Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
MURid Goes to Bali
7 Juni 2023 5:34 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 17 September 2023 11:04 WIB
Tulisan dari Sugeng Winarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Lho,…lho,…lho,…gak bahaya tah?”
Begitu komentar beberapa teman saat saya menulis status di WhatsApp (WA) tentang rencana MURid touring motor ke Bali.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Muhammadiyah University Riders (MURid), sebuah komunitas motor dosen dan karyawan Kampus Putih Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengaspal di Bali. Setelah direncanakan cukup lama, akhirnya ketemu waktu yang pas, saat libur bersama pada tanggal 1-4 Juni 2023.
Sebanyak sepuluh riders bertekad bulat menyusuri jalanan di Bali. Kuda besi tunggangan para MURid beragam. Merk, CC, dan torsi motor tak harus seragam. Motor bebek pun boleh ikut melaju dalam touring yang bertajuk “MURid Goes to Bali” kali ini. Prinsip perjalanan bareng MURid kali ini adalah perjalanan santai, tak harus berkejaran berburu waktu.
Dalam perjalanan touring kali ini, saya putuskan naik motor matic. Keputusan menggunakan motor ini terbilang mendadak. Pada Rabu pagi (31/5), sebelum berangkat tiba-tiba keinginan touring pakai motor matic itu muncul. Padahal beberapa hari sebelumnya, saya sudah persiapan dalam perjalanan yang cukup jauh ini bakal menunggangi motor Yamaha XSR 155 yang belum lama saya miliki.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan saya menggunakan Honda PCX ketimbang Yamaha XSR adalah soal posisi riding. Pengalaman pakai Honda XSR dalam touring bareng MURid tujuan Malang-Solo PP saat menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Solo, badan saya kurang nyaman. Punggung dan pundak terasa pegel. Ini terjadi karena posisi riding Yamaha XSR dengan postur tubuh saya kurang bisa rileks. Saya cenderung membungkuk, pergelangan tangan juga terasa lebih cepat capek.
Tak punya waktu lama, segera saya bawa tunggangan besi Honda PCX warna putih produk Jepang itu ke bengkel langganan keluarga kami untuk ganti oli dan service. Saya minta mekanik Honda untuk mengecek sejumlah komponen penting. Karena motor saya terbilang selalu service rutin, maka tak ada komponen tertentu yang perlu diganti. Van belt, rem, ban, masih sangat bagus. Saya cukup service ringan dan mengganti oli mesin dan oli matic.
ADVERTISEMENT
Perjalan touring kali ini bagi saya di MURid merupakan trip terjauh. Pada sejumlah touring sebelumnya jarak tempuh memang tak pernah panjang. Touring-touring kami sebelumnya biasanya hanya berburu tempat ngopi, kulineran, dan berburu spot foto indah di daerah pegunungan dan pantai di sekitar Kota Malang. Sesekali kami juga melakukan perjalanan jalur pendek untuk sekadar Sunmori (Sunday Morning Ride).
Sepuluh riders MURid yang berangkat trip to Bali kali ini dengan motor yang beragam. Saya dengan Honda PCX, sementara teman-teman saya; Pak Bayu pakai Honda Vixion, Pak Eka pakai Yamaha Xmax, Pak Ari dan Pak Rahadi mantap pakai Scorpio, Pak Mahfud nyaman pakai Honda Vario, Pak Mujiono pakai motor Suzuki, Pak Zamzami pakai motor Honda, Pak Luqman dengan Honda Scoopy, dan Pak Nur naik Honda Kharisma kesayangannya.
ADVERTISEMENT
Di MURid memang tak menyoal apa pun merk motornya. CC (cubical centimeter) dan torsi mesin juga tak perlu besar. Motor segala merk dan CC bisa gabung MURid. Karena MURid memang bukan klub motor gede (moge). MURid juga bukan komunitas motor yang suka ugal-ugalan di jalan. MURid tak punya nyali kebut-kebutan karena kami hanyalah penunggang kuda besi amatiran. Spidometer di motor kami tak sering melewat kecepatan pada angka 65 sampai 75 kilometer per jam. Suara knalpot motor kami juga tak pernah sampai memekakkan telinga.
Bagi kami, bergabung MURid adalah katarsis dan penyaluran hobi. MURid juga bisa jadi obat stres di saat jenuh menjalani rutinitas dan padatnya kegiatan dan agenda kampus yang harus kami jalani. Jadi, MURid bukanlah komunitas motor yang tujuannya mau pamer kuda besi seperti beberapa klub moge milik orang-orang tajir yang sering showoff di jalanan itu.
ADVERTISEMENT
Seperti dalam perjalanan touring ke Bali kali ini. Dengan berbekal kendaraan yang kami punya masing-masing dan kemampuan berkendara yang pas-pasan, kami beranikan diri mencatat sejarah dan mengukir memori bersama MURid dengan menyusuri jalanan menuju Pulau Dewata Bali.
Sejatinya semua di antara kami sudah pernah beberapa kali mengunjungi pulau Bali sebelumnya. Namun, kunjungan kali ini tentu berbeda. Karena pada kunjungan sebelumnya biasanya rekreasi dalam rombongan bus dan mobil pribadi. Rasanya tentu beda. Sensasi berkendara motor roda dua di Bali itu yang coba ingin kami rasakan bersama.
Daya pikat pulau Bali, apalagi saat liburan, cukup mengundang niatan kami semakin kuat untuk mencoba menikmati liburan di Bali dengan cara yang berbeda. Kami sepakat touring dengan gaya backpacer-an. Kami juga berpikir jika pakai mobil, tentu tak bisa bermanuver lebih leluasa di jalan karena kemacetan. Dengan motoran, kami bisa menyelip di antara bus-bus pariwisata, dan kendaraan pribadi yang memadati jalanan di kota dan jalan-jalan menuju dan keluar dari sejumlah destinasi wisata di Bali.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan MURid kali ini, kami juga membawa misi silaturahmi dengan beberapa Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) di Bali. Kami juga merencanakan bertemu dengan sejumlah alumni, serta menjalankan misi sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UMM.
(BERSAMBUNG)