Konten dari Pengguna

Balancing Life Di Era Pseudo Post-Modernisme

Resna Sollehudin
Mahasiswa Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memiliki hobi membaca, olahraga, dan berbicara :). Pegiat komunitas sosial kemasyarakatan berbasis literasi (TBM kolong fly over Ciputat).
2 Oktober 2024 7:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Resna Sollehudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia dengan segala macam kondisi sosial serta kemasyarakatan-nya telah banyak mengalami perubahan serta perkembangan. Manusia sebagai individu yang juga turut masuk dalam kehidupan sosial kemasyarakatan mengalami berbagai macam kemajuan seiring dengan pergantian zaman. Kehidupan semakin kompleks dan berbagai macam teknologi serta penemuan kian lama kian terbarukan. Manusia yang dahulunya membajak sawah menggunakan hewan seperti kerbau, kian kesini mereka mulai membajak sawah menggunakan alat pembajak sawah yang lebih ter-modernkan.
ADVERTISEMENT
Di zaman yang dikenal dengan sebutan zaman kemajuan teknologi ini atau dikenal juga dengan istilah post-modernisme manusia tidak perlu dirisaukan lagi dengan berbagai permasalahan terhadap jarak ketika ingin berkomunikasi dengan kerabat atau sanak saudara di kampung nan jauh misal-nya, atau ketika ingin pergi berbelanja keperluan hidup manusia di zaman yang tercanggihkan ini hanya perlu memesannya melalui aplikasi pasar online atau yang dikenal dengan e-market dsb. Intinya manusia di zaman post-modern ini telah hidup dengan berbagai macam kemudahan serta keberlimpahan baik yang sifatnya informasi maupun dengan berbagai macam pembaruan teknologi.
Ilustrasi Post-modernisme. foto: https://www.pexels.com/photo/person-standing-outside-high-rise-building-at-golden-hour-1404463/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Post-modernisme. foto: https://www.pexels.com/photo/person-standing-outside-high-rise-building-at-golden-hour-1404463/
Post-moderenisme atau dikenal dengan masa setelah era modern, merupakan masa di mana perkembangan teknologi serta berbagai macam informasi semakin mudah untuk diakses. Masa ini juga ditandai dengan megahnya struktur serta arsitektur bangunan yang semakin megah dan semakin canggih. Di masa ini tidak ada lagi yang dinamakan dengan jarak ketika kita ingin berkomunikasi dengan seseorang. Media sosial sebagai sarana pertukaran berbagai macam informasi serta wadah untuk saling berkomunikasi menjembatani manusia untuk hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, disamping dampak positif dari kemudahan terhadap segala akses serta berbagai macam kebutuhan informasi. Manusia di era post-modernisme ini dibuat kebingungan dikarenakan saking banyaknya informasi yang mereka dapatkan. Dengan keberlimpahan terhadap sumber informasi yang ada ini manusia dibuat bingung serta khawatir akan ketertinggalannya terhadap segala macam informasi yang ada. Dikarenakan saking banyaknya informasi yang mereka terima akhirnya mereka bingung dan malah tidak dapat menghimpun berbagai informasi yang ada. Oleh karena itu, tak jarang kita mendengar suatu istilah yang dinamakan dengan FOMO(fear of missing out).
FOMO atau lebih mudahnya diartikan dengan takut ketinggalan informasi, merupakan suatu kondisi di mana seseorang merasa cemas atau khawatir akan ketertinggalannya terhadap informasi atau hal-hal populer yang ada disekitarnya. Yang mana FOMO ini terjadi ketika seseorang mendapat paparan terhadap segala informasi yang ada pada kehidupan sosial-nya melalui media sosial atau media informasi, yang membuat seseorang merasa tertinggal atau merasa kurang berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, di era post-modernisme yang begitu banyak informasi serta hal-hal baru yang bertebaran di media sosial ini semakin banyak orang atau individu FOMO yang apabila kita perhatikan hal tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang tersebut. Seseorang bisa merasakan cemas serta khawatir dikarenakan takut ketinggalan informasi yang ada. Yang mana padahal informasi atau hal-hal baru tersebut sifatnya masih semu atau palsu (hanya untuk memenuhi kepuasan semata). Dikarenakan hal atau informasi yang semu tersebut seseorang banyak yang tertipu dan menjadi ikut-ikutan dikarenakan takut ketinggalan serta khawatir dikatakan manusia keterbelakangan!.
Dengan begitu di tengah banyaknya ketersebaran informasi serta hal-hal baru di era postmodernisme, seseorang seharusnya bisa menyeimbangi dirinya akan berbagai macam banyaknya informasi yang ada. Jangan sampai ia terbawa oleh arus tsunami gelombang informasi yang ia terima.
ADVERTISEMENT
Lalu pertanyaanya, bagaimana caranya menyeimbangi hidup di era keberlimpahan informasi yang ada seperti sekarang ini?. Bagaimana caranya supaya kita tidak mudah ikut-ikutan (FOMO) terhadap berbagai macam informasi dan hal-hal baru yang ada?. Apakah harus kita menutup diri pada berbagai macam informasi yang ada?.
Jawabannya adalah, lagi-lagi semua itu harus kita kembalikan kepada diri kita sendiri. Kita harus mampu mengatur diri kita supaya tidak mudah ikut-ikutan serta tidak mudah mencerna berbagai macam informasi yang ada. Kita harus mampu melakukan manajemen kehidupan yang baik, terutama dalam menyaring berbagai macam informasi yang datang pada diri kita. Jangan sampai kita mudah terombang-ambingkan oleh berbagai macam informasi serta hal-hal baru yang ada. Dengan begitu kita lebih enjoy serta tidak mudah cemas ataupun khawatir akan berbagai macam infomasi atau hal-hal baru yang datang pada diri kita.
ADVERTISEMENT