Konten dari Pengguna

Kisah Kehidupan Anak Desa: Merakit Gethek (Bagian 2)

Suprapto-apt
Saya seorang dosen di Fakultas Farmasi UMS Surakarta. Pemerhati lingkungan sosial, traveller, dan Penulis tentang kehidupan
24 Agustus 2023 5:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suprapto-apt tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sepeda motor menaiki perahu getek. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sepeda motor menaiki perahu getek. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ada beberapa kisah seru, heroik, mengharukan bahkan tragis yang penting saya ceritakan di sini. Menyeberangkan gethek di saat kondisi sungai tenang, arus tidak besar merupakan hal yang relatif mudah dan mengasyikkan lho. Namun di saat arus sungai deras, dan volume/debit air penuh merupakan sebuah tantangan tersendiri, yang membutuhkan energi, emosi dan peluh keringat.
ADVERTISEMENT
Pernah suatu saat saya menyeberangkan penumpang dan sungai dalam kondisi arusnya besar. Sebenarnya secara perhitungan dan telah disiapkan dengan baik, namun saat gethek menyeberang ternyata terbawa arus (Jawa: kentir, ikut arus) jauh ke bawah, sehingga sampan tidak dapat berlabuh di tempat yang semestinya.
Akhirnya kami pun menjadi panik. Dengan sekuat tenaga kami berusaha untuk bisa mengendalikan sampan agar tidak terlalu jauh lagi terbawa arus. Maka saat sampan melewati ranting pohon yang menjulur ke tengah sungai, segera kami raih/saut ranting tersebut dan dengan sekuat tenaga sampan kami arahkan secara perlahan mulai bisa minggir walaupun tidak di tempat biasanya.
Alhamdulillah akhirnya rasa panik bisa mereda dan lebih tenang. Bisa dibayangkan jika sampan terikut arus jauh dan tidak dapat dipinggirkan. Hedewww... pastinya semakin panik dan menangis. Walaupun secara pribadi saya dan beberapa teman bisa renang juga.
ADVERTISEMENT
Pernah ada kejadian, di tempat dan waktu yang berbeda serta bukan sampan yang saya buat. Saya waktu itu hanya melihat dari seberang. Sampan dalam kondisi penuh penumpang dan barang bawaan. Gegara arus sungai sangat besar, tukang sampan kurang bisa mengendalikan. Sampan agak oleng. Penumpan teriak histeris dan panik. Akhirnya beberapa barang bawaan tumpah dan terbawa arus.
Alhamdulillah tidak ada korban orang yang terbawa arus. Dan yang lebih mengerikan, kejadian tersebut di malam hari waktu itu. Kami waktu itu masih usia anak-anak, belum berani berenang dan juga belum berani untuk menolongnya. Cuma bisa duduk di tepi sungai sambil berdoa semoga segera bisa tertolong semua orang tersebut dan selamat.
Bahkan ada kisah yang lebih tragis lagi. Kejadian waktu itu terjadi di Sungai Bengawan Solo, agak dekat dengan tempat kami tinggal. Sampan bermuatan anak-anak sekolah di pagi hari yang mau berangkat sekolah. Entah apa sebabnya, sampan terguling. Banyak penumpang yang terjatuh dan terbawa arus Sungai Bengawan Solo waktu itu. Ngeri, tangis, tragis, dan korban cukup banyak.
ADVERTISEMENT
Evakuasi korban dilakukan oleh tim SAR sampai beberapa hari. Satu-demi satu korban ada yang bisa tertolong dan selamat. Namun tidak sedikit korban yang tidak selamat. Bahkan sampai ada korban yang baru ditemukan setelah sekian hari dan terbawa arus sampai ke daerah Tuban Jawa Timur. Atau malah ada yang lebih jauh lagi.
Kejadian di wilayah Sragen Jawa Tengah, korban ditemukan di Jawa Timur. Ngeriii dan histeris sekali suasananya waktu itu. Semoga kejadian serupa tidak terulang kembali. Banyak cerita mistis kemudian dikait-kaitkan dengan seputar kejadian tersebut yang beredar di masyarakat dengan berbagai versinya.
Intinya bagi tukang perahu getek saat menyeberangkan penumpang mesti harus bisa melihat kondisi arus yang ada, berbahaya atau tidak. Jika sangat berisiko dan tidak memungkinkan, ya tidak usah saja. Bagi penumpang perlu ketenangan, hati-hati, dan tidak panik karena kepanikan akan menambah ketidakseimbangan sampan saat menyeberang yang bisa berdampak besar yakni tergulingnya sampan.
ADVERTISEMENT
Ada kejadian yang membuat kami merasa sangat sedih waktu itu karena kehilangan sampan yang telah kami buat dengan susah-payah sebelumnya. Kejadiannya saat itu arus sungai sangat besar yang datang di malam hari. Dan, saat pagi hari kami menuju ke sungai tersebut.
Ternyata sampan kami sudah tidak ada di tempatnya lagi alias terikut arus Sungai semalam. Padahal sudah kami ikat kuat di pohon trembesi (Samanea saman). Barangkali saking kuatnya arus yang mendera sampan saat itu, sehingga tali pengikat sampan tidak kuat menahannya yang akhirnya putus talinya.
Ya rasa sangat sedih, gelo, dan penasaran kami berkecamuk. Kok sampan hilang, ke mana? Kami sebenarnya masih berharap sampan masih bisa ditemukan kembali, semoga nyangkut di suatu tempat tertentu. Dan setelah ditelusur di sepanjang sungai ke bawah, eee… ternyata tidak ditemukan kembali sampan kami. Ya pupuslah sudah harapanku.
ADVERTISEMENT
Begitu sampan hilang, kami dan warga yang biasa memakai jasanya merasa sangat kehilangan. Beberapa warga mesti harus kembali berputar jauh atau menyeberang di tempat lainnya yang lebih jauh. Betapa besar manfaat keberadaan gethek tersebut bagi kami.
Akhirnya saya dan teman-teman memutuskan mesti harus membuat gethek lagi, dengan semangat 45 akhirnya gethek kedua bisa kami buat lagi, alhamdulillah. Demikianlah kisah nyata kami tentang gethek. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.