Konten dari Pengguna

Trend Sastra di Era Milenial

Sulvia Aisyah
Mahasiswi PBSI UIN Jakarta
13 November 2021 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sulvia Aisyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Novel sastra (Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Novel sastra (Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Indonesia, kata “sastra” identik dengan “kesusastraan” yang berkaitan dengan coretan yang indah, namun dalam istilah lain, kesusastraan ialah karangan atau tulisan yang indah dan menggunakan seni bahasa sebagai media. Sastra juga dikenal dengan ungkapan mimik manusia yang berupa karya tulisan dan lisan berdasarkan pemikiran, khayalan, pengalaman, pendapat hingga perasaan dalam bentuk yang kreatif, semua yang realistis dibungkus dalam balutan estetika melalui media bahasa.
ADVERTISEMENT
Sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan sarana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Karya sastra adalah luapan perasaan manusia yang bersifat individu dan berupa pengalaman, ide, pemikiran, dan perasaan dalam bentuk mimik kehidupan yang dapat mengembangkan pesona dengan instrumen bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan.
Sastra di zaman sekarang, tidak hanya diperkenalkan melalui karya tulis tetapi, dengan lagu. Banyak sekali musisi yang mengembangkan karya sastra kedalam sebuah lagu. seperti Nadin Amizah, Sal Priadi, dan Jason Ranti. Mereka memperkenalkan sastra dengan cara memasukkan beberapa karya puisi ke dalam sebuah lagu dan menjadikan nya sebagai instrumen yang sangat indah dan menarik untuk didengar. Seperti dalam lagu Nadin dan Sal yang berjudul “Amin Paling Serius” Terdapat Puisi yang sangat elok dan indah untuk dinikmati.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit dari mereka yang mulai memperkenalkan sastra melalui internet dengan cara mengunggah sekudung quotes dan karya-karya puisi cinta lalu diunggah ke media sosial, sastra memang sangat identik dengan khayalan percintaan dan romantismenya. Membahas tentang sastra tentu merupakan sebuah perbincangan yang tak heran untuk dibahas. Sudut pandang masyarakat kebanyakan berpendapat bahwa sastra sangat identik dengan ciri khas anak indie, novel, puisi dan dunia khayalan. Dulu, mereka beranggapan bahwa sastra sangat kaku dan membosankan, tetapi melalui perkembangan zaman mereka mulai meninggalkan pernyataan tersebut dan mulai mencari tahu, lalu menggemari sastra.
Menikmati sastra di zaman modern seperti ini lebih mudah, tidak seperti dulu jika ingin menikmati sastra harus membeli buku atau pergi ke perpustakaan karena sastra bisa dinikmati melalui media elektronik, bahkan tidak jarang dari mereka yang mulai terinspirasi untuk membuat karya-karya tulis. Bahkan dari mereka yang mulai membuat sebuah karya buku dari sekudung quotes, dan puisi-puisi dan beralih menjadi penulis dadakan. Bersastra tidak hanya bisa menghasilkan karya tulis tetapi juga bisa menghasilkan uang. Anak milenial juga mulai mengaransemen puisi-puisi menjadi musikalisasi, dubbing dongeng, diekspor ke media sosial.
ADVERTISEMENT
Sastra tidak hanya tentang membaca buku, membaca dongeng, maupun membaca puisi-puisi. Sastra juga memiliki banyak manfaat bagi penikmat nya seperti, sastra dapat memberikan hiburan, sastra juga dapat mendidik, lalu sastra adalah keindahan yang didalam nya terkandung banyak pesan moral, sastra juga mempunyai fungsi Religius contohnya, adalah puisi Tuhan karya Taufik Ismail yang diangkat menjadi lagu oleh Bimbo.
Tinjauan Pustaka
Tafsir, Ahmad, 2006. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Rosda Karya.
ADVERTISEMENT
Primandhika, S. S., M. Pd, Bias, Restu, 2018. Jurnal Perkenalan Sastra
Safarudin, Balok. Jurnal Distribusi dan Pemetaan Jenis-jenis Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang pada Masyarakat Tutur Bahasa Bugis di Pulau Lombok