Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
MURid Incip Durian Wonosalam
5 Februari 2024 8:20 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Sugeng Winarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Sugeng Winarno
Touring MURid (Muhammadiyah University Riders) kali ini tak begitu jauh. Touring Sunmori (Sunday Morning Ride) tujuan Wonosalam Jombang. Ada event tahunan “Kontes Durian Unggul Wonosalam.” Seperti dalam touring motor sebelumnya, perjalanan kali ini adalah riding santai, menikmati keindahan alam karunia Tuhan.
ADVERTISEMENT
Berawal dari status WhatsApp (WA) sahabat saya, saya lihat flyer berwarna hijau dengan gambar durian besar dibawahnya tertulis “Kontes Durian Unggul Wonosalam.”
Woro-woro acara itu selanjutnya saya share di WA Group (WAG) MURid. Ternyata ada beberapa teman tertarik datang ke Wonosalam naik motor.
Kita, para MURid, cukup penasaran dengan acara kontes durian Wonosalam ini, selain kita juga ingin menyusuri jalanan pegunungan yang berkelok dan turun naik dengan hawa yang sejuk.
Ada tak kurang 76 durian lokal Wonosalam yang ikut kontes pada Minggu, 4 Februari 2024.
Kegiatan dilaksanakan dalam tiga hari, tanggal 4, 8, dan 10 Februari. Acara ini merupakan rangkaian dari acara puncak “Kenduren Wonosalam,” yang dihelat pada 3 Maret 2024.
ADVERTISEMENT
Saya, Mas Eka, Pak Mahfud, Mas Mujiono, Pak Luqman, Mas Suyianto, dan Gus Wahid. Sebenarnya Pak Kepala Sekolah MURid (Pak Zakariya) tertarik ikut, tetapi beliau ada tugas ke Singapura. Demikian juga dengan Pak Ari, Pak Nurudin, dan beberapa teman lain tak bisa membersamai touring kali ini karena ada tugas luar kota.
Saya cek di google map, Bukit Senja Wonosalam, lokasi tempat acara, berjarak dari rumah saya sekitar 75 kilometer. Trip satu di speedometer motor saya riset nol. Untuk mengukur jarak perjalanan Pulang Pergi (PP) hari ini.
Titik kumpul disepakati di Bengkel Rinjani UMM. Bengkel punya kampus Universitas Muhammadiyah Malang ini memang sering dijadikan titik temu para MURid.
Sekitar pukul 6.30 pagi, Mas Suyianto nge-share foto sudah di lokasi titik kumpul.
ADVERTISEMENT
Sambil menunggu semua kumpul, beberapa teman cek motor, isi bahan bakar, cek tekanan ban, dan atur kaca spion. Mas Mujiono memutar lagu dari speaker yang tertempel di stang motor Suzuki kesayangannya.
Fix, kita bertujuh siap menuju Wonosalam Jombang. Mas Eka menjelaskan pilihan rute menuju lokasi. “Lewat Pujon atau Cangar? Pilihannya hanya dua,” kata Mas Eka.
Akhirnya pilihan untuk berangkat jatuh lewat Cangar dengan jalan berkelok beberapa tanjakan berbonus pemandangan tanaman aneka sayur yang hijau dan subur.
Setelah Mas Luqman memimpin do’a. Kita bertujuh siap di motor masing-masing dan secara berurutan meninggalkan Bengkel Rinjani UMM.
Leader touring kali ini Mas Eka. Dengan motor Yamaha Xmax kesayangannya, Mas Eka mengawali tarik gas motornya, disusul Gus Wahid, Pak Mahfud, Mas Suyi, saya, Mas Luqman dan Mas Muji.
ADVERTISEMENT
Memasuki daerah Bumiaji Batu, hawa sejuk, cenderung dingin mulai terasa. Lanjut melaju menuju Cangar dengan kelokan dan tanjakan.
Saya, Pak Mahfud, Mas Muji, Gus Wahid harus sering tarik kopling dan naik turunkan gigi motor, sementara Mas Eka, Mas Suyi, dan Mas Luqman tinggal tarik dan kendorkan gas saja karena motornya matic.
Di tengah hutan Cangar kita berhenti sejenak untuk berforo bersama. Segerombolan monyet hutan Cangar menunggu para pengendara yang mungkin melempar makanan ke arah mereka. Kita terus melintas, sambal sesekali Mas Luqman harus berhenti mengambil gambar pemandangan pegunungan yang indah dengan cuaca cerah yang mendukung.
Setelah lepas jalan berkelok Cangar, kita putuskan mampir ngopi dan ternyata Gus Wahid dan Mas Luqman belum sarapan. Kopi pahit, jahe panas, dan pecel menemani istirahat kita. Sambil Mas Mujiono sibuk mengambil gambar dan video demi konten.
ADVERTISEMENT
“Unggah foto, biar Pak Hendarto (salah satu teman yang tidak jadi ikut) tahu kita jadi ke Wonosalam, “kata salah satu teman.
Namun sayang, di lokasi susah sinyal.
Sekitar pukul 10 pagi, kita memasuki area Wonosalam. Mas Eka yang terus memandu jalan sesuai petunjuk Google Map di HPnya.
Tak berapa lama akhirnya kami tiba di lokasi acara, depan WTC Wonosalam.
Sebuah rest area luas. Kita memarkir motor, terdengar suara sahabat saya yang menjadi pemandu acara penjurian kontes durian kali ini.
Kita bertujuh memasuki arena kontes.
Sebelumnya kami sudah mengisi online form yang dibagikan panitia.
Nama-nama kita sudah masuk di barisan orang yang diberi kesempatan untuk ngincipi (mencicipi) duren yang telah dinilai oleh juri.
Pemandu acara memanggil kita untuk duduk di kursi dan disajikan durian untuk diincipi dan diberi komentar. Kata Gus Wahid, “durian ini ketebalan dan pahitnya kurang”.
ADVERTISEMENT
Sementara durian yang diincip Pak Mahfud isinya terlalu besar, hingga dagingnya tak membalut penuh isinya.
Kalau durian yang saya makan ternyata ada bagian yang masih keras.
Saat saya tanyakan ke panitia, memang durian yang dilombakan adalah dunia yang baru dan langsung petik pohon. Jadi lebih enak dan matang semua kalau dimakan tiga atau empat hari pasca petik.
Saya dan teman-teman baru tahu bahwa untuk memilih durian ungguhnya banyak sekali kriterianya. Diantaranya adalah dilihat dari bentuk luar lewat bentuk buah, warna kulit, dan ketebalan kulit. Durian terbaik juga dilihat dari isi yaitu warna daging edible texture pungge dan lajur isi buah, serta dilihat dari rasa yakni pahit manis gurih dan pulen.
ADVERTISEMENT
Sayang, kita para MURid tak bisa berlama-lama di meja incip-incip durian unggul Wonosalam karena harus berbagi dengan pengunjung yang lain.
Akhirnya kita semua mundur dari lokasi acara dan melanjutkan explore Wonosalam ke tempat lain.
…..
bersambung,…..