Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Salam Perpisahan untuk Raja Bhumibol Adulyadej Tersayang
4 April 2019 18:30 WIB
Tulisan dari Stella Kemala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanggal 4-6 Mei 2019 mendatang akan menjadi hari yang sangat bersejarah bagi masyarakat Thailand. Karena pada tanggal tersebut, Raja Maha Vajiralongkorn atau Rama X akan secara resmi dinobatkan sebagai raja baru Thailand. Raja Rama X menggantikan ayahnya, Raja Rama IX atau lebih dikenal dengan nama Raja Bhumibol Adulyadej, yang meninggal dunia pada 13 Oktober 2016 lalu.
ADVERTISEMENT
Nama besar Raja Bhumibol Adulyadej pertama saya dengar pada saat saya duduk di bangku sekolah dasar di Jakarta. Tidak pernah tersirat kalau di kemudian hari saya akan hidup di negara Monarki Konstitusional tersebut.
Sebab sebelumnya, saya belum pernah berkunjung ke Thailand. Saat saya berangkat, kawan-kawan saya yang pernah ke Thailand pun menitipkan berbagai pesan. Pesannya mulai dari rekomendasi makanan enak, tempat belanja, hingga hal-hal yang agak unik di telinga saya, seperti:
“Jangan sampe keinjek duit yang ada gambar Rajanya ya”
“Sebelum nonton bioskop kalo diputerin lagu Kerajaan, ikut berdiri ya”
Dalam hati, saya bertanya-tanya, apa benar demikian? Apa sebesar itu pengaruh raja dalam kehidupan rakyat Thailand?
Jawaban baru saya dapatkan setelah saya tinggal di sana.
ADVERTISEMENT
Januari 2015
Pada hari pertama saya tiba, saya berjalan-jalan keliling daerah rumah saya sambil memperhatikan keadaan sekitar. Saat itu, mata saya menangkap gesture warga lokal yang menarik. Seorang gadis muda terlihat mengatupkan tangan memberikan hormat ke arah pinggir jalan sambil terus berjalan. Saat saya mengikuti arah tangannya, ternyata ada foto Raja Bhumibol terpampang di sana.
Foto tersebut cukup besar terletak di depan gedung perbelanjaan. Di foto tersebut, Raja Bhumibol terlihat gagah menggunakan seragam kebesaran kerajaan berwarna emas. Setelah sang gadis, saya juga melihat ada beberapa orang lainnya memberi hormat ke arah foto tersebut.
Setelah saya perhatikan, ternyata di banyak gedung di Thailand menampilkan foto sang Raja di bagian depannya. Tak jarang foto ditempelkan di seluruh muka gedung tersebut.
ADVERTISEMENT
“Itu dipasang sama pemerintah ya, pak?” tanya saya ke salah satu rekan kerja yang sudah 20 tahun tinggal di Thailand.
“Tidak, bu, itu sukarela dari masing pemilik gedung dan kantor. Di sini mereka memang sayang beneran sama raja,” ujar rekan saya.
Sejujurnya, hal tersebut cukup membuat saya kaget. Ternyata, orang Thailand rela merogoh kocek untuk mencetak dan memasang foto raja di gedungnya.
Desember 2015
Sejak akhir bulan November, saya memperhatikan di pinggir jalan di Bangkok tiba-tiba banyak kios-kios menjual baju-baju berwarna kuning. Pada awal Desember, warga lokal pun juga mulai menggunakan baju kuning.
Saya sedikit panik, karena saya ingat perseteruan kaos kuning vs kaos merah di Thailand yang sempat ramai pada krisis politik tahun 2014. Namun ternyata, baju kuning kali ini merupakan penanda perayaan “Hari Ayah” di Thailand yang jatuh setiap tanggal 5 Desember, bertepatan dengan ulang tahun Raja Bhumibol.
ADVERTISEMENT
Salah satu kegiatan puncak perayaan Hari Ayah tersebut adalah terselenggaranya “Bike for Dad” yang dimotori oleh Raja Maha Vajiralongkorn, yang saat itu masih menjadi Putra Mahkota. Saat tiba hari perayaan, saya berdiri di pinggir jalan raya, menanti rombongan “Bike for Dad” lewat.
Tak berapa lama, rombongan-rombongan besar lewat di hadapan saya, tua muda, bersepeda dengan semangat menggunakan baju kuning. Sungguh pemandangan unik yang tidak pernah saya lihat di Tanah Air.
Oktober 2016
“Bu, tolong bantu doakan ya, raja lagi kritis,” ucap rekan kerja saya dengan mata berkaca-kaca pada awal bulan Oktober.
Saya meng-iya-kan dengan sepenuh hati. Pada saat itu, saya sudah bisa mengerti sebesar apa rasa sayang rakyat Thailand kepada Raja Bhumibol.
ADVERTISEMENT
Namun, Sang Raja yang begitu dicintai akhirnya pergi untuk selamanya pada tanggal 13 Oktober 2016. Saya masih ingat jelas pada sore hari kami menerima konfirmasi wafatnya Raja Bhumibol, setelah seharian berspekulasi mengenai kondisi Sang Raja yang sebenarnya.
Tangis rekan-rekan saya yang berkebangsaan Thailand pecah, bagaikan ditinggal orang tua sendiri. Mau tidak mau, saya turut terbawa suasana. Pada perjalanan pulang ke rumah, saya juga banyak melihat banyak orang dengan mata basah dan hidung memerah karena menangis. Haru sekali rasanya melihat betapa rakyat Thailand mencintai rajanya.
Setelah Raja Bhumibol meninggal, jutaan rakyatnya dari seluruh Thailand berbondong bondong datang ke Grand Palace untuk memberikan penghormatan terakhir. Pada kesempatan itu, saya menyaksikan fenomena yang menarik.
ADVERTISEMENT
Atas nama bakti kepada mendiang raja, ribuan warga Thailand mendaftarkan diri menjadi sukarelawan di Grand Palace dan sekitarnya. Tak sedikit juga warga Thailand yang menyediakan mobil dan motornya untuk mengantarkan para pelayat secara gratis dari stasiun skytrain, terminal bis, dan stasiun kereta ke Grand Palace. Pemerintah Thailand mengumumkan masa berkabung yang berlangsung selama satu tahun.
Oktober 2017
Bulan Oktober 2017 menandai berakhirnya masa berkabung di Thailand. Setelah satu tahun berbaju warna monokrom, akhirnya rakyat bisa menggunakan pakaian berwarna warni lagi.
Sejak Raja Bhumibol wafat, seluruh rakyat Thailand memang konstan menggunakan pakaian warna monokrom (hitam, abu-abu, putih, coklat dan krem), sementara para pegawai pemerintahannya diwajibkan menggunakan pakaian hitam. Selain itu, kami yang tinggal di Thailand juga sudah terbiasa menggunakan pin hitam bertuliskan “9” dalam aksara Thai yang melambangkan Raja Rama IX atau sekadar pin pita hitam.
Sang Raja dikremasi pada 26 Oktober 2018 malam di krematorium kerajaan yang khusus dibangun untuk sang Raja. Sejak Januari 2017, krematorium temporer tersebut telah dibangun di lapangan Sanam Luang, yang berada di depan Grand Palace, tempat jenazah Raja Bhumibol disemayamkan.
ADVERTISEMENT
Pembangunan krematorium tersebut menghabiskan waktu selama 8 bulan dengan melibatkan ratusan seniman ukir terbaik di Thailand. Krematorium temporer tersebut dibuka untuk umum pada Agustus 2017. Bentuknya yang cantik sangat tidak menyiratkan bahwa setelah kremasi, krematorium tersebut akan dibongkar.
Kenapa Raja Bhumibol Adulyadej begitu dicintai rakyatnya?
Jika mau jujur, setelah 1,5 tahun tinggal di Thailand, saya melihat dengan jelas hasil betapa hasil pemikiran Raja Bhumibol telah membawa rakyat Thailand menuju kemakmuran. Sebut saja perhatian Raja Bhumibol di sektor pertanian, yang telah membawa Thailand menjadi salah satu pemain utama di bidang beras dan buah-buahan.
Salah satu kawan saya yang merupakan generasi milenial Thailand menyatakan bahwa hingga tahun 2016, 70% dari rakyat Thailand hanya mengenal satu raja, yaitu Raja Bhumibol Adulyadej yang telah memerintah sejak tahun 1950.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Raja Bhumibol juga dicintai rakyatnya karena dia juga mencintai rakyatnya. seperti tercermin di ucapannya semasa hidup: "They say that a kingdom is like a pyramid: the king on top and the people below. But in this country, it's upside down".