Inflasi 211% di Argentina: Ancaman Besar Pencapaian Target SDGs Global

Pada tahun 2023, Argentina sedang mengalami krisis ekonomi yang cukup serius dengan tingkat inflasi yang lebih dari 200%, ini merupakan tingkat inflasi tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Dalam situasi ini menciptakan tantangan besar bagi Argentina dalam mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs). Krisis ini tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi tetapi berdampak juga dalam berbagai aspek lainnya.

istock

Dalam konteks SDGs nomor 1 yaitu tentang pengentasan kemiskinan, krisis ini telah menyebabkan banyaknya masyarakat di Argentina hidup didalam kemiskinan. Masyarakat di Argentina mengalami kesulitan berat akibat dari inflasi ini, pemerintah pun menghadapi tantangan yang serius dalam melaksanakan program sosial yang sangat dibutuhkan. Situasi ini diperburuk dengan dampaknya terhadap SDGs nomor 2 yaitu mengenai penghapusan kelaparan, di mana akses terhadap makanan bergizi menjadi semakin sulit karena kenaikan harga pangan dan terganggunya rantai pasok nasional.

Menurut SDGs 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, krisis ini telah menciptakan efek domino yang meresahkan. Banyak usaha kecil dan rintisan yang sedang berjuang, investasi asing mengalami kemunduran yang signifikan, dan pasar kerja menjadi sangat tidak stabil. Hal ini dapat meningkatkan jumlah pengangguran dan memperkuat stagnasi ekonomi yang ada. Di sisi lain, terkait SDGs 10 yaitu tentang mengurangi ketimpangan, kesenjangan ekonomi antar kelompok semakin melebar, mobilitas sosial pun juga terhambat , serta program-program pemerataan pembangunan menghadapi kendala yang serius.

Salah satu kendala terbesar dalam upaya pemulihan dan pencapaian SDGs yaitu tantangan fiskal. Pemerintah Argentina menghadapi tantangan yang serius karena terbatasnya anggaran untuk program-program SDGs, sementara itu beban utang luar negeri semakin memberatkan. Penurunan penerimaan pajak sebagai akibat hasilsemakin menguntungkannya kegiatan ekonomi.

Dampak jangka panjang dari krisis ini terhadap proyek konstruksi tidak dapat diredam. Banyak program yang sudah berjalan tertunda atau bahkan terhenti, tetapi strategi konstruksi memerlukan reorientasi yang menyeluruh. Yang lebih memprihatinkan adalah kemungkinan munculnya "generasi yang hilang" sebagai akibat dari meningkatnya angka putus sekolah dan menurunnya kapasitas pengembangan generasi muda. Selain itu, dampak dari krisis ini yaitu kesehatan mental dan fisik masyarakat berjangka panjang.

Untuk mengatasi situasi ini, diperlukan reformasi kebijakan yang komprehensif. Reformasi ini meliputi reformasi struktural ekonomi , penurunan nilai tukar publik, dan diversifikasi ekonomi untuk mengurangi dampak pada sektor-sektor terkait. Kerja sama internasional juga menjadi kunci, seperti memperkuat hubungan dengan lembaga keuangan internasional dan meningkatkan kerja sama teknis antar negara Mitra. Prioritas program harus difokuskan pada kemiskinan, penguatan sistem jaminan sosial, dan investasi di sektor pendidikan dan kesehatan.