Konten dari Pengguna

Cinta yang Membelenggu: Ketika Harapan Orang Tua Menjadi Beban Anak

Sholihat Az-zahra
Mahasiswi Psikologi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
20 Desember 2024 23:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sholihat Az-zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi harapan orang tua. Foto: Andrea Piacquadio/Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi harapan orang tua. Foto: Andrea Piacquadio/Pexels.com
ADVERTISEMENT
Mah, pah, aku manusia. Tolong, izinkan aku memilih pilihanku," siapa yang merasa relate dengan kalimat diatas? Banyak dari kita yang tumbuh di lingkungan yang penuh cinta, namun terkadang cinta itu hadir dalam bentuk yang sulit dimengerti. Orang tua dengan niat tulus ingin yang terbaik untuk anaknya, tetapi sering kali menetapkan harapan besar untuk anak mereka. Harapan tersebut bisa berupa pilihan pendidikan atau karier yang sayangnya apa yang dimaksudkan sebagai cinta dan bimbingan terkadang terasa seperti belenggu yang mengekang.
ADVERTISEMENT
Harapan orang tua sering kali terlihat seperti harapan sederhana, namun berujung pada tuntunan besar seperti, “Kenapa kamu tidak bisa sehebat kakakmu?” atau “Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, jadi ikuti apa yang mama katakan,” ucapan-ucapan ini walaupun lahir dari cinta, tetapi bisa menyebabkan luka bagi anak-anak yang merasa tidak bisa memenuhi harapan tersebut atau anak-anak yang memiliki mimpi yang berbeda.
Nah, dalam artikel ini kita akan membahas dampak psikologis harapan orang tua yang tidak sejalan dengan anak mereka. Yuk, simak bareng-bareng!

1. Harapan Orang Tua Membuat Harga Diri yang Lebih Rendah

Anak-anak yang merasa tidak bisa memenuhi harapan tinggi orang tua sering kali merasa bahwa dirinya tidak cukup baik. Hal ini dapat terjadi karena mereka tidak percaya akan kemampuan mereka yang mengarah pada citra diri yang negatif. Contohnya, orang tua berharap anaknya menjadi juara satu di sekolah, tetapi jika anak itu merasa gagal memenuhi itu, ia merasa bahwa dirinya tidak memiliki nilai dan mulai berpikiran negative tentang dirinya.
ADVERTISEMENT

2. Peningkatan Tingkat Stres

Tekanan untuk bisa memenuhi harapan orang tua dapat menyebabkan peningkatan tingkat stress. Ketika orang tua menuntut anaknya untuk selalu sempurna atau mencapai standar tinggi, anak akan merasa tertekan. Contohnya, mereka sangat takut jika nilai mereka turun sedikit, hal ini bisa membuat anak tertekan dan merasa stress terus-menerus bahkan sampai cemas terus-menerus tentang apa yang harus dilakukan agar orang tua tidak kecewa.

3. Kecemasan dan Takut Gagal

Anak-anak yang dibesarkan di lingkungan dengan harapan tinggi seringkali merasa takut untuk gagal. Mereka berpikir jika mereka gagal memenuhi standar orang tua mereka akan mengakibatkan hukuman atau kekecewaan. Hal ini yang menyebabkan mereka menjadi sangat cemas tentang melakukan kesalahan, bahkan mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari segala sesuatu yang bisa menyebabkan mereka gagal.
ADVERTISEMENT

4. Masalah Perilaku

Anak-anak yang merasakan kombinasi dari harga diri rendah, stres tingg, dan kecemasan ini bisa memunculkan perilaku bermasalah seperti melawan, sering marah, atau malah jadi lebih tertutup. Hal ini bisa menjadi senjata untuk mereka mengatasi semua tekanan yang mereka rasakan dari harapan orang tua. Contohnya, mereka bisa berbuat hal-hal yang akan menarik perhatian, atau merasa mereka tidak bisa mengontrol diri.

5. Efek Jangka Panjang

Dampak psikologis dari tekanan ini tidak akan berhenti di masa kanak-kanak, tetapi akan berlanjut hingga mereka dewasa. Perasaan tidak cukup baik, cemas berlebihan, dan takut gagal ini bisa terbawa hingga mereka dewasa. Hal ini bisa mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain, pilihan karir, bahkan kesehatan mental mereka di masa depan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, hubungan orang tua dan anak adalah tentang memahami satu sama lain. Orang tua memberikan cinta dengan harapan terbaik, dan anak membutuhkan cinta yang memberdayakan, bukan membelenggu. Sangat penting bagi orang tua untuk menyediakan lingkungan mendukung yang mendorong komunikasi terbuka dan pemahaman emosional untuk memperhatikan pertumbuhan psikologis yang sehat. Saat cinta dan kebebasan berjalan beriringan, hubungan yang penuh kasih dan saling percaya akan terbentuk.
Referensi:
Rodia, Tammardiah, Hasibuan., Daman, Daman., Sasmiyarti, Sasmiyarti., Dewi, Fitriana. (2024). 2. Dampak Pola Asuh Strict Parents terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Journal on Education, doi: 10.31004/joe.v7i1.6982