Konten dari Pengguna

Menjadikan 'National Interest' sebagai Vísi Kepemimpinan

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
13 April 2025 15:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: National interest (Sumber: Dino Januarsa. Under the Unsplash License)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: National interest (Sumber: Dino Januarsa. Under the Unsplash License)
ADVERTISEMENT
Kepentingan nasional adalah fondasi utama yang menjaga eksistensi, kedaulatan, dan arah masa depan suatu negara. Ia merupakan rumusan tentang apa yang paling dibutuhkan dan harus dicapai oleh suatu bangsa dalam menjaga integritas, stabilitas, dan kesejahteraannya. Dalam sejarah pemikiran politik, tokoh Romawi kuno Marcus Tullius Cicero menekankan bahwa negara yang ideal adalah yang mengabdi pada bonum commune atau kebaikan bersama. Baginya, politik sejati tidak dapat dipisahkan dari keadilan dan akhlak karena tujuan negara adalah melindungi kehormatan, hukum, dan kesejahteraan rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif Cicero, pemimpin sejati adalah mereka yang menjadikan kepentingan nasional sebagai komitmen moral dan akal sehat demi tegaknya keadilan. Ia menolak kekuasaan yang dibangun atas tipu muslihat atau kepentingan pribadi, karena itu hanya akan menjerumuskan negara pada kehancuran. Prinsip ini menjadi penegas bahwa kepentingan nasional bukan sekadar strategi kekuasaan, melainkan ikhtiar luhur untuk menjaga martabat kolektif suatu bangsa.
Kekuatan dari kepentingan nasional terletak pada kemampuannya menyatukan berbagai kepentingan partikular ke dalam satu arah yang strategis. Ketika kepemimpinan berakar pada kesadaran akan pentingnya kepentingan nasional, maka seluruh instrumen negara akan bergerak dengan sinkron menuju tujuan bersama. Hal ini mendorong terciptanya kebijakan yang berpihak pada rakyat, melindungi kedaulatan negara, serta memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan global yang kompetitif dan kompleks.
ADVERTISEMENT
Penerapan kepentingan nasional dalam kehidupan bernegara memberikan dampak positif secara struktural dan kultural. Secara struktural, ia mendorong tata kelola pemerintahan yang konsisten, stabil, dan berorientasi jangka panjang. Secara kultural, ia membangun semangat kebangsaan dan tanggung jawab kolektif dalam masyarakat. Ketika pemimpin dan rakyat sama-sama bergerak dalam kerangka kepentingan nasional, maka terciptalah iklim sosial yang kuat, mandiri, dan tangguh.
Di tengah tantangan globalisasi, perubahan iklim, ketegangan geopolitik, dan kompetisi ekonomi, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak sekadar visioner, tetapi juga konsisten menghidupi nilai-nilai kepentingan nasional. Sebab dalam situasi seperti ini, hanya negara yang memiliki arah dan prinsip nasional yang kuatlah yang mampu bertahan dan tumbuh. Kepentingan nasional menjadi pelindung terhadap intervensi asing dan distorsi kebijakan yang merugikan rakyat.
ADVERTISEMENT
Teori sistem politik yang dikembangkan oleh David Easton relevan untuk memahami peran kepentingan nasional di era modern. Easton memandang negara sebagai sistem terbuka yang menerima input dari lingkungan dan menghasilkan output dalam bentuk kebijakan. Di sinilah pentingnya kepentingan nasional sebagai filter dan penyaring terhadap segala bentuk input: hanya aspirasi yang sesuai dengan cita-cita kolektif bangsa yang akan diproses menjadi kebijakan. Dalam konteks Indonesia, ini berarti bahwa demokrasi harus diarahkan pada substansi, bukan hanya prosedur.
Bagi Indonesia yang plural dan kaya sumber daya, kepentingan nasional harus dimaknai sebagai kesepakatan luhur untuk menjaga kemajemukan dalam bingkai persatuan, serta memanfaatkan kekayaan alam dan budaya demi kemakmuran yang berkelanjutan. Kepentingan nasional tidak boleh menjadi slogan kosong, tetapi harus dijadikan etika dasar dalam setiap pengambilan keputusan publik. Pemimpin yang berpegang teguh pada prinsip ini akan menjadi penuntun bukan hanya bagi pemerintahannya, tetapi juga bagi arah sejarah bangsanya.
ADVERTISEMENT
Pemimpin yang memahami nilai strategis dari kepentingan nasional akan memaknai kekuasaan sebagai amanah. Ia tidak akan mudah tergoda oleh kepentingan sesaat, tekanan kelompok, atau arus populisme yang menyesatkan. Ia akan membangun sistem yang kokoh, memperkuat institusi negara, serta merancang kebijakan yang menjangkau generasi mendatang. Kepemimpinan seperti inilah yang dibutuhkan Indonesia untuk menjadi bangsa yang berdaulat dan berdaya saing.
Kini saatnya kita menuntut lahirnya pemimpin-pemimpin yang menjadikan kepentingan nasional sebagai kompas moral dan strategis dalam bertindak. Bangsa ini tidak kekurangan tokoh pintar, tetapi membutuhkan lebih banyak pemimpin berjiwa negarawan. Tanpa itu, Indonesia hanya akan terus berputar dalam siklus kepemimpinan yang kehilangan arah. Maka, menjadikan kepentingan nasional sebagai panglima dalam bernegara adalah syarat mutlak untuk menjemput masa depan yang berdaulat, adil, dan sejahtera.
ADVERTISEMENT