Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kopi Pak Jo Dan Lontong Cap Gomek
22 Juli 2022 10:21 WIB
Tulisan dari Suyitno Masdar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kerangka berpikir tentang pentingnya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai kelompok akar rumput yang dibangun dari kesamaan kondisi, pemikiran dan tujuan guna membangun kohesifitas antar anggota, meningkatkan perekonomian keluarga, dan memperkokoh modal sosial. KSM dibentuk bukan hanya untuk mendapatkan bantuan dana bergulir semata, namun menjadi media belajar bagi para anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan tentang manajemen usaha, menguatkan sikap saling menghargai dan menumbuhkan kesadaran untuk saling tolong menolong dalam mencapai kesejahteraan bersama.
ADVERTISEMENT
Kemampuan memaknai eksistensi KSM secara substansial dan paradigmatis oleh para pegiat program pada skala lokal maupun tim fasilitator sebagai Agent Of Change dalam mendorong perubahan pola pikir masyarakat menjadi penentu utama dalam mencapai keberhasilan program. Maka kecakapan para tim fasilitator untuk melakukan internalisasi peran fasilitasi, peran edukasi, dan peran teknis dalam menjalankan tugas serta tanggungjawabnya sebagai salah satu komponen program sejak era P2KP, PNPM Mandiri Perkotaan sampai dengan program KOTAKU, dalam mendorong percepatan pencapaian kondisi masyarakat yang berdaya, mandiri bahkan madani sehingga terwujud keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rekam jejak praktek baik dalam melakukan pendampingan pemanfaatan dana pinjam bergulir, dapat ditemukan pada KSM “Baitul Mu’min” yang difasilitasi oleh UPK BKM Latsari Sejahtera Kelurahan Latsari Kabupaten Tuban. Merupakan salah satu KSM Ekonomi yang dibentuk pada Tahun 2009, memilik 5 orang anggota yaitu: Surojo, Siti Rokayah, Mu’afiyah, Lasiyadi, Bambang Sirun, adapun Surojo di dapuk sebagai ketua KSM. Masing-masing anggota memiliki usaha yang berbeda sehingga KSM Baitul Mu’min disebut sebagai KSM Aneka Usaha, masing-masing anggota berhasil mengembangkan usahanya guna meningkatkan perekonomian keluarga. Terutama Surojo yang masih konsisten mengelola usaha warung kopi, sebagai salah satu sumber pendapatan untuk menopang kebutuhan keluarga.
ADVERTISEMENT
Warung kopi “Pak Jo” terletak di Jalan Basuki Rahmat sebelah timur Balai Kelurahan Latsari dan Kantor Kecamatan Tuban, tepatnya berada di depan rumah dinas Pengadilan Agama Kabupaten Tuban. Lokasi yang sangat strategis untuk mengeringkan keringat bagi abang becak dan tempat yang nyaman untuk menunggu antrian pemanggilan sidang bagi mereka yang berurusan di kantor Pengadilan Agama sembari menyeruput Kopi Pak Jo. Mendapatkan pinjaman awal sebesar Rp. 500.000,- dari dana pinjaman bergulir UPK-BKM Latsari Sejahtera pada tahun 2009, Pak Jo bersama dengan istri tersayang menekuni usahanya dengan penuh semangat, “Menjalani hidup ini yang penting ikhtiar dengan sungguh-sungguh selebihnya kita nrimo ing pandhum”, Ujar Pak Jo menjelaskan filosofi hidupnya. Ia melanjutkan,”Yang penting selalu bersyukur, orang seperti saya ini yang penting ada beras sak genggem merem, sak bathok ngorok”. Pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Pria paruh baya yang tetap terlihat bugar pada usianya yang menapaki 58 tahun ini selalu terlihat optimis. Usaha warung kopi dilengkapi dengan nasi bungkus dan gorengan, kalau buka mulai pagi hingga malam, memperoleh penghasilan rata-rata sebesar Rp. 300.000,- perhari. Cukup untuk mengangsur pinjaman di UPK-BKM Latsari Sejahtera ditambah dengan penghasilannya sebagai waker (Penajaga malam) pada kantor Pengadilan Agama Kabupaten Tuban, sebesar Rp. 1.500.000,- per bulan, dapat digunakan untuk membiayai pendidikan dua orang putranya dan kebutuhan hidup keluarganya. Si sulung sudah kelas X di salah satu SLTA Negeri, sedangkan si Bungsu masuk kelas VII di salah satu SLTA Negeri di Kota Tuban. Pak Jo Mengungkapkan,”Saya menyampaikan terima kasih telah dipercaya memperoleh pinjaman dana bergulir dari UPK-BKM Latsari Sejahtera, sehingga terus dapat mempertahankan usaha untuk menambah penghasilan keluarga”. Tutur Pak Jo dengan tulus.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan Siti Rokayah, anggota KSM Baitu Mu’min yang akrab di sapa Bu siti, pun mengelola warung makanan yang berlokasi tidak jauh dari tempat usaha warung kopi Pakjo, berada di sebelah timur Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Tuban, tepatnya di sebelah kiri pintu masuk Gang Sunan Muria. Bu Siti jualan lontong yang terkenal dengan sebutan “Cap Gomek”, maksudnya “Garek Ngamek” atau tinggal mengambil saja, mana yang disukai oleh pelanggan, pasalnya lontong ditaruh didalam baki pada lapak dagangannya, sehingga para pelanggan tinggal mengambil saja sesukanya. Lontong Cap Gomek dipadukan dengan kuah kare ayam diselingi potongan tahu dengan racikan bumbu yang sangat menggugah selera.
Perempuan dari 2 putri ini memulai usahanya dengan modal sepenuhnya dari pinjaman dan bergulir UPK-BKM Latsari sejahtera sebesar Rp. 500.000,- berkat keuletan dan kegigihannya, usaha tersebut terus berkembang dan memiliki pelanggan yang loyal. Tidak hanya berasal dari dalam kota Tuban, bahkan menyebar sampai wilayah pelosok kecamatan Merakurak, Jenu dan Palang. Siti juga menerima pesanan untuk hajatan dan acara-acara lainnya dengan harga yang cukup terjangkau. Jika dagangannya dibuka mulai pagi hingga sore hari dan semua terjual habis, maka siti dapat mengumpulkan keuntungan rata-rata Rp. 350.000,- Cukup untuk membayar angsuran kepada UPK, berbelanja kebutuhan keluarga dan sebagiannya di tabung.
ADVERTISEMENT
Ditanya tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap usahanya, Ibu dari Nabila Nur Diyanah danKalisah Nur Akhifah ini mengungkapkan, ”Alhamdulillah tetap lancar, sebab sudah punya pelanggan loyal dan lontong cap gomek punya citarasa yang khas”, Siti melanjutkan,”Volume dagangan tetap saya jaga, tidak berlebih dan tidak berkurang, begitupula dengan citarasanya, sehingga pelanggan merasapuas”, tuturnya. Rupanya itulah rahasia kelancaran dan keberkahan dagangan Bu Siti, tidak pongah ketika laris dan tetap bersyukur ketika sedang sepi, wujud sikap qona’ah yang dilakoni secara istiqomah.
Penggalan cerita Warung kopi Pak Jo dan Lontong Cap Gomek Bu Siti, hanya sebuah puzzle yang sempat dideskripsikan sebagai apresiasi atas kegigihan para pejuang perekonomian keluarga yang dapat memanfaatkan dana amanah pinjaman bergulir yang di kelola oleh UPK-BKM. Sangat diyakini bertebaran praktek baik yang diperankan oleh KSM diseantero negeri. Bagi para pendamping program pada berbagai level, hendaknya menjadi stimulir untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas agar mampu memberikan inspirasi untuk mendorong KSM-KSM lain memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna beradaptasi pada era disrupsi dan tanggap terhadap kondisi pada masa pandemi, ada baiknya mengingat kembali untaian kata para bijak bestari,”Pada akhirnya, semua orang hanya sibuk mengurus dirinya sendiri. Kepentingan dirinya, untung-rugi, uang dan popularitas. Tapi hanya yang tetap peduli dan saling berbagi yang benar-benar beruntung”. (YIM).
ADVERTISEMENT