Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Kelainan Kongenital atau Cacat Lahir pada Bayi
11 Mei 2023 9:31 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehamilan merupakan fase yang ditunggu-tunggu bagi kebanyakan pengantin baru. Tak heran, data menunjukkan bahwa 70% pasangan di Indonesia hamil di tahun pertama pernikahan. Sayangnya, tak banyak yang mewaspadai kemungkinan bayi terlahir cacat atau yang sering disebut kelainan kongenital pada bayi baru lahir. Padahal, sebagian besar kasus kelainan kongenital pada bayi dapat dicegah. Bagaimana cara mencegahnya dan apa saja jenis kelainan kongenital pada bayi baru lahir? Berikut penjelasannya.
ADVERTISEMENT
Apa itu kelainan kongenital?
Menurut World Health Organization (WHO), kelainan kongenital disebut juga dengan kelainan bawaan lahir, cacat lahir, anomali kongenital dan malformasi kongenital. Kondisi ini merupakan suatu kelainan (anomali) baik dari struktur maupun fungsional tubuh bayi baru lahir.
Hal ini dapat terjadi selama kehidupan intrauterin (dalam rahim) dan dapat diketahui sebelum lahir, saat lahir, atau terkadang hanya dapat dideteksi setelah bayi terlahir dan bertumbuh, seperti cacat pendengaran. Namun, secara umum kelainan kongenital pada bayi baru lahir mengacu pada kelainan sebelum adanya kelahiran.
Menurut data, sembilan dari sepuluh anak yang lahir dengan kelainan bawaan serius berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dan Indonesia, masuk ke dalam salah satu negara menengah.
ADVERTISEMENT
Apa penyebab munculnya kelainan kongenital?
Sekitar 50% kelainan bawaan tidak dapat dikaitkan dengan penyebab tertentu. Namun, ada banyak penyebab terjadinya kelainan kongenital, di antaranya adalah:
1. Genetik (faktor keturunan)
Sebagian kecil kelainan bawaan disebabkan oleh kelainan genetik yaitu kelainan kromosom (misalnya sindrom Down atau trisomi 21) atau cacat gen tunggal (misalnya fibrosis kistik). Kemungkinan terjadinya 2 kali lebih besar jika pasangan suami istri masih memiliki hubungan darah.
2. Faktor sosial ekonomi dan demografi
Berpenghasilan rendah mungkin menjadi salah satu faktor tak langsung penyebab terjadinya kelainan kongenital. Hal ini dikaitkan dengan kekurangan penghasilan sehingga asupan gizi ibu saat hamil tak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, peningkatan paparan infeksi atau akses yang buruk terhadap fasilitas kesehatan pun menjadi faktor penguat. Semisal, karena tak ada biaya maka ibu hamil tak pernah kontrol kehamilan dan tak mengonsumsi vitamin selama kehamilannya.
ADVERTISEMENT
3. Usia ibu
Ternyata usia ibu juga merupakan faktor risiko perkembangan janin intrauterin yang abnormal. Usia ibu hamil yang terlalu tua meningkatkan risiko kelainan kromosom, termasuk sindrom Down.
4. Faktor lingkungan (termasuk infeksi)
Penyebab lainya terjadi karena faktor lingkungan seperti infeksi yang dialami ibu (sifilis, rubella, Zika), paparan radiasi, polutan tertentu, kekurangan nutrisi ibu (misalnya defisiensi yodium, folat), penyakit (misal diabetes) atau obat-obatan tertentu (alkohol, fenitoin).
Apa saja jenis kelainan kongenital?
Kelainan kongenital terdiri dari berbagai kelainan pada struktur dan juga fungsi atau perkembangan tubuh pada bayi baru lahir. Namun, fokus utama biasanya adalah pada kelainan struktur.
Kelainan struktur diartikan sebagai perubahan susunan tubuh yang berdampak pada kondisi kesehatan bayi kelak, memengaruhi kehidupan sosialnya, juga bentuk rupanya dan biasanya memerlukan tindakan medis lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Beberapa kelainan struktural bawaan lahir yang umum ditemui adalah cacat jantung, spina bifida, bibir atau langit-langit sumbing, dan kaki pengkor (club foot).
1. Cacat jantung
Kelainan kongenital yang paling umum adalah cacat jantung. Tidak jelas penyebab terjadinya cacat jantung pada bayi baru lahir, namun risiko ini akan meningkat bila ibu semasa hamil sering mengonsumsi alkohol dan rokok.
Anomali jantung terjadi ketika ada bagian jantung yang tidak terbentuk dengan baik saat janin masih berada di dalam rahim. Hal ini dapat mempengaruhi seberapa baik jantung dapat mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
2. Anggota gerak yang tidak terbentuk sempurna
Terkadang, bagian dari anggota tubuh tidak terbentuk sempurna di dalam rahim. Kelainan struktural ini berarti anggota tubuh lebih kecil dari ukuran biasanya atau hilang sama sekali. Misalnya, bayi mungkin kehilangan jari, kaki pengkor, atau lengan yang lebih pendek dari biasanya. Biasanya hal ini tidak akan berpengaruh besar pada kehidupan bayi, namun terapi fisik atau prostetik tetap diperlukan.
ADVERTISEMENT
Penyebab kejadian ini tidak diketahui dengan pasti, namun paparan bahan kimia atau infeksi selama kehamilan dapat meningkatkan peluang terjadinya kondisi ini.
3. Celah bibir atau langit-langit (labiopalatoskisis)
Jika jaringan pembentuk langit-langit mulut atau bibir tidak menyatu dengan baik, maka dapat menyebabkan celah bibir atau langit-langit, atau keduanya. Ini dapat memengaruhi ucapan, pendengaran, dan makan. Sebagian besar bayi dengan kelainan struktural ini memerlukan pembedahan dalam beberapa bulan pertama kehidupan.
4. Neural tube defect (cacat tabung saraf)
Neural tube defect adalah cacat bawaan yang terjadi akibat kegagalan penutupan lempeng saraf pada masa kehamilan. Kondisi ini akan memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Kelainan struktural ini terjadi pada beberapa bulan pertama kehamilan, saat otak dan sumsum tulang belakang janin terbentuk.
ADVERTISEMENT
Konsumsi asam folat selama kehamilan dapat membantu mencegah cacat tabung saraf pada bayi.
5. Kelainan usus dan perut
Gastroschisis adalah kondisi dimana dinding perut tidak menutup sepenuhnya, sehingga usus bisa masuk dan berkembang di luar tubuh. Organ tidak akan memiliki kantung pelindung. Ada lagi yang namanya omphalocele, kondisi ini sama saja namun kelainan ini masih terdapat kantung pelindung di sekitar organ. Pada kondisi ini mau bagaimanapun, bayi akan membutuhkan pembedahan segera setelah lahir.
Selain terjadi pada susunan dan bentuk organ tubuh, kelainan kongenital juga dapat terjadi pada fungsi tubuh atau perkembangan bayi, seperti:
Sindrom Down: bayi memiliki kromosom ekstra yang memengaruhi perkembangan otak dan tubuhnya.
Tuna netra: bentuk mata bayiyang tidak beraturan atau otak dan mata tidak bekerja sama dengan baik.
ADVERTISEMENT
Gangguan pendengaran: bayi mungkin bisa mendengar, bisa juga tuli, bisa disebabkan oleh faktor genetis.
Cerebral palsy: cacat motorik masa kanak-kanak yang paling umum, disebabkan oleh kerusakan pada otak saat sedang berkembang, dampaknya memengaruhi keseimbangan, gerakan, dan postur tubuh.
Distrofi otot: otot menjadi lebih lemah seiring waktu.
Bagaimana cara mencegah terjadinya kelainan kongenital?
1. Memastikan remaja perempuan dan ibu hamil memiliki pola makan yang sehat sepeti mengonsumsi berbagai macam sayur dan buah, serta menjaga berat badan yang sehat.
2. Memastikan asupan vitamin dan mineral yang cukup, terutama asam folat pada remaja putri dan ibu hamil. Konsumsi asam folat minimal 400 mikrogram dalam sehari selama kehamilan.
3. Memastikan ibu menghindari zat berbahaya, terutama alkohol dan tembakau.
ADVERTISEMENT
4. Menghindari perjalanan ke daerah yang mengalami wabah infeksi yang diketahui terkait dengan kelainan bawaan (bagi wanita hamil dan wanita usia subur).
5. Mengurangi atau menghilangkan paparan lingkungan terhadap zat berbahaya (seperti logam berat atau pestisida) selama kehamilan.
6. Mengendalikan diabetes sebelum dan selama kehamilan melalui konseling, manajemen berat badan, diet, dan pemberian insulin bila diperlukan.
7. Memastikan bahwa setiap pemaparan wanita hamil terhadap obat-obatan atau radiasi medis (seperti rontgen) dibenarkan dan berdasarkan analisis risiko-manfaat kesehatan yang cermat.
8. Vaksinasi, terutama terhadap virus rubella, untuk anak-anak dan perempuan.
9. Meningkatkan dan memperkuat pendidikan tenaga kesehatan dan pihak lain yang terlibat dalam promosi pencegahan kelainan bawaan.
10. Skrining untuk infeksi, terutama rubella, varicella dan sifilis, dan pertimbangan pengobatan.
ADVERTISEMENT
11. Periksa kehamilan secara berkala.
12. Hindari mengonsumsi alkohol, merokok dan konsumsi obat-obatan keras.
Jadi, jaga kesehatan selama hamil dengan maksimal, ya.
Referensi: WHO, CDC, MedicalNewsToday
Photo by Sam Rana: https://www.pexels.com/