Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Diskusi Senja : Nasionalisme & Milenial
8 Juni 2022 17:58 WIB
Tulisan dari Muhammad Sidiq Alfatoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sore hari di atap kosan bersama secangkir kopi menunggu datangnya senja menyapa. Hembusan angin terasa begitu sejuk bersamaan dengan aroma kopi yang tertiup-tiup singkatnya hembusan angin yang lewat. Datang temanku bernama Affandi dan tampaknya ia ingin berdiskusi sambil menikmati senja.
ADVERTISEMENT
Nasionalisme atau bisa kita katakan dengan arti "cinta tanah air" baik itu dalam aspek sosial, ekonomi bahkan politik sekalipun. Ragam suku serta budaya yang beraneka macamnya ada di Indonesia. Seruan nasionalisme ini kerap kali kita dengar ketika membahas sejarah panjang yang pernah dialami bangsa.
Masa lalu yang kelam diisi oleh penjajahan dari bangsa-bangsa luar, mengambil, merebut dan memonopoli kekayaan alam Indonesia. Nasionalisme lahir dan tumbuh dalam setiap sanubari warga negara, hanya saja perlu kesadaran yang cukup lama untuk memupuk jiwa nasionalisme dan sebuah persatuan.
Sebelum adanya peristiwa Sumpah Pemuda, perjuangan masih bersifat individu. Hanya mementingkan kelompok dan daerahnya masing-masing, karena belum adanya rasa satu kesatuan dan persatuan yang kuat.
Setelah adanya Sumpah Pemuda, Perjuangan yang dilakukan mengedepankan rasa kebersamaan. Persatuan dan kesatuan terasa jauh lebih kuat dan jiwa nasionalisme tiap warga negara menambah kekuatan perjuangan untuk mengalahkan para penjajah.
ADVERTISEMENT
Nasionalisme yang lahir karena adanya rasa ingin terbebas dan merdeka dari penjajah, membuat warga negara mau mengorbankan tenaga, pemikiran bahkan nyawa sebagai taruhan demi merdekanya Indonesia Raya.
Puncak dari sebuah Nasionalisme adalah dibacakannya Proklamasi kemerdekaan oleh Sang Bapak Proklamator Indonesia yaitu, Bung Karno bersama Bung Hatta. Kabar proklamasi kemerdekaan yang begitu cepat menyebar, dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Membuat seluruh warga negara di seluruh Nusantara menangis haru gembira bercampur aduk menjadi satu.
Sebab semua perjuangan yang mereka telah lakukan bukanlah perjuangan yang sia-sia. Nyawa yang melayang terbayar sudah dengan kemerdekaan Indonesia, nasionalisme tidak hanya memperkuat persatuan dan kesatuan lapisan warga negara tetapi juga meningkatkan kesadaran dan juga semua bisa merasakan susah serta senang bersama-sama.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimanakah dengan keadaan pada saat ini ?. Masih adakah jiwa-jiwa nasionalisme itu pada tiap insan yang sudah merdeka 76 tahun.
Pada Era Globalisasi yang terjadi di kehidupan milenial saat ini membuat semuanya serba praktis. Kini tidak perlu memikirkan bagaimana caranya harus berjuang melawan musuh seperti penjajah dimasa lalu, tidak perlu memikirkan bagaimana sulitnya mendapatkan ketenangan hidup sebagai warga negara.
Kemudahan mengakses berbagai macam hal, seperti produk belanja belanjaan melalui aplikasi yang terdapat di telpon genggam. Barang-barang impor yang bisa saja di beli dengan mudahnya oleh para milenial.
Minat terhadap kebudayaan daerah yang perlahan mulai kurang diminati, karena cenderung lebih menyukai kebudayaan luar. Banyaknya restoran cepat saji produk barat yang sudah banyak berkembang di tiap-tiap daerah, membuat masakan tradisional daerah kurang diminati oleh sebagian besar milenial.
ADVERTISEMENT
Bahkan untuk mengetahui nama masakan tersebut saja, terbilang sulit sehingga tak jarang banyak milenial yang tidak mengetahui nama-nama makanan daerah.
Kebudayaan luar yang masuk melalui jalur globalisasi harus melalui proses tahapan "filterisasi" terlebih dahulu, Agar tidak semuanya mendominasi kebudayaan yang sudah ada di Indonesia. Perlunya menanamkan sikap Nasionalisme pada diri sendiri serta pembiasaan menggunakan produk-produk lokal yang tidak kalah