Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Asal Usul Cina Benteng di Tangerang
7 Maret 2024 17:34 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Titin Susilawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu kala, ada sebuah cerita rakyat Cina Benteng yaitu sebutan kepada masyarakat peranakan Tionghoa yang tinggal di Tangerang. Kehadiran orang Tionghoa di Tangerang pertama kali diperkirakan sekitar tahun 1407 seperti yang tertulis dalam buku profil Kota Tangerang. Bahwa sebuah perahu datang dari Cina membawa sekitar 100 orang dan terdampar di muara Sungai Cisadane. Rombongan itu dipimpin Dhen Ci Lung. Di duga mereka merupakan rombongan armady Cheng Ho (Zheng He) seorang laksamana Tionghoa yang beragama Islam dan melakukan tujuh kali pelayanan ke Nak Yang (Laut Selatan) dengan armada yang hampir 300 kapal kayu jank serta pengikut sekitar 30.000 orang pada era dinasti Ming dari tahun 1405-1433.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu muara Cisadane di bawah penguasa lokal bernama Sanghyang Angga larang dari Kerajaan Pajajaran. Konon dalam perahu itu ada gadis dengan rupa cantik. Sanghyang Anggalarang memper suntingnya dengan kompensasi 9 bidang tanah. Maka kemudian lahirlah generasi Cina Benteng yang berkulit hitam yang sedikit membedakan dengan keturunan Tionghoa lainnya seperti Tionghoa yang berkulit putih. Percampuran warga Tionghoa dengan lokal melahirkan budaya baru yaitu saat pernikahan misalnya, perempuan Betawi biasanya menggunakan kembang goyang, sedangkan lelaki Tionghoa memakai topi dengan rambut yang diikat.
Selain itu terdapat ciri khas tersendiri mengenai masyarakat Cina Benteng yaitu :
1. Cina Benteng merupakan akulturasi antara masyarakat Sunda dan Betawi
2. Masyarakat Cina Benteng memiliki warna kulit hitam muka Chinese
ADVERTISEMENT
3. Masyarakat Cina Benteng memiliki keyakinan yang beragam, seperti Buddha, Konghucu, dan Tao
4. Serta, dalam masyarakat Cina Benteng terdapat hewan mitologi yang memiliki arti penting, Burung Phoenix dan Naga, Lambang Burung Phoenix menjadi lambang agung yang hanya dapat dikenakan oleh permaisuri kaisar Cina sebab burung Phoenix dipandang sebagai simbol kewanitaan karena burung Phoenix melambangkan sifat-sifat feminin seperti keindahan, kelembutan, dan kebijaksanaan. Lambang naga dalam budaya Tionghoa melambangkan kekuatan dan keberanian maka menjadi simbol bagi laki-laki dan digunakan oleh kaisar sebagai lambang kekuasaan. Selain itu juga , dalam kepercayaan tradisional Cina berpendapat bahwa burung Phoenix dianggap sebagai pasangan dari Naga keduanya saling melengkapi dalam konsep yin dan yang, dimana Phoenix mewakili unsur Yin sementara naga mewakili unsur Yang. Yin melambangkan unsur perempuan, sedangkan Yang melambangkan unsur laki-laki
ADVERTISEMENT
Setelah akulturasi yang terjadi, masyarakat keturunan Thionghoa ini melanjutkan hidup dengan di sektor pertanian. Disebabkan Indonesia memiliki banyak lahan subur yang cocok untuk menjalankan pertanian. Banyak orang Indonesia, termasuk masyarakat Tionghoa, memanfaatkan keadaan ini untuk menjadi petani dan mengembangkan usaha pertanian. Maka dari itu hampir semua masyarakat keturunan Tionghoa yang bekerja sebagai petani.