Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Tekanan Interdependensi Kolombia dalam FTA dengan Israel
29 Oktober 2024 8:22 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Stevano Sembiring tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengapa Kolombia masih mempertahankan FTA dengan Israel meski sudah memutus hubungan diplomatik? Apakah solidaritas moral Kolombia sedang diuji oleh interdependensi ekonomi dengan Israel? Bagaimana perspektif liberalisme ekonomi menjawab dilema Kolombia tersebut?
ADVERTISEMENT
Kolombia termasuk salah negara yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai respon solidaritas terhadap Palestina. Kolombia sudah mulai mewanti-wanti Israel dan menyerukan solidaritasnya terhadap Palestina semenjak Oktober 2024. Secara resmi, Kolombia memutus hubungan diplomatiknya dengan Israel pada Mei 2024 lalu.
Meskipun hubungan diplomatik terputus, tetapi hubungan perdagangan masih terjalin. Salah satu yang menarik untuk dilihat adalah kontinuitas hubungan perdagangan Kolombia dengan Israel dalam bentuk free trade agreement (FTA). FTA merupakan sebuah perjanjian antara dua atau lebih negara untuk mengurangi atau menghilangkan hambatan perdagangan, seperti tarif dan kuota, guna memfasilitasi pertukaran barang dan jasa yang lebih bebas.
Dari sisi politik perdagangan internasional, FTA berfungsi sebagai instrumen diplomatik strategis yang dapat mempertahankan hubungan ekonomi meskipun hubungan diplomatik formal mengalami hambatan atau bahkan terputus. Hal ini karena FTA memungkinkan negara-negara untuk tetap menjaga interaksi ekonomi dan pertukaran komersial yang saling menguntungkan. Harapannya, hubungan perdagangan dapat berkontribusi pada stabilitas politik dalam jangka panjang. Perjanjian semacam ini juga memperlihatkan bagaimana perdagangan bebas sering kali dikelola sebagai entitas yang relatif independen dari dinamika politik domestik atau permasalahan diplomatik.
ADVERTISEMENT
Hubungan Bilateral Israel dan Kolombia
Hubungan diplomatik Israel dan Kolombia sudah lama dibangun sejak tahun 1953. Sejak itu, hubungan tersebut berkembang menjadi kemitraan yang kuat, terutama dalam bidang militer, perdagangan, inovasi, dan kebudayaan (Peckel, 2019). Pada era modern, Kolombia menerima dukungan intelijen dan konsultasi militer dari Israel untuk melawan kelompok pemberontak dan perdagangan narkoba, termasuk melalui suplai senjata melalui kerja sama perdagangan internasional.
Salah satu momentum formalisasi hubungan kerja sama perdagangan internasional antara Kolombia dengan Israel adalah melalui Free Trade Agreement (FTA) yang ditandatangani kedua negara tahun 2013. Meskin sudah ditandatangi tahun 2013, terdapat pelik proses implementasi yang membuat FTA ini mulai berlaku delapan tahun kemudian, tepatnya pada 11 Agustus 2020 . Sifat perjanjian ini, tentu selain mengikat, adalah berlaku untuk jangka waktu yang tidak terbatas (indefinite). Selain itu, perjanjian dagang ini akan tetap berlaku sampai salah satu pihak memutuskan untuk mengakhiri atau mengubahnya sesuai prosedur yang disepakati.
Dilema Politik-Ekonomi FTA bagi Kolombia
ADVERTISEMENT
Bentuk FTA tersebut menjadi dilema tersendiri bagi Kolombia. Dilema muncul karena di satu sisi, FTA ini dapat mendorong ekspor dan meningkatkan kerja sama ekonomi antara Kolombia dan Israel. Kolombia mendapat manfaat dari penghapusan tarif, terutama produk teknologi tinggi dan komponen industri, yang mencerminkan keunggulan Israel di sektor teknologi. Di sisi lain, kebergantungan pada perjanjian bilateral ini bisa menciptakan narasi keberpihakan dan ketergantungan Kolombia terhadap Israel yang sedang menjadi pelaku kejahatan humaniter.
Namun, kebengisan Israel merupakan sebuah tindakan anomali yang menggoyahkan efektivitas FTA ini. Semenjak serangan Israel di Jalur Gaza Oktober 2023, Kolombia mulai menunjukkan kehati-hatian dalam berinteraksi dengan Israel. Kehati-hatian ini semakin tereskalasi menjadi peringatan keras dan berujung pada pemutusan hubungan diplomatik pada Mei 2024.
ADVERTISEMENT
Beberapa meragukan pemutusan hubungan diplomatik ini. Pemutusan diplomatik ini dianggap mengancam suplai senjata melawan perdagangan narkoba yang menjadi pergulatan pemerintah Kolombia dengan kelompok kartel. Selain perdagangan narkoba, Kolombia juga memanfaatkan FTA dengan Israel untuk memudahkan fasilitas jet tempur buatan Israel untuk serangan udara melawan geriliyawan FARC yang beroperasi di medan daratan yang sulit.
Tampak ada ujian moralitas di sini. Senjata yang digunakan Kolombia adalah senjata yang mungkin sama, atau paling tidak produsennya, digunakan oleh Israel untuk melakukan kejahatan genosida. Kolombia di bawah pemerintahan Gustavo Petro menegaskan komitmen mereka terhadap humanitarianisme. Petro di depan rakyatnya menegaskan “If Palestine dies, humanity dies” sebagai pegangan teguh mereka dalam membela kemanusiaan di Palestina.
Pemutusan Hubungan Diplomatik ≠ Penghentian FTA
Pemutusan hubungan diplomatik tidak secara otomatis mengakhiri perjanjian perdagangan, termasuk FTA, karena perjanjian tersebut biasanya diatur oleh ketentuan hukum internasional yang dapat melampaui hubungan diplomatik. Untuk mengakhiri FTA, biasanya negara harus memberikan pemberitahuan resmi kepada mitra dagang sesuai dengan periode waktu yang disepakati dalam perjanjian. Selain itu, negara FTA wajib untuk menginformasikan WTO tentang perubahan atau pengakhiran perjanjian, karena WTO mengawasi FTA untuk memastikan kesesuaiannya dengan aturan perdagangan multilateral.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan aturan resmi FTA yang termuat dalam keputusan kedua negara, tampaknya akan sedikit menjadi kendala. FTA kedua negara tidak memiliki batas waktu tertentu (indefinite) sehingga akan berlaku terus menerus sampai salah satu pihak memutuskan untuk mengakhirinya. Dalam kasus ini, apabila Kolombia hendak memutuskan untuk menghentikan FTA sebagai konsekuensi politiknya, maka Kolombia wajib memberikan pemberitahuan sebelumnya paling tidak enam bulan sebelum penghentian efektif.
Rezim internasional seperti WTO tidak secara langsung terlibat dalam keputusan penghentian hubungan diplomatik, tetapi memastikan bahwa keputusan tersebut tidak melanggar aturan perdagangan multilateral. Saat ini, pilihan untuk memutuskan hubungan perdagangan sepenuhnya berada di tangan Kolombia atau Israel. Namun, untuk melihat lebih kritis, posisi pemutusan hubungan ini seharusnya dikenakan ke Kolombia dengan keberpihakan terhadap Palestina dibanding Israel yang tidak terlalu memusingkan urusan perdagangan bilateral.
ADVERTISEMENT
Situasi ini mengilustrasikan konsep interdependensi kompleks yang menjadi inti teori liberalisme dalam hubungan internasional. Dalam konteks ini, ketergantungan ekonomi antarnegara menjadi penyeimbang dalam hubungan internasional yang memungkinkan penyelesaian konflik melalui diplomasi dan dialog, alih-alih melalui kekuatan militer. Teori Keohane dan Nye (1977) menunjukkan bahwa dalam hubungan ekonomi yang saling menguntungkan, stabilitas global dan kemajuan ekonomi dapat diperkuat karena negara-negara memperoleh manfaat dari spesialisasi dan efisiensi yang lebih tinggi. Ketergantungan ekonomi Kolombia pada Israel dalam hal teknologi militer dan persenjataan menciptakan tekanan bagi Kolombia untuk tidak memutuskan secara cepat kontrak perdagangan bebas (FTA) dengan Israel, meskipun hubungan diplomatik formal telah terputus.
Bagi Kolombia, FTA dengan Israel bukan hanya soal perdagangan, tetapi juga soal akses terhadap teknologi dan dukungan militer strategis, yang menjadi penting bagi keamanan nasionalnya. Kebergantungan ini bersifat dua arah: di satu sisi, Kolombia membutuhkan Israel sebagai mitra penyedia teknologi militer, sementara di sisi lain, Israel melihat Kolombia sebagai pasar ekspor yang strategis untuk produk-produk industrinya. Dengan demikian, hubungan timbal balik yang kompleks ini menempatkan Kolombia dalam dilema, di mana kepentingan ekonominya terkait erat dengan stabilitas dan kemitraan dengan Israel, bahkan ketika tekanan politik mendorong untuk memutus hubungan.
Jika Kolombia memilih untuk memutus FTA ini, akan ada konsekuensi besar, termasuk kebutuhan untuk mencari mitra alternatif yang dapat menyediakan dukungan strategis dan suplai militer yang setara. Situasi ini menggambarkan bahwa interdependensi ekonomi memainkan peran penting dalam membentuk dinamika hubungan internasional, dengan menciptakan dilema dan peluang untuk mempertahankan stabilitas meskipun ada tekanan politik. Kolombia, yang memiliki catatan ketergantungan pada senjata dan teknologi militer canggih milik Israel, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mencari mitra alternatif yang dapat memberikan dukungan strategis dan suplai militer dengan kualitas yang setara dengan Israel.
ADVERTISEMENT
Alarm Belum Berbunyi
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda Kolombia memberikan pemberitahuan resmi untuk mengakhiri FTA dengan Israel, sesuai dengan ketentuan perjanjian yang mensyaratkan pemberitahuan enam bulan sebelumnya. Hal ini mungkin mencerminkan perlunya pertimbangan lebih matang oleh Kolombia untuk mencerna dilema yang dirasakan. Kolombia harus berhati-hati menyeimbangkan kepentingan nasionalnya dengan komitmen kemanusiaan yang telah dinyatakan pemerintahannya.
Melalui perspektif liberalisme, kasus Kolombia-Israel menunjukkan bahwa hubungan ekonomi yang saling terkait, meski diwarnai konflik moral dan politik, tetap memiliki kekuatan untuk menjaga stabilitas dalam hubungan bilateral di tengah perubahan konstelasi internasional.