Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Meneladani Wesley Sneijder: Jangan Terlalu Ngoyo Kalau Kerja
5 Juni 2020 17:58 WIB
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau mau, Wesley Sneijder mengaku sebetulnya dia bisa menjadi megabintang laiknya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi . Cuma sayangnya, dia ogah.
ADVERTISEMENT
Lho, kenapa? Bukannya enak jadi superstar sepak bola dengan gaji melimpah dan dipuja banyak orang?
Sembarangan. Jalan menuju predikat 'megabintang' tidaklah mulus, melainkan terjal dan melelahkan. Sneijder tahu itu, paham bahwa ada banyak hal yang harus dikorbankan jika ingin memiliki karier seperti Ronaldo dan Messi.
"Aku bisa saja menjadi seperti Messi atau Ronaldo. [Namun] aku tak merasa begitu tertarik. Aku menikmati hidupku, aku bisa menikmati makan malamku," katanya kepada Gianluca Di Marzio .
"Leo dan Cristiano berbeda, mereka telah membuat banyak pengorbanan. Dan itu tidak masalah bagiku. Karierku, meskipun demikian, masih luar biasa," lanjutnya.
Masuk akal. Si eks bintang Timnas Belanda tidak perlu memenangi Ballon d'Or sampai lebih dari lima kali atau menciptakan tubuh atletis laiknya 'monster' untuk diakui sebagai pemain hebat. CV-nya selama 17 tahun (2002-2019) berkarier sebagai pemain sudah cukup oke, kok.
Namanya harum di kalangan fan Ajax Amsterdam, Real Madrid , Inter Milan , dan Galatasaray, serta mungkin juga di kalangan penggemar OGC Nice dan Al-Gharafa. Bersama empat klub yang pertama, Sneijder bisa menjuarai liga domestik.
ADVERTISEMENT
Namun tetap saja, memori terindahnya adalah saat dia membela Nerazzurri (2009-2013). Pada musim perdananya, bersama skuat yang dilatih Jose Mourinho, gelandang serang kelahiran Utrecht itu merengkuh predikat treble winner--sesuatu yang belum pernah dicapai Ronaldo dan dua kali diraih Messi.
Segala pencapaian itu mungkin tak bisa meyakinkan orang di seluruh dunia bahwa dia adalah "pemain terbaik di dunia", tetapi siapa peduli?
Dengan prestasi yang 'segitu saja', Sneijder sudah bisa berbangga di depan anak/cucunya bahwa "Ayah/kakek pernah memenangi ini dan itu". Pria yang pada 9 Juni nanti bakal genap berusia 36 tahun itu berkarier secara efisien, tidak ngoyo.
Apa Sneijder malas? Enggaklah. Dia hanya tahu kapan dan sampai mana batas dirinya untuk bekerja keras. Kalau dirasa sudah cukup, ya, cukup.
ADVERTISEMENT
Entah ini berhubungan atau tidak, tetapi etos kerja Sneijder itu persis seperti orang Belanda pada umumnya. Ya, orang-orang di 'Negeri Kincir Angin' dikenal sebagai masyarakat yang mafhum dalam menyeimbangkan karier dan rekreasi.
Kalian tahu? Pada 1919, Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organisation/ILO) menetapkan batas maksimal jam kerja untuk seluruh buruh di dunia, yakni 48 jam per pekan.
Sementara di Belanda, kalian tahu berapa rata-rata jam kerja orang-orang di sana?
Berdasarkan IAMEXPAT (situs web yang rajin mengulas gaya hidup di Belanda dan Jerman), standar jam kerja di Belanda adalah 36-40 jam per pekan, (7-8 jam sehari), lima hari seminggu. Kalau kamu, Sabtu/Minggu suka disuruh masuk, enggak?
Standar rata-ratanya adalah 38 jam per pekan dan karyawan berhak menerima lebih banyak gaji jika bekerja lebih dari itu. Cuan, cuan, cuan.
ADVERTISEMENT
Fakta itu diperkuat oleh hasil penelitian yang dipaparkan oleh CBS.nl bahwa, pada 2016, pria bekerja rata-rata 36 jam seminggu dan wanita 26 jam. Tertarik pindah ke Belanda?
Entah apakah Wesley Sneijder membawa prinsip kerjanya di negaranya ke mana pun dia pergi atau tidak. Namun yang pasti, darinya kita belajar bahwa kalau kerja itu jangan terlalu ngoyo. Tidak menjadi yang "terbaik di dunia" dan enggak punya koleksi mobil sport bukanlah aib, kok.
----
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini .