Konten dari Pengguna

Emosional Seorang Pemimpin

Yadie MDR
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7 Mei 2022 14:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yadie MDR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Emosuonal Seorang Pemimpin: Suryadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Emosuonal Seorang Pemimpin: Suryadi
ADVERTISEMENT
Seorang pemimpin dalam pengelolaan suatu organisasi tidak hanya menguasai keterampilan berkomunikasi dan pengelolaan teknis tetapi juga harus mempunyai kecerdasan emosional melihat pentingnya mengidentifikasi dan mengelolaan emosi diri sendiri dan orang lain bukan hanya sekedar tukang “Perintah” setelah itu menikmati hasilnya.
ADVERTISEMENT
Tidak bisa ditawar lagi bahwa pintar secara emosional, disiplin, memberikan semangat dan contoh yang baik pada bawahannya dan dapat memberikan cara kreatif dalam sistem kerja. Seorang pemimpin juga harus memberikan kontribusi lebih pada perkembangan kinerja bawahannya, mampu memberikan pengaruh yang positif, bisa memaksimalkan potensi-potensi tim untuk memberikan peningkatan progres.
Menjadi seorang pemimpin adalah orang yang selalu bisa berinteraksi dengan banyak orang yang beda karakteristiknya baik di lingkungan kerja maupun di luar kerjaannya. Hal itu bisa dilakukan dengan dewasanya emosional, biasanya itu datang dan lebih matang ketika dirinya pernah ada di posisi yang sama dan merasakan menjadi karyawan biasa yang pernah menghadapi beberapa pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang berbeda.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Menteri Nadiem Makariem dalam Channel Youtube Prita Kemal Gani perihal banyaknya kesuksesan entrepreneur’s, bahwa kesuksesan mereka karena mempunyai kombinasi pengalaman, jika seseorang keluar dari universitas langsung menjadi bos dan tidak pernah menjadi kacungnya orang lain, itu menimbulkan suatu mindset yang kurang matang. Untuk bisa memimpin harus bisa mengikuti orang, in order to lead, you have to follow first. Kalau kita bisa bekerja dengan bos walaupun bosnya tidak baik atau irasional, galak dan lain-lain, proses adaptasi mental kita terhadap seorang dalam posisi otoritas itu sangat penting untuk mengenal diri kita.
ADVERTISEMENT
Nadiem Makaraiem, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia menganjurkan sebelum menjadi bos sebaiknya dites dulu apakah bisa di dunia profesional sebelum menjadi bos, bukan masalah sektor atau industrinya, kuncinya adalah apakah bisa mengikuti sebelum memimpin.
Pada intinya semua harus dilalui dengan proses, begitupun emosional di dunia profesional. Sebenarnya susah sekali seorang pemimpin bisa mengerti perasaan seorang bawahan kalau dia belum pernah menjadi bawahan sehingga sedikit dari mereka yang bisa menjaga perasaan bawahannya.
Ketika ada karyawan yang memilih resign, itu banyak dari mereka yang kesal karena tidak dihargai dan diabaikan. Kurangnya emosional seorang pemimpin membuat ketidak sadaran bahwa selama ini kata-katanya terlalu keras untuk karyawannya.
Maka dari itu pemimpin yang memulai perjuangannya dari bawah, artinya pemimpin yang dulunya hanya karyawan biasa dan bisa sukses menjadi bos maka dia lebih paham dan pintar secara emosional.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan emosional sangatlah penting dan berperan untuk mengenal emosi yang dirasakannya. Selain itu dapat memberikan rasa peka pada lingkungan dan perasaan empati pada lingkungan kerja. Jika sudah mempunyai kecerdasan emosional, maka dengan sangat mudah untuk menyelesaikan permasalahan sosial di lingkungan kerjanya, bahkan kecerdasan emosional bisa membuat mental lebih stabil.
Dengan kecerdasan emosional seorang pemimpin pasti dengan gampang untuk berempati terhadap dorongan emosi orang lain dan pintar mengatasi emosi orang lain.
Bayangkan saja jika perusahaan dengan pemimpin dan semua bawahan mempunyai kecerdasan emosional yang baik, pasti mereka memahami kewajiban dan tugasnya masing-masing. Suasana kantor sangatlah damai penuh dengan senyuman, semuanya saling berkonsultasi atas kendala yang dihadapi dan saling memberikan solusi. Tentu suasana kantor akan terlihat nyaman dengan adanya rasa saling memahami antar bawahan dan pemimpin.
ADVERTISEMENT
Wallahu a’lam.