Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Terbongkarnya Masalah Polri Dimulai Dari Buku Ini
2 November 2022 17:40 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Agoeng Widyatmoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita patut berterima kasih pada kolumnis Kumparan, Iqbal Aji Daryono. Bukunya menjadi pintu masuk membongkar rahasia negara, khususnya aneka masalah di dalam tubuh Polri.
ADVERTISEMENT
Dalam buku kitab Vibrasi Arif Rh, The Secret Rhonda Byrne, hingga simbahnya buku tentang kekuatan pikiran, Master Key System, ada satu hal utama yang senada. Pilihan kata, pikiran, dan visualisasimu adalah kekuatan yang akan menarik energi seperti yang kamu sampaikan.
Mari kita ambil contoh ringan. Masih ingat dengan Babe Benyamin di Sinetron Si Doel Anak Sekolahan? Dalam salah satu adegan, dia marah dan “mengutuk” si Doel yang diperankan Rano Karno dengan kalimat, “Gua sumpahin lo jadi Gubernur!” Sepele dan tampak main-main. Tapi beberapa tahun kemudian, si Doel—eh si Rano Karno—terbukti sempat jadi Gubernur Banten.
Kalau agak kejauhan ambil contoh, mari kita lihat Bunga Citra Lestari atau BCL. Salah satu lagu andalannya adalah Kutunggu Kau di Keabadian. Dan ternyata…. Dia memang ditinggal terlebih dulu oleh suaminya di keabadian. Kebetulan? Mari kita cek fakta lain.
ADVERTISEMENT
Coba kita simak contoh penyanyi cilik Farel yang terkenal dengan lagu Ojo Dibanding-bandingke. Entah kenapa, dia tiba-tiba saja sempat mencuat gegara ditanya soal agamanya oleh penceramah Gus Miftah. Dengan enteng Farel menjawab agamanya… mbuh. Sempat viral. Tapi, lagi-lagi kalau mau diambil dari hipotesis awal di tulisan ini, Farel jadi “penarik energi” dibanding-bandingke secara tidak langsung, yakni dengan pertanyaan soal agama tadi. Pembandingnya apa? Ya soal Islam atau non-Islam tadi.
Saya pribadi pernah mengalami hal sejenis. Tapi kali ini dengan visualisasi Menara Eiffel di Taman Wisata Kaliurang Jogja. Di sana, ada beragam miniatur Menara dunia, dari Eiffel hingga Menara Pisa. Satu foto saya, lengkap dengan istri dan orang tua, memakai jaket yang sama, berlatar Eiffel. Setahun berikutnya, mewujud jadi nyata. Saya berfoto persis dengan Eiffel yang asli dan jaket yang sama persis. Saya sendiri baru sadar ketika adik mengirimkan dua foto tersebut beberapa waktu kemudian.
ADVERTISEMENT
Lalu apa hubungannya dengan buku karya Iqbal Aji Daryono? Tempo hari, dia menuliskan buku berjudul Berjuang di Sudut-sudut Tak Terliput. Kisahnya adalah bagaimana kiprah polisi di berbagai daerah yang belum pernah diliput di media. Rata-rata kisah polisi membantu masyarakat yang sangat menyentuh. Sampai di sini, aman semua. Clear. Tujuan buku tercapai. Dipandang dari nilai kehumasan, Polri menang banyak. Masyarakat—sampai Dedy Corbuzier di show Close the Door—pun mengapresiasi.
Tapi, menilik judul buku itu, Berjuang di Sudut-sudut Tak Terliput ada yang sedikit janggal. Kata Tak ini seharusnya—dari segi bahasa—harusnya diganti kata Belum. Sebab, kalau kata “Tak” artinya sama sekali tidak bisa diliput. Beda dengan belum. Yang artinya masih mungkin diliput, hanya saja, belum kesampaian.
ADVERTISEMENT
Sebagai referensi, dulu ada lagu dari Kla Project, Tak Bisa Ke Lain Hati. Ada satu kalimat, “Terwujud Keinginan yang Tak Pernah Terwujud”. Kalimat itu diprotes oleh seorang penulis—kalau tidak salah—Mochtar Pabottinggi. Karena kalau tak ternah artinya sudah tak akan bisa terwujud. Harusnya, menurut Mochtar, Terwujud Keinginan yang Belum Pernah Terwujud.
Nah, sampai di sini, judul buku Iqbal menurut saya jadi kurang pas. Tapi ternyata… di sinilah keajaiban energi dari judul buku itu. Berjuang di Sudut-sudut Tak Terliput. Apa yang Tak Terliput selama ini pelan-pelan mulai terbuka semua. Daleman yang dulu tertutup gelap (atau samar?), satu per satu mulai terkuak. Sudut-sudut artinya juga tak hanya satu sudut, alias ada beberapa. Maka, satu per satu mulai muncul kasus demi kasus. Mulai dari kasus Ferdy Sambo, Konsorsium 303, kasus gas air mata di Kanjuruhan, hingga, Calon Kapolda Jatim Teddy Minahasa ditangkap karena kasus narkoba. Coba saja cek. Kapan launching buku Iqbal dan kapan mulai kasus-kasus itu terbuka. Semua terjadi setelah buku itu di-launching. Buku tercatat resmi beredar 27 Juni 2022. Sedangkan kasus Ferdy Sambo terjadi pada 8 Juli 2022.
Maka, judul buku Iqbal itu seolah mantra. Membuka yang tak terliput sebelumnya. Dan bukan belum terliput. Ini benar-benar tak terliput. Entah karena takut, entah karena sebelumnya sepakat ditutup. Namun yang jelas, kini dengan gamblang kita melihat semua yang tak terliput itu terbuka. Cetho wela-wela. Maka, mari berterima kasihlah pada Iqbal. Dia pantas menerima kehormatan jadi pembuka jalan. Dari yang awalnya samar, kini pelan kabutnya mulai tersingkap. Dan pastinya, Polri kini sedang benar-benar berjuang, di sudut—gelap—tak terliputnya.
ADVERTISEMENT
Oh ya, sebagai pemantik lainnya, sadarkah kalau Polri sekarang juga punya tagline Salam Presisi? Pada era Kapolri sekarang, itu merupakan singkatan dari Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan. Sebelumnya, yang jadi tagline adalah Promoter alias Profesional, Modern, dan Tepercaya. Apakah kamu menangkap kekuatan pilihan kata yang mirip dengan uraian tadi? Betul! Pergantian tagline yang mengarah ke transparansi akhirnya membuat semua jadi cetho wela-wela. Jadi, mari kita tunggu episode lain apa yang akan terbuka berikutnya. Salam Presisi.