Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenang Francesco Totti sebagai False 9 Ulung AS Roma
19 Mei 2020 16:04 WIB
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sepanjang kariernya membela AS Roma dan Timnas Italia, Francesco Totti lekat dengan citra sebagai kreator serangan, playmaker, fantasista, atau apa pun istilahnya. Selama Totti ada di lapangan, celah untuk timnya mencetak gol nyaris selalu ada.
ADVERTISEMENT
Para penyerang Giallorossi macam Abel Balbo, Gabriel Batistuta, hingga Vincenzo Montella pernah terbantu oleh kecerdikannya mengkreasi peluang. Begitu juga dengan Christian Vieri maupun Luca Toni di skuat Gli Azzurri.
Meski begitu, pernah ada suatu masa ketika Totti ditransformasi menjadi seorang penyerang. Luciano Spalletti adalah 'pesulap' yang sukses mewujudkan itu.
Sebelumnya kami perjelas, dalam stori ini, kita berbicara tentang AS Roma yang dibesut Spalletti selama 16 Juni 2005 hingga 1 September 2009. Atau biar gampang, sebut saja Roma era Spalletti periode I.
Sekadar menekankan, maksud 'nol' dalam pernyataan Spalletti barusan adalah Totti ditempatkan di pos penyerang, dengan peran yang disebut false 9. Formasi dasarnya tampak seperti 4-5-1, tetapi sebenarnya 4-6-0.
Apa pemicu lahirnya ide tersebut? Sebenarnya, sih, awalnya karena kepepet.
ADVERTISEMENT
Pada musim 2005/06, skuat Roma dihantam badai cedera. Tiga penyerang mereka kala itu, Antonio Cassano, Vincenzo Montella , dan Shabani Nonda, mesti masuk ruang perawatan. Alhasil, tercetuslah eksperimen tersebut.
Apa bedanya false 9 dengan penyerang nomor 9 pada umumnya?
Ini berkaitan dengan pergerakan si pemain di lapangan. Totti tidak diperintahkan untuk tetap 'anteng' di kotak penalti lawan dan area sekitarnya, melainkan disuruh aktif bergerak untuk membuka ruang.
Tujuannya mengacaukan pemosisian pemain-pemain lawan yang disuruh menjaganya. Peran false 9 membuat para pemain lawan kebingungan: Kalau mengikuti Totti terus, kompaksi formasi bakal rusak; tetapi kalau enggak, ya, bisa bahaya pemain sekaliber Totti dibiarkan bergerak bebas.
ADVERTISEMENT
Ternyata, hasilnya bagus. 'Serigala Ibu Kota' bahkan bisa membuat rekor 11 kemenangan beruntun di Serie A (21 Desember 2005-26 Februari 2006) berbekal formasi 4-6-0, meski Totti absen di dua laga di antaranya (perannya diambil Taddei atau Montella).
Dengan begitu, Spalletti menjadikan Roma tim yang disegani di kompetisi domestik. Dua trofi Coppa Italia dan sebiji trofi Piala Super Italia berhasil digamit. Di Serie A, meski gagal merebut Scudetto, Roma setidaknya bisa menjadi runner-up selama tiga musim beruntun.
Totti, secara individual, juga merasakan benefit-nya. Selama era Spalletti periode I, pemegang 58 caps Timnas Italia tersebut tak pernah mencetak kurang dari 15 gol di lintas ajang per musimnya.
Prestasi paling menonjol adalah ketika Totti mencetak 26 gol di Serie A 2006/07. Berkat pencapaian itu, dia mendapat penghargaan topskorer Serie A dan boleh membawa pulang Sepatu Emas Eropa.
ADVERTISEMENT
Pada musim terakhir Spalletti, Totti juga mengukuhkan diri sebagai topskorer sepanjang masa AS Roma dan mencatatkan namanya dalam 10 besar pemain paling produktif di Serie A . Legenda.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini .