Konten dari Pengguna

Kisah Kehidupan Anak Desa: Serasa Makan di Hotel Bintang 5

Suprapto-apt
Saya seorang dosen di Fakultas Farmasi UMS Surakarta. Pemerhati lingkungan sosial, traveller, dan Penulis tentang kehidupan
27 Agustus 2023 5:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suprapto-apt tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sebagai anak petani, tiap hari banyak tugas yang mesti saya lakukan. Baik pekerjaan di dalam atau di luar rumah. Entah menyapu, nimpal tlethong kerbau, angon kerbau tiap pagi dan sore hari, ngguyang kerbau tiap sepulang dari angon, ngarit, tamping, matun, tunggu pitik/manuk, ngerek, mepe gabah, nyelepne gabah, ulur kacang, jagung, kedele dll.
ADVERTISEMENT
Ndaut, tempah, kentheng, mbedhol kacang tanah, panen kacang hijau, kedele, ngasak, gerek, brujul, ngluku/mluku, nggaru (nah ini yang paling asyik, karena bisa nangkring di atas luku/garu yang muter-muter, sambil teriak-teriak "herrr .... gyak-gyaak sambil dengarkan bapak yang rengeng-rengeng bawakan lagu-lagu Jawa (uro-uro) ....".
Tujuannya memberi semangat pada kerbau agar jangan berhenti sebelum tugasnya selesai, ndisel, (ini juga seru juga teman-teman, tugas saya tuk mindah-mindah selang air sembari keceh), kadang diajak kakak saya untuk “lep banyu” (mencari sumber air di malam hari) agar bisa mengalir ke sawah, dan tugas-tugas lainnya yang cukup banyak lhoo. Jenis-jenis tugas ini nanti akan saya jelaskan lebih rinci dan detail di belakang ya, insyaAllah.

Serasa Makan di Hotel Bintang 5

Petani beraktivitas di persawahan Desa Puca, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (8/1/2022) Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Yang paling ditunggu-tunggu dan mengasyikkan adalah saat kiriman sarapan datang yang biasanya dibawa oleh ibu atau mbakyu saya. Berupa nasi dalam tumbu, sayur dalam rantang wadah rengkot, lauk dibungkus plastik atau dibuntel daun pisang. Dalam keadaan yang kadang masih gruprut blethok, paling hanya cuci tangan. Terus ambil sesuai porsinya, dan makan dehh.
ADVERTISEMENT
Wahhhh lezatnya …... Coba bayangin ya sarapan di galengan (pematang sawah) sawah, kadang pakai piring gembreng, kadang hanya pakai daun jati atau daun pisang.
Sambil kakinya angkung-angkung di kalen yang airnya jernih, masih banyak ikan wader, cethol atau kotes yang bersliweran di antara kaki. Diterpa angin sepoi-sepoi hangat. Woooo indahnya suasana itu.
Meski hanya makan dengan sayur kulupan/gudhangan atau sayur bening atau sayur gudek atau sayur gedhek (yang penting rasanya bung ….) atau sayur oseng-oseng, dan lauknya tempe goreng, gereh pethek, sesekali rempah welut, plus sambel korek atau sambel tomat, namun nikmatnya wauuuu mak nyooossss tak kalah lhooo dengan makan di hotel bintang 5 (Eee ….. emangnya pernah makan di hotel bintang 5 Bro?
ADVERTISEMENT
Anuuu kok … maksudnya sampai bisa nambah porsi 2 sampai 3 kali, sampai habis nasi sebakul. Mangtabbbfuu dan lezaaatttoss. Itulah rutinitas anak desa, membantu orang tua di sawah.
Ilustrasi Petani. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Asyiik kan teman-teman menjadi anak desa itu? Masih banyak hal-hal yang menyenangkan lhooo menjadi anak desa itu. Kalau ada waktu longgar misalnya hari libur Nasional atau selepas pulang sekolah.
Karena dulu kami kan sekolah paling cuma sampai jam 10 untuk anak kelas 1-3, atau sampai jam 12 - 13 untuk kelas 4-6, benar kan teman-teman ya? Tidak sekolah full day seperti jaman sekarang ini. Sehingga waktu untuk bermain bersama teman-teman relatif lebih panjang.
Waktu tersebut bisa untuk nangkring di atas pepohonan (talok, jambu biji, manga, godril/munggur, bambu, dll). Sambil memetik buahnya yang matang, yang mengkal (kemrampo = setengah matang) sampai habis tak bersisa.
ADVERTISEMENT
Kadang lotisan, rujakan dari bahan-bahan sederhana misal babal, mlanding muda, sinom (daun asem muda), daun papaya, bentis (mengkudu), asem muda, dll. Setelah jarak beberapa hari kemudian disambangi lagi buah-buah sudah pada mateng lagi.
Allah SWT berikan karunia-Nya pada alam sungguh luar biasa. Pohon-pohon itu seakan tak pernah bosan untuk berbuah, meski sering dirontokin anak-anak setiap saat, namun terus berbuah seakan tidak mengenal musim. Gimana teman-teman asyiik kan ya? Nah keseruan dan pendalaman cerita pada masing-masing nanti akan saya perdeatail lagi pada seri-seri berikutnya insyaAllah.