Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Indonesia Tidak Pakai Energi Nuklir Sebagai Alternatif Energi Kotor?
12 Desember 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Silvia Hairani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi suhu bumi yang ditargetkan pada tahun 2030. Presiden Joko Widodo juga menyatakan komitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. Suhu bumi juga naik terutama di Indonesia sebagian besar berasal dari energi kotor atau bahan bakar fosil. Lalu mengapa Indonesia tidak menjadikan energi nuklir sebagai alternatif energi kotor ? Padahal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat berkonstribusi untuk target Indonesia dalam mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060. Berikut beberapa alasannya :
ADVERTISEMENT
1. Risiko Energi Nuklir di Indonesia
Indonesia terletak di kawasan rawan bencana alam (ring of fire) seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Hal ini risiko kecelakaan nuklir akan sering terjadi sehingga bisa membahayakan keselamatan jutaan jiwa masyarakat Indonesia atau masyarakat yang terpapar radiasi akan menyebabkan penyakit dalam jangka waktu yang panjang.
2. Keterbatasan Tenaga Ahli Nuklir di Indonesia
Indonesia masih mengalami kekurangan tenaga ahli dalam bidang nuklir. Meskipun di Indonesia sudah ada 4 perguruan tinggi yang berfokus pada program studi pengembangan teknologi nuklir. Akan tetapi, jumlah yang terlatih masih terbatas.
3. Biaya Investasi Infrastruktur Yang Tinggi
Infrastruktur dan teknologi serta standar keselamatan yang tinggi membuat biaya pembangunan PLTN menjadi salah satu penghalang utama. Selain itu, PLTN juga memerlukan bahan-bahan yang langka dan harus melakukan impor seperti uranium, reaktor nuklir, turbin uap, dan sistem pengolahaan penyimpanan limbah nuklir yang aman. Dimana pembangunan PLTN akan memerlukan investasi di awal yang sangat besar. Apalagi proyek ini dirancang pada pasca pandemi yang membuat investor ragu karena ekonomi global sedang tidak stabil.
ADVERTISEMENT
4. Stigma Atau Pandangan Masyarakat Menolak PLTN
Pandangan masyarakat Indonesia belum mendukung untuk pembangunan PLTN. Sebagian besar masyarakat di Indonesia berpikir nuklir adalah senjata perang atau bom. Apalagi kejadian bencana yang terjadi di Chernobyl tahun 1986 membuat masyarakat semakin menolak karena masyarakat takut akan dampak negatif yang dihasilkan dari PLTN membahayakan mereka seperti dampak radiasi dari limbah radioaktif yang mematikan. Inilah yang menjadi tantangan PLTN dalam sosialisasi stigma masyarakat.
5. Mengutamakan Alternatif Energi Terbarukan
Indonesia memiliki potensi besar dalam sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Banyak ahli yang berpendapat bahwa pemanfaatan energi terbarukan lebih aman dan sesuai dengan kondisi geografis Indonesia serta kebutuhan energi nasional saat ini. Energi nuklir menjadi pilihan terakhir karena Kebijakan Energi Nasional Indonesia adalah memprioritaskan pengembangan energi terbarukan.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa hal yang tidak menjadikan energi nuklir sebagai alternatif energi kotor. Walaupun tantangan tersebut menghambat tetapi mungkin saja Indonesia di tahun 2030 sudah menggunakan energi nuklir sebagai alternatif energi kotor. Karena tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi dengan mencari wilayah yang jauh dari masyarakat dan tidak rawan bencana alam untuk digunakan sebagai lokasi PLTN, lalu melakukan sosialisasi energi nuklir kepada masyarakat supaya menghilangkan stigma buruk masyarakat dan meningkatkan investor untuk PLTN, serta meningkatkan pendidikan tentang ilmu nuklir agar tenaga ahli yang terlatih menjadi banyak di Indonesia.
Harapan saya sebagai anak muda harus selalu berusaha menjaga bumi dan optimis terhadap usaha sehingga dapat memotivasi orang lain untuk menjaga bumi ini untuk masa depan generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Saya Silvia Hairani merupakan mahasiswa semester satu Program Studi Pendidikan Matematika di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya memiliki hobi bermain musik dan mempelajari hal-hal baru.