Konten dari Pengguna

Kartago, Kotanya Ratu Dido

Fahreza
mahasiswa yang sedang mencari jalan ninjanya
19 September 2024 14:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahreza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam memahami sejarah kartago, kita dapat memulainya dari latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa funisia. Funisia sendiri bukan merupakan suatu negara, namun merupakan satuan kota merdeka yang terletak sepanjang pantai timur laut tengah (Libanon).
ADVERTISEMENT
Bangsa funisia dikenal sebagai bangsa pelaut sekaligus pedagang yang gagah berani mengarungi laut tengah dan sekitarnya selama beberapa abad setelah 1.000 SM. Pasalnya dalam pelayaran yang dilakukan, bangsa funisia mampu berlayar ke samudra atlantik tanpa alat bantu berupa peta atau alat lain yang dapat menunjukkan jarak dan arah. Mereka juga berlayar mengelilingi benua afrika dan mendirikan koloni. Di antara koloni tersebut adalah Gadez di spanyol dan kartago di afrika utara.
Bangsa funisia mempunyai aktivitas perekonomian berupa perdagangan dengan komoditas di antaranya, rempah-rempah, emas, dan batuan mulia dari india, kain, kaca, dan timah dari inggris serta burung unta dan budak-budak dari afrika. Bangsa inilah juga yang menemukan warna ungu dari karang laut yang membuat kain celup mereka dinilai tinggi oleh raja-raja yang berdagang dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Berkat pelayaran dan perdagangan yang dilakukan menyebabkan bangsa funisia berhubungan erat dengan banyak pusat peradaban di laut tengah dan bangsa dan negara yang bermacam-macam membuat bangsa funisia bukan hanya tukarmenukar barang tapi juga ide-ide. Berkat inilah bangsa funisia dikenal sebagai pembawa peradaban apalagi bangsa funisia lah yang menemukan alfabet yang terdiri dari 22 huruf untuk sumbangsih peradaban dunia.
Berdasarkan keterangan dari bangsa funisia, penduduk yang pertama kali tinggal di kartago adalah Ratu Dido bersama pengikutnya yang terpaksa mengungsi dari funicia ke daerah tertentu di afrika yang karena suaminya bernama sychaeus tidak disukai oleh iparnya bernama pygmalion yang seorang penguasa di tyrus. Hal ini disebabkan karena sikap pygmalion yang menginginkan agar sychaeus menyerahkan separuh hartanya atau angkat kaki dari tyrus, sampai ujungnya berakhir dengan pengasingan. Di sisi lain setelah Ratu Dido dan keluarganya pindah, mereka mendirikan kota yang cukup besar bernama “kartago” dengan letak geografis di sebelah barat mesir dan menghadap laut tengah.
ADVERTISEMENT
ilustrasi ratu dari Pixabay
Penduduk kartago terdiri dari orang-orang funisia dan pengikut ratu dido yang berbahasa smith. Mereka mempunyai kebudayaan bertani dan berdagang yang berkembang seiring berjalanya waktu. Perkembangan ini didukung oleh transportasi yang berupa kapalkapal layar sebagai alat komunikasi dagang dan adanya industri keramik sebagai pemenuhan kebutuhan dagang untuk menyerap pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri.
Perkembangan kebudayaan funisia dan kartago menjadi semakin besar karena bercampur dengan kebudayaan luar dan hubungan dagang yang terus meluas hingga nantinya kartago memperoleh keuntungan berupa penarikan pajak. Hubungan dagang kartago meluas dari afrika hingga eropa. Dengan demikian menyebabkan pengaruh kartago semakin besar sebagai negara dagang. Sampai bahkan kartago memerlukan kapal layar dengan armada laut yang di isi tentara bayaran.
ADVERTISEMENT
Kartago mempunyai sistem pemerintahan berbentuk oligarki, bahwa kekuasaan dipegang oleh segelintir orang. Dengan perdagangan yang berkembang, kartago terus melebarkan sayap kekuasaanya. Orang-orang kartago menguasai separuh sicilia bagian barat. Begitu mereka mencoba merebut sicilia bagian timur yang dipimpin raja syracuse, sang raja meminta bantuan kepada roma yang menjadi pelindung pada kala itu.
Perlu dipahami bersama, Roma merupakan kota besar yang sudah banyak menuai ekspansi di jazirah italia karena kuatnya kekuatan militer dan politik yang dimiliki. Republik roma mempunyai kemiripan sistem dengan yang ada di sparta dan athena, Roma mempercayakan kepemimpinan militer dan politik kepada kelas patricia. Untuk pendidikan militer, roma sangat menjunjung disiplin, keberanian dan kesetiaan yang tinggi. Maka kemudian, menyebabkan kuatnya dominasi di jazirah tersebut. Selanjutnya kota-kota latin seperti, suku etrusca dan orang-orang Apennine mengakui supremasi atau peringkat Roma yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Kota Roma kemudian memantau adanya kartago sebagai eksistensi yang kian membesar menyebabkan ancaman. Maka kemudian ketika bangsa kartago yang menguasai sisilia bagian barat mencoba merebut bagian timur, saat sesudah raja sisilia timur syracuse meminta bantuan roma, meletuslah perang antara roma dan kartago. Peristiwa ini dikenal dengan perang punisia yang terjadi hampir setengah abad lamanya