Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gen Z, Generasi yang Paling Rapuh Alias Lebay, Apa Iya?
10 Desember 2022 22:45 WIB
Tulisan dari Sri Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Dimarah dikit aja udah serasa kayak yang paling tersakiti”.
Ucapan yang sering terlontar untuk Generasi Z. Begitu bukan?
ADVERTISEMENT
Kalo kamu ngerasa Gen Z, yuk simak lebih lanjut!
Gen Z, Siapa Sih?
Generasi Z atau dikenal dengan Gen Z, merupakan generasi lanjutan dari generasi sebelumnya yaitu generasi millenial atau Gen Y. Perkisaran tahun kelahiran untuk generasi Z belum ada yang pasti. Dalam Generation Theory oleh Graeme Congdrington dan Sue Grant-Marshall, Penguin (2004), menyebutkan bahwa generasi Z merupakan orang-orang yang lahir berkisaran tahun 1996-2009. Sementara, Badan Statistik Kanada menghitung perkisaran Gen Z mulai dari tahun 1993-2011.
Perbedaan pendapat mengenai kisaran tahun lahir Gen Z bukan suatu masalah besar yang harus diperdebatkan. Yang menjadi perdebatan adalah anggapan yang diberikan terhadap Gen Z. Banyak banger loh sebutan untuk Gen Z, entah itu untuk kritikan atau pun pujian.
ADVERTISEMENT
Generasi ”Lebay”
Banyak video-video pendek tersebar di sosial media yang menunjukkan perilaku generasi Z di era sekarang. Video-video tersebut menggambarkan karakter generasi Z sebagai generasi yang paling lemah dan mudah mengeluh. Hal demikian karena generasi Z selalu mengaitkan masalah apapun dengan kesehatan mentalnya.
Lalu, lebay nya dari mana? Diambil dari pengalaman penulis dalam mengamati sosial media, bahwa banyak generasi sebelum-sebelumnya yang mengatakan bahwa Gen Z biasanya membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sepele dan memutuskan untuk lebih baik menyerah. Generasi Z lebih memprioritaskan kesehatan mental, sehingga apapun masalahnya jika menurut mereka akan mengganggu kesehatan mental mereka, maka lebih baik keluar dari masalah itu. Itulah mengapa generasi ini disebut dengan generasi yang lebay karena dianggap sebagai generasi yang rapuh dan mudah menyerah.
ADVERTISEMENT
Salahkah Memprioritaskan Kesehatan Mental?
Hidup di era internet membuat generasi saat ini lebih mudah mengakses informasi darimana saja. Termasuk diantaranya isu mengenai kesehatan mental. Gen Z mulai terbuka dengan isu-isu kesehatan mental terlebih lagi setelah pandemi korona melanda dunia. Isu-isu kesehatan mental ini muncul di kala banyak orang yang stress atau pun depresi karena dampak yang muncul akibat wabah virus ini. Dampak yang muncul misalnya, dari faktor ekonomi yang menurun, kesulitan dalam melakukan pekerjaan di rumah atau Work From Home dan lain-lain. Keterbukaan mereka terhadap kesehatan mental membuat mereka untuk lebih mengutamakan kenyamanan diri.
Memprioritaskan kesehatan mental tidaklah salah. Itu merupakan keharusan setiap individu dalam merawat sekaligus bentuk apresiasi untuk diri sendiri. Namun, jika menyerah terhadap suatu masalah dengan alasan takut kesehatan mental terganggu. Kebiasaan itu dinilai buruk karena tidak adanya tindakan problem solving lain yang dapat meringankan masalah. Jadi, yang harus dilakukan Gen Z saat ini ialah hadapi masalah, bukan lari dari masalah.
ADVERTISEMENT
Gen Z, Generasi Paling Rapuh Tapi Paling Kritis
Terlepas dari anggapan generasi yang paling rapuh, ternyata Gen Z diakui sebagai generasi yang paling kritis. Bahkan untuk pemilu yang akan datang, Gen Z berperan besar dalam hasil voting. Dalam diskusi publik yang dilaksanakan September lalu tepatnya Senin (26/9/2022), Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CCSIS (Centre for Strategic and International Studies), Arya Fernandes, menyampaikan bahwa generasi Z dan millenial yang rentang usianya 17-39 akan mendominasi Pemilu 2024 dengan presentase 60% berdasarkan periode survei pada 8-13 Agustus 2022.
Sikap kritis generasi Z akan sangat mempengaruhi Pemilu 2024 mendatang. Hal itu diperkuat dengan mudahnya akses informasi yang didapat termasuk mengenai dunia politik. Munculnya pemuda-pemuda yang eksis di dunia maya memberi konten menarik seputar dunia politik. Sehingga, hal tersebut membuat viewers-nya yang mayoritas merupakan Gen Z mulai tertarik dan terbuka akan informasi dunia politik.
ADVERTISEMENT
Mungkin kalian pernah mendengar ungkapan yang mengatakan
”Calon pemimpin yang bisa menarik hati Gen Z, kemungkinan besar pasti akan menang pemilihan”.
Tak heran, banyak opini publik yang muncul terkait tokoh-tokoh politik yang eksis di dunia maya. Mereka dianggap pencitraan karena mencari perhatian masyarakat dengan menunjukkan konten kepeduliannya terhadap masyarakat.
Teruntuk kamu yang merasa bagian dari Gen Z, apa pun sebutan atau ungkapan yang buruk mengenai generasi kamu itu tidaklah penting. Fokus saja terhadap apa yang ingin dicapai. Buatlah keluargamu, masyarakat bahkan sampai negara sekalipun merasa bangga dan beruntung atas kehadiranmu.