buku anak-anak membawa nilai-nilai moral yang baik, contohnya kejujuran, rasa hormat, perjuangan, sosial dan persahabatan. Dengan mengonsumsi bacaan yang berisi kebaikan seperti itu, orang dewasa pasti jadi merasa diingatkan kembali ke jalan yang lurus.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, kebanyakan buku anak-anak adalah buku fiksi. Buku fiksi cenderung membuat pembacanya lebih peka terhadap hal-hal di sekitarnya. Ini diperkuat dengan adanya penelitian dari Kidd dan Castano (2013) yang mengemukakan bahwa seseorang yang membaca buku fiksi mengalami pengembangan empati karena cenderung lebih mudah memahami dan sensitif terhadap emosi orang lain.
Ketiga, menurunkan tingkat stres. Temuan dari studi University of Sussex (2009) memaparkan bahwa tingkat stres seseorang dapat diturunkan hingga hampir 70% jika membaca buku selama kurang lebih 6 menit. Hal itu bisa terjadi karena membaca buku menyuguhkan efek relaksasi bagi pembaca.
Faktanya, tidak ada buku anak-anak yang jika dibaca membuat pembacanya jadi tertekan dan marah. Sebaliknya, buku anak-anak selalu menyenangkan dan ringan untuk dibaca sehingga buku anak-anak pun juga bisa digunakan sebagai cara untuk melepaskan ketegangan yang dimiliki seseorang.
ADVERTISEMENT
Keempat, mengasah keterampilan bahasa. Snow dan Ninio (1986) dalam studinya memaparkan bahwa seseorang dapat mempelajari tata bahasa dan perbendaharaan kata baru saat membaca buku yang disampaikan dalam bahasa yang sederhana dan ringan selayaknya buku anak-anak.
Ringkasnya, bahasa yang ringan memiliki tendensi besar dicerna dengan baik oleh si pembaca. Tidak hanya sampai di situ saja, buku anak-anak juga bisa dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan orang yang memiliki kesulitan membaca. Maksudnya, mengawalinya dengan membaca bacaan yang mudah dipahami.
Pada akhirnya, pelarangan orang dewasa menikmati dunia anak-anak tidak lagi relevan. Dalam hal buku anak-anak, sebaiknya perlu disegerakan menormalisasikan orang dewasa membaca buku anak-anak. Ini karena begitu jelas dan bahkan didukung oleh bukti ilmiah bahwasanya esensi kebaikan itu muncul di saat orang dewasa membaca buku anak-anak.
ADVERTISEMENT