Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Harmoni dalam Keberagaman: Kisah Terowongan Silaturahmi Istiqlal dan Katedral
26 Desember 2024 13:44 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta, salah satu kota terbesar di Indonesia adalah kota yang penuh warna. Tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, kota ini juga menjadi tempat berjumpanya berbagai budaya, tradisi, dan agama. Salah satu simbol nyata dari keharmonisan itu bisa dilihat di kawasan Pasar Baru, di mana Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral berdiri berdampingan, hanya dipisahkan oleh sebuah jalan. Kini, hubungan itu semakin kuat dengan hadirnya Terowongan Silaturahmi.
ADVERTISEMENT
Terowongan Silaturahmi diresmikan pada 12 Desember 2024 oleh Presiden Prabowo Subianto. Terowongan ini bukan sekadar jalur penghubung, tetapi juga simbol persatuan dan toleransi. Ide untuk membangun terowongan ini sebenarnya sudah muncul pada tahun 2019, ketika pemerintah merencanakan renovasi besar-besaran Masjid Istiqlal. Saat itu, Presiden Joko Widodo mengusulkan adanya penghubung fisik antara dua tempat ibadah ini sebagai simbol harmoni antarumat beragama. Usulan ini kemudian diteruskan oleh pemerintahan berikutnya, dengan pembangunan terowongan dimulai pada 2020.
Proses pembangunan terowongan tidaklah mudah. Lokasi strategis yang berada di tengah pusat kota dengan lalu lintas padat menjadi tantangan utama. Selain itu, pembangunan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak mengganggu aktivitas di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Meski begitu, dengan kolaborasi antara pemerintah, komunitas agama, dan berbagai pihak terkait, pembangunan akhirnya selesai pada tahun 2021. Namun, terowongan ini baru diresmikan pada akhir 2024, setelah melalui proses penyempurnaan dan penyesuaian fasilitas untuk memastikan kenyamanan dan keamanan bagi para penggunanya.
ADVERTISEMENT
Dengan panjang sekitar 34 meter dan kedalaman 6 meter, terowongan ini dirancang modern serta ramah untuk semua kalangan. Ada lift dan tangga berjalan yang memudahkan akses, terutama bagi lansia dan penyandang disabilitas. Desain interiornya dibuat sederhana tapi elegan, dengan pencahayaan hangat dan ornamen yang mencerminkan semangat persatuan. Di dalamnya, terdapat galeri diorama yang menceritakan hubungan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Diorama ini menjadi pengingat bagi setiap orang yang melintasi terowongan bahwa perbedaan keyakinan adalah sebuah kekayaan, bukan penghalang.
Masjid Istiqlal, sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara, dibangun dengan semangat kemerdekaan. Nama "Istiqlal" sendiri berarti kemerdekaan. Didesain oleh Frederich Silaban, seorang arsitek Kristen Protestan, masjid ini menjadi simbol persatuan bangsa. Di sisi lain, Gereja Katedral Jakarta, dengan arsitektur neo-gotiknya yang megah, sudah menjadi pusat kegiatan umat Katolik sejak tahun 1901. Keberadaan kedua tempat ibadah ini yang berdekatan adalah gambaran nyata harmoni yang dirajut di tengah keragaman Indonesia.
ADVERTISEMENT
Fungsi terowongan ini memang sederhana: menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Namun, makna di baliknya sangatlah mendalam. Terowongan ini adalah simbol bahwa kita, meski berbeda keyakinan, adalah bagian dari satu bangsa. Terowongan ini adalah undangan untuk saling memahami, saling menghormati, dan saling mendukung, terutama dalam menjaga kerukunan di tengah perbedaan.
Dalam pidato peresmiannya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya terowongan ini sebagai simbol persatuan. Beliau menyatakan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman agama, harus terus menunjukkan kepada dunia bahwa toleransi dan kerukunan dapat dijaga. "Perbedaan bukanlah penghalang, melainkan energi yang memperkuat kita sebagai bangsa," ungkapnya. Peresmian ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh agama, baik dari Islam, Katolik, maupun agama-agama lainnya, yang menandai semangat persatuan yang ingin dihadirkan.
ADVERTISEMENT
Selain simbol persatuan, terowongan ini juga memiliki manfaat praktis. Pada momen-momen tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri atau Natal, terowongan ini mempermudah umat untuk saling berbagi ucapan selamat. Acara lintas agama, seperti dialog atau kegiatan sosial, kini lebih mudah dilakukan karena ada akses langsung antara kedua tempat ibadah ini. Terowongan ini telah menjadi ruang di mana perbedaan tidak lagi menjadi jarak, tetapi menjadi alasan untuk semakin dekat.
Terowongan Silaturahmi terbuka untuk umum, namun aksesnya diatur dengan ketat untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pengunjung. Pada hari-hari biasa, terowongan ini dapat digunakan oleh umat yang beribadah di kedua tempat tersebut atau mereka yang ingin mempelajari sejarah toleransi beragama di Indonesia. Namun, pada saat acara keagamaan besar atau kegiatan tertentu, pengaturan khusus dilakukan untuk menghindari kepadatan.
ADVERTISEMENT
Sejak diresmikan, Terowongan Silaturahmi mendapat sambutan positif. Banyak orang yang datang, baik untuk beribadah maupun sekadar ingin melihat terowongan ini. Wisatawan lokal dan mancanegara juga tertarik mengunjungi tempat ini, menjadikannya salah satu destinasi wisata religi di Jakarta. Lebih dari itu, terowongan ini telah menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk membangun simbol-simbol persatuan serupa.
Di tengah dunia yang sering kali diwarnai konflik atas nama agama, kisah Terowongan Silaturahmi adalah angin segar. Ia adalah bukti bahwa perbedaan tidak harus menjadi pemisah. Sebaliknya, perbedaan adalah kekayaan yang bisa menguatkan, jika dikelola dengan baik. Indonesia, melalui terowongan ini, memberikan contoh kepada dunia bahwa harmoni itu mungkin, bahwa perbedaan itu indah.
Terowongan Silaturahmi mengajarkan kita untuk melihat lebih dalam dari sekadar dinding dan lantainya. Ia adalah simbol, sebuah pengingat, bahwa kita semua memiliki peran dalam menjaga kebersamaan. Di bawah bayangan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, terowongan ini menghubungkan lebih dari sekadar dua tempat. Ia menghubungkan hati, semangat, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik, di mana perbedaan tidak lagi menjadi alasan untuk berpisah, tetapi menjadi alasan untuk bersatu.
ADVERTISEMENT