Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pada Pertengahan Ajaran Islam
6 Juni 2022 17:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sufyan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Judul: Pengantar Studi Islam
Penulis: Dr. Enok Risdayah, Dr. Asep Iwan, Dr. Rohmanur Aziz
ADVERTISEMENT
Penerbit: PT. Remaja Rosda Karya
Cetakan: Oktober 2021
Halaman: 262
ISBN: 978-602-446-565-0
Harga: Rp80.000
Saat ini, Indonesia terbelah dalam prilaku Islam yang sangat condon alias fanatis. Yakni condong ke kanan alias radikal, dan atau condong kiri alias liberal. Yang satu sangat menekankan tekstual, satunya lagi longgar dan cenderung bebas menafsirkan ajaran Islam.
Di sisi lain, sejak pandemi bersemi bahkan mengganas, pengajaran Studi Islam berubah bentuk. Webinar marak di mana-mana, termasuk juga interaksi penuntut ilmu kemudian makin lengket saja dengan platform digital. Situasi ini, sebagaimana bidang lain, tentu ada plus minus.
Kita mulai dari minusnya, terutama dari sisi etika. Kerap ditemukan prilaku penuntut ilmu tidak elok, seperti mudah menyalahkan dan gampang menghakimi. Ini terjadi karena adab tidak didahulukan di atas ilmu, sehingga mudah "meledak".
ADVERTISEMENT
Ini penting karena pandemi dan kelekatan digital telah membuat sebagian penuntut ilmu dimonopoli pemahaman satu mazhab/firqah. Nilai-nilai keberagaman hilang, sehingga hilang pula etika penghormatan satu sama lain. Jadinya, dia merasa paling benar, dan yang lainnya salah dan sesat.
Karena itu, buku ini dirasa penting menjadi salah satu text book bagi usia fase mahasiswa terutama di kampus Islam. Sebab, di usia fase pencarian jati diri, resiko terperosok dalam fanatisme sangatlah besar.
Maka, buku dari mata kuliah Studi Islam dan sejenisnya ini wajar berada di garis depan dalam mengkampanyekan moderasi Islam, Islam garis tengah yang menghormati berbagai pemikiran dan tidak fanatis satu mahdzab.
Nilai plus buku, dengan sendirinya, akan reduksi dan hindari sikap ekstremisme beragama yang bisa muncul termasuk di kampus. Terutama kemudahan memvonis bidah, syirik, dan kafir kepada pihak/teman berbeda paham keagamaan. Apalagi, lulusan perguruan tinggi, adalah penerus kehidupan bangsa ini di segala sektor. Bayangkan jika lulus dengan kacamata kuda mudah menyalahkan mereka yang beda pandangan? Bangsa ini sulit bergerak maju, karena debat kusir menjadi kebiasaan yang didahulukan daripada kolaborasi dan kerja bersama.
ADVERTISEMENT
Buku yang satu ini mendedahkan pemahaman mendasar Islam dalam bingkai moderat, perlu, namun dengan pemaparan tidak sejumud biasanya. Ini mendorong siapapun, tak hanya mahasiswa, untuk membaca dengan antusias. Hal ini dikarenakan, aneka persoalan dan dinamika keberagamaan di buku SI sebelumnya cenderung kaku. Padahal, lingkungan terus bertumbuh dan menuntut respons faktual-kontekstual. Maka itu, buku SI yang satu ini menjadi basis pengetahuan agama bagi civitas akademik dengan sudah disertai pengembangan wacana aktual yang menyesuaikan perkembangan dialektika isu kekinian.
Selain memaparkan kajian Alquran dan Hadis, konten di dalamnya menjelaskan kerangka teoritik bahwa ajaran agama tidak lagi hanya bisa dilihat melalui satu-dua keilmuan. Menafsirkan Alquran selain harus mumpuni bersastra Arab dan keilmuan agama, juga sudah waktunya melibatkan keilmuan lain macam sosiologi, psikologi, antropologi.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, kiranya setelah membaca buku ini, mahasiswa bakal menyimpulkan bahwa tidak sembarang orang bisa menjadi ustaz, dai, penceramah. Tidak mudah juga cepat melabelkan seseorang menjadi panutan beragama sekadar cakap bicara dan berbusana Islami.
Terpenting lagi dari buku ini adalah bahwa substansi ajaran Islam adalah kemudahan dalam menjalani praktik beragama (namun bukan dimudah-mudahkan) seraya selalu mengedepankan keluhuran budi. Insya Allah.