Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menggapai Mimpi Melanjutkan Studi ke Negeri Sakura (2)
30 Maret 2021 6:42 WIB
Tulisan dari Sri Surati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tantangan setelah Lulus LPDP
Setelah menjalani serangkaian tes yang tidak mudah, saya dinyatakan lulus oleh LPDP pada bulan September 2019.
ADVERTISEMENT
Satu tantangan telah selesai dilaksanakan dan tantangan berikutnya muncul yaitu saya harus menunda masuk Universitas hingga April tahun 2020 karena waktu yang tidak cukup untuk mengurus dokumen yang dibutuhkan.
Kelelahan dengan jadwal bekerja di dalam dan luar kota memicu timbulnya GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) yang mengakibatkan beberapa efek samping lain yang cukup parah dan mengharuskan saya untuk membatasi aktivitas selama empat bulan lamanya.
Sungguh sehat merupakan karunia yang tidak ternilai, hingga pada saat itu saya berpikir untuk tidak melanjutkan studi. Sungguh Tuhan sebaik-baiknya tempat untuk memohon kesembuhan. Pada awal tahun 2020, saya kembali pulih seperti sedia kala.
Seperti baterai yang baru saja selesai di-recharge, semangat untuk terus maju untuk menggapai mimpi datang kembali.
ADVERTISEMENT
Setelah seluruh urusan dokumen selesai, cobaan lain datang berupa pandemi Covid-19 yang menyebar cepat ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Sungguh, kebijakan dapat berubah dalam hitungan jam akibat si makhluk imut yang tidak tampak namun mampu mengacaukan dunia dalam sekejap,
Keberangkatan yang direncanakan pada tanggal 30 Maret 2020 terpaksa tidak dapat dilaksanakan.
Jepang mulai menutup akses untuk beberapa negara dengan kasus Covid-19 tertinggi termasuk Indonesia pada tanggal 28 Maret 2020, dua hari sebelum tanggal keberangkatan saya ke Jepang.
Pada saat itu tentu saja saya berandai-andai, andai kemarin saya merencanakan keberangkatan sebelum tanggal tersebut.
Hikmah di Balik Pandemi
Nasi telah menjadi bubur, demikian peribahasa lama menggambarkan keadaan tersebut. Namun, entah mengapa ada perasaan begitu lega dalam hati kecil saya yang tidak dapat saya ungkapkan melaui kata-kata.
ADVERTISEMENT
Lega, mungkin karena saya tidak perlu meninggalkan keluarga saya saat itu dalam kondisi pandemi seperti ini. Bagaimana nasib belajar dari rumah yang harus dijalankan oleh anak saya yang paling besar jika saya sudah berangkat saat itu dan ke mana saya akan menitipkan anak saya yang paling kecil pada keadaan yang menuntut untuk menjaga jarak antar individu.
Tidak tega rasanya harus menitipkannya pada tetangga yang biasa menjaganya setiap hari dalam kondisi saya tidak dapat menjamin kedisiplinan orang lain dalam menjaga protokol kesehatan.
Bersyukur dan tetap berpikiran positif terhadap Tuhan adalah kunci ketenangan batin. Tidak terduga, Universitas tujuan saya memberlakukan perkuliahan secara daring dikarenakan hal yang sama juga terjadi pada mahasiswa Internasionalnya yang lain.
ADVERTISEMENT
Dapat menjalani kuliah sembari mendampingi anak-anak di rumah adalah kenikmatan yang tak terhingga. Benar, memang stress pada awalnya karena menjalani hal-hal baru yang berbeda. This is our new normal dan itu normal karena tanpa disadari setiap makhluk hidup memang harus menghadapi new normal nya setiap saat untuk dapat bertahan hidup. Bedanya, kali ini new normal ini terasa begitu ekstrem.
Beberapa bulan sudah mampu membuat kondisi ini normal untuk kami jalani. Manajemen waktu yang baik adalah kunci yang utama. Saya sudah tidak kewalahan seperti awal-awal pandemi.
Si Kakak selain telah mengerti bagaimana menjalankan protokol kesehatan (prokes), dia juga mulai mengerti kewajibannya tanpa harus diingatkan setiap hari. Si Kakak pun telah belajar membagi waktunya dengan baik untuk berbagai kegiatan yang harus dilakukan dari rumah, walaupun beberapa kali dia mengeluh karena kelelahan.
ADVERTISEMENT
Si balita juga mulai mengerti menjalankan prokes yang dianjurkan pemerintah, seperti mencuci tangan sesering mungkin dan memakai masker ketika keluar rumah. Apresiasi tinggi untuk si balita, karena dia mampu bertahan memakai masker berjam-jam tanpa mengeluh dan melepaskannya, tidak seperti kebanyakan balita lain.
Untuk saya, mampu mengadaptasikan kedua buah hati saya dengan kegiatan belajar dari rumah dan pentingnya menerapkan prokes tanpa diingatkan lagi merupakan pencapaian terbesar.
Satu hal penting lainnya yaitu saya juga berhasil membimbing Ayah saya agar selalu disiplin menerapkan prokes dengan baik mengingat usianya yang telah memasuki kepala tujuh yang termasuk dalam kategori sangat rawan terpapar virus hits ini.
Hingga pada saatnya nanti saya harus berangkat ke Jepang untuk melanjutkan studi, tidak ada lagi kekhawatiran akan bagaimana mereka beradaptasi dengan keadaan ini.
ADVERTISEMENT
Nilai Memuaskan
Perjalanan yang penuh tantangan selama pandemi membuat rasa takut untuk bersaing dengan mahasiswa lain yang jauh lebih muda rata-rata hampir 15 tahun, sudah tidak ada lagi.
Seorang mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan Sarjananya di Universitas tempat saya menuntut ilmu sekarang ini dan melanjutkan Pendidikan Magister di angkatan yang sama dengan saya pernah berkata bahwa jangan berharap mendapatkan nilai sempurna di Universitas ini karena sulitnya mendapatkan nilai tersebut. Jika empat adalah nilai sempurna di sini, maka nilai tiga di sini sudah sangat bagus.
Di luar ekspektasi, pada dua semester ini saya mendapatkan nilai S pada 95 % mata kuliah yang saya ambil dan 5% sisanya mendapatkan nilai A. Sebagai informasi, nilai tertinggi di Universitas saya adalah S (luar biasa) kemudian diikuti dengan A, B, C dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Pesan Penulis
Usia bukanlah suatu halangan untuk belajar. Harus diingat bahwa salah satu lelah yang disukai Tuhan adalah lelah karena menuntut ilmu. Namun, jangan lupakan kewajiban utamamu.
Jangan takut untuk bermimpi karena “Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan dunia”, begitu salah satu petikan lirik lagu laskar Pelangi.
Yakinlah bahwa when there is a will, there is a way, di mana ada kemauan di situlah ada jalan.
Sesungguhnya Tuhan Maha Mendengar dan Mengabulkan doa hambanya, maka janganlah lelah untuk memohon kepadaNya dengan sepenuh hati.
Tuhan akan menyediakan “1001 jalan menuju Roma” bahkan lebih jika engkau mau berusaha. Apabila engkau mengalami kegagalan, maka bangkitlah kembali dengan cepat dan jangan takut untuk mencoba lagi karena Tuhan mungkin ingin melihat kesungguhanmu.
ADVERTISEMENT