Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Ibu Sekaligus ASN Produktif Selama Pandemi
30 Maret 2021 6:55 WIB
Diperbarui 11 Mei 2021 21:52 WIB
Tulisan dari Sri Surati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hampir semua Ibu rumah tangga mengeluhkan perubahan aktivitas selama pandemi Covid-19. Apa kabarnya dengan kami, para ibu yang juga bekerja atau sedang melanjutkan studi dan juga mengurusi rumah tangga?
ADVERTISEMENT
Alih-alih Work from Home (WFH), seharian malah sibuk mengurusi School from Home (SFH) anak-anak. Tugas yang inilah, hafalan yang itulah, ulangan esok harilah, membuat emosi naik turun.
Belum lagi kalau punya balita, dijamin menjadi penambah nikmat dalam menghadapi situasi ini. Ditambah tidak punya asisten rumah tangga, pasti akan lebih "indah" lagi. Jam kerja pun menjadi tak terbatas karena banyak urusan sampingan ketika WFH.
Sebagai seorang ibu sekaligus ASN yang sedang melanjutkan studi di salah satu Universitas di Jepang, saya juga mengalami kerepotan yang sama. Karena pandemi, saya juga harus menjalankan SFH seperti anak saya.
Walaupun saat ini kami diberkahi dengan alat komunikasi dan laptop yang lebih dari satu, edisi berebut ponsel dan laptop dengan anak saya juga kerap terjadi karena selalu ada ponsel dan laptop kesukaan.
ADVERTISEMENT
Butuh delapan bulan untuk saya dapat benar-benar beradaptasi dengan situasi ini. Saya harus belajar membagi waktu dengan baik. Untuk meringankan pekerjaan, saya juga harus melatih anak membagi waktunya dengan baik agar mereka dapat mengerjakan kewajibannya tanpa harus diingatkan setiap saat.
Hingga akhirnya, tidak hanya menjalankan SFH saya, mengurusi SFH anak-anak atau urusan rumah tangga lainnya, ternyata saya juga mampu mengikuti aktivitas lainnya selama pandemi. Awalnya seperti tidak ada waktu luang namun kenyataannya saya telah melakukan banyak hal.
Belajar Banyak Hal melalui Webinar
Banyak sekali hikmah yang dapat diperoleh selama pandemi, yang bisa saja berbeda untuk setiap orang.
Hal yang paling saya syukuri adalah pandemi ini memudahkan orang-orang seperti saya yang suka belajar banyak hal, dapat dengan mudahnya memperoleh banyak sekali ilmu pengetahuan secara gratis.
ADVERTISEMENT
Dengan terbatasnya waktu saya di rumah, saya masih menyempatkan diri untuk mengikuti berbagai webinar gratis yang lebih dari lima puluh persennya terkait sains dan sisanya bukan sains.
Sayang rasanya kalau harus melewatkan ilmu pengetahuan begitu saja, karena saya sadar ilmu itu mahal. Untuk dapat mengikuti pelatihan yang dibiayai oleh kantor saja, sebagai contoh untuk satu orang, satu materi selama tiga hari, kantor harus merogoh kocek hingga 5 juta rupiah belum termasuk akomodasi.
Oleh karena itu, selagi gratis, sejak April hingga Oktober 2020, saya telah mengikuti sekitar 120 webinar dengan topik dan penyelenggara yang berbeda. Itupun yang mampu saya catat dengan baik, masih banyak yang belum sempat tercatat.
Dapat dibayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan jika harus membayar. Jika berandai-andai harus membayar, dengan rata-rata kuliah daring per jam paling murah adalah 200 ribu rupiah, maka dengan 120 webinar dengan total waktu kurang lebih 200 jam, maka saya harus merogoh kocek sebanyak 40 juta rupiah. Sungguh rejeki yang luar biasa, saya dapat belajar tanpa batas dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, kebiasaan baik ini masih tetap saya lakukan.
Lomba Inovasi
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, saya berusaha untuk tetap kreatif dan produktif pada masa krisis seperti ini dengan mengikuti beberapa kompetisi atau membantu pekerjaan kantor yang dapat dilakukan dari rumah.
Alih-alih ingin menang, ingin lebih bermanfaat dengan peran kecil saya merupakan tujuan utama saya.
Saya mencoba berpartisipasi dalam lomba inovasi yang diadakan di unit kerja tempat saya bekerja. Saya dan tim mengirimkan dua proposal dan salah satunya berhasil meraih peringkat ketiga pada lomba tersebut.
Kegiatan Lain
Ketika ada informasi mengenai penyelenggaraan Forum Diseminasi Hasil Riset dan Kajian Obat dan Makanan, saya dan rekan sejawat juga turut berpartisipasi. Ini adalah kali pertama kami berpartisipasi dalam forum tersebut, membuat poster dan mempresentasikannya.
ADVERTISEMENT
Tidak disangka, saya dan rekan saya berhasil meraih juara ketiga pada acara tersebut.
Kalau bukan karena pandemi dan penyelenggaraan secara daring, tentu saya tidak mungkin dapat mengikuti kegiatan tersebut karena sedang melanjutkan studi.
Mulai Menulis
Hal-hal yang dulu hanya menjadi angan-angan saya pun mulai dapat terwujud satu per satu. Saya ingin menulis menjadi sarana untuk saya berbagi ilmu pengetahuan dan inspirasi untuk orang lain terutama anak-anak generasi penerus bangsa.
Pertemuan dengan teman-teman LPDP dan komunitas menulis dengan segudang prestasi serta pengalaman, banyak memberikan inspirasi untuk saya.
Perjalanan menulis saya dimulai dengan menulis jurnal ilmiah sebagai bentuk pengabdian dan sarana berbagi pengetahuan. Ini pertama kalinya saya menulis untuk publik.
Padatnya kegiatan di kantor tidak memungkinkan untuk menulis. Hanya pada saat pandemi, saya berhasil menulis jurnal ilmiah saya yang pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Keinginan menulis di media daring pun sudah terwujud. Menjelang akhir tahun 2020 merupakan pertama kalinya saya menulis di media daring yang ternyata langsung dilombakan.
Lomba tersebut terdiri dari dua kategori yaitu penulis dengan tulisan terbanyak yang berhasil diunggah dan tulisan dengan page viewer terbanyak. Tidak disangka, saya berhasil menempati masing-masing peringkat ketiga dari kategori yang dilombakan.
Bercita-cita Menerbitkan Buku
Telah lama saya bercita-cita ingin sekali menulis dan menerbitkan buku. Pada situasi pandemi ini juga keinginan tersebut dapat terwujud.
Dengan difasilitasi oleh kumparan, bersama-sama dengan penulis lainnya, kami berhasil menelurkan sebuah buku yang merupakan kompilasi tulisan-tulisan terkait Covid-19 ini.
Walaupun tulisan saya pun masih sangat jauh dari sempurna, pencapaian ini mampu memicu saya agar lebih semangat untuk terus menulis.
ADVERTISEMENT
Saya pun sempat mengikuti kompetisi menulis kisah inspiratif yang diadakan oleh salah satu lembaga dan media nasional di Indonesia. Tulisan yang terpilih akan dikompilasi dan diterbitkan dalam sebuah buku.
Di luar dugaan, dari sekadar iseng, ternyata tulisan saya tersebut menjadi salah satu cerita yang terpilih untuk dibukukan dan diterbitkan.
Saya sangat berharap buku tersebut mampu menginspirasi banyak orang untuk tidak mudah menyerah dalam menggapai impian.
Pandemi sesungguhnya bukan penghalang untuk tetap kreatif dan produktif, justru dapat menjadi waktu yang tepat untuk mewujudkan impian-impianmu yang sempat tertunda.
Kuncinya yaitu ikhlas menerima keadaan, perluas jaringan pertemanan yang positif, jangan ragu untuk memulai serta lakukanlah dengan bahagia.