Konten Media Partner

Ine Febriyanti Perkenalkan Sisi Lain Cut Nyak Dhien Melalui Pentas Monolog

29 Agustus 2018 14:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ine Febriyanti Perkenalkan Sisi Lain Cut Nyak Dhien Melalui Pentas Monolog
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
MEDAN, SumutNews.com | Sosok Cut Nyak Dhien menjadi insprasi bagi kaum wanita di Indonesia. Perjuangan Cut Nyak Dhien pun selalu dikenang dan namanya juga pernah terlupakan.
ADVERTISEMENT
Seorang Indonesia bernama Sha Ine Febriyanti mengangkat lagi kisah Cut Nyak Dhien melalui pentas monolog. Aksinya memukau penonton yang hadir di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan, pada Selasa 28 Agustus 2018 malam.
"Sebagai seorang pejuang dan juga seorang ibu, Cut Nyak Dhien, melalui cerita sejarahnya, banyak memberikan inspirasi bagi saya. Dari Cuk Nyak Dhien kita belajar tentang keberanian, prinsip serta perlawanan sekuat-kuatnya dan tak henti," katanya.
Didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, kegiatan ini diselenggarakan mulai dari 27 April hingga September 2018. "Kita melakukan pementasan di Bali, Makassar, Solo, Surabaya, Kudus, Tasikmalaya, Bandung, Medan, Padang dan Padang Panjang," ujarnya.
Ia mengatakan, Cut Nyak Dhien sebagai seorang istri dan ibu yang juga goyah ketika kehilangan menghampiri kehidupannya. Dikenal sebagai seorang perempuan pejuang perkasa, Cut Nyak Dhien tak pernah menunjukkan kepedihan hati maupun dukanya saat ditinggal pergi orang yang dikasihinya, sang suami, Teuku Ibrahim atau Teuku Umar.
ADVERTISEMENT
"Cut Nyak Dhien memiliki prinsip harus tetap terlihat tegar di depan anaknya, sebagai seorang ibu, juga di depan mereka yang membutuhkan tuntunan dan kepemimpinannya," ungkapnya.
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian mengungkapkan, nama Cut Nyak Dhien sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Sejak berada di bangku sekolah dasar, Cut Nyak Dhien diperkenalkan sebagai seorang perempuan pejuang perkasa dari Nanggroe Aceh Darussalam yang pantang menyerah.
"Ine mengenalkan sisi lain Cut Nyak Dhien yang juga merupakan seorang perempuan, seorang istri dan ibu yang tangguh dalam monoloh ini. Pentas ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih dalam mengenai sosok Cut Nyak Dhien, serta menginspirasi masyarakat luas melalui semangat dan kegigihannya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Karya ini disutradarai dan dimainkan Sha Ine Febriyanti, dan dipentaskan pertama kali pada tahun 2014 di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta dan dibawa berkeliling ke beberapa kota di Indonesia Pada 2015. Tahun ke-109 kepergian Cut Nyak Dhien, monolog ini dipentaskan kembali pada 16 November 2017 di Bentara Budaya, Jakarta dan Kuala Lumpur pada 7 Februari 2018.