Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Di Balik Marahnya Mama
11 Juni 2024 8:57 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Amanda Galya Syachrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap orang tua pasti selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Apapun akan mereka lakukan agar anaknya bisa sukses dan berhasil. Namun karena terlalu fokus untuk mencari uang, mereka lupa bahwa ada anak-anaknya yang harus diberi perhatian.
ADVERTISEMENT
Aku terlahir dari keluarga yang lengkap, aku memanggilnya ayah da
n mama. Ayah seorang supir di salah satu aplikasi transportasi online dan mama seorang pedagang warung kopi di dekat pabrik. Pendapatan ayah sebagai seorang supir tidak mencukupi biaya sehari-hari. Oleh karena itu, mama berinisiatif untuk berdagang.
Dari dulu mama memang orang yang sedikit tempramen, ia mudah sekali untuk tersulut emosi. Tak jarang, jika merasa kecapekan mama melimpahkan kekesalannya kepada anak-anaknya di rumah. Pernah waktu itu, aku tidak langsung melakukan apa yang ia perintahkan dengan segera. Alhasil, mama marah sejadi-jadinya.
Selama aku hidup di dunia, aku selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik dan penurut. Aku juga tidak pernah melakukan hal aneh-aneh yang bisa merugikan nama baik keluarga dan selalu berusaha untuk menjadi anak yang mandiri serta menjadi contoh baik untuk adikku.
ADVERTISEMENT
Tapi terkadang, apa yang aku lakukan tidak terlihat di mata mama. Aku merasa aku tidak pernah cukup untuknya. Saat mama marah, ia pasti berbicara dengan nada tinggi dan membentak. Hal ini tidak terjadi sekali dua kali melainkan hampir setiap mama marah dan aku hanya bisa diam.
Sehingga tanpa sadar, aku mempunyai ketakutan dan trauma sendiri ketika mendengar teriakan atau suara kencang yang mengagetkan. Hanya suara kursi jatuh pun jantungku langsung berdebar dengan kencang.
Setiap hari mama sibuk berdagang, sampai rumah sudah capek lalu langsung mandi dan berbaring di kasur. Ia tidak pernah menanyakan keseharianku, bagaimana aku di kampus, atau sekadar menanyakan kenapa aku terlihat murung. Karena itulah aku tidak dekat dengan mama atau ayah. Mereka ada, mereka aku lihat setiap hari, tetapi aku merasa jauh dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Hingga suatu waktu dan pada saat itu aku sedang merasa burnout karena urusan perkuliahan yang tidak ada habisnya. Mama kesal kepadaku dan kali ini teriakan dan suara bentakannya sangat kencang. Ini pertama kalinya mama berteriak sekencang itu kepadaku. Aku hanya bisa menangis dan mengatakan, “sudah ma.. sudah.. kakak takut mama bentak-bentak.. kakak gemetaran.. iya kakak salah.. kakak minta maaf.”
Namun, mama malah semakin membentak dan meninggikan suaranya. Saat itu, mama benar-benar tersulut emosi. Aku semakin menangis sambil menutup telinga dengan kedua tanganku yang gemetaran. Aku benar-benar ketakutan.
Beberapa saat setelahnya, aku dan mama sudah sama-sama tenang. Lalu mama memanggilku dan meminta maaf kepadaku karena telah kelepasan tidak bisa mengontrol emosinya. Aku pun langsung meminta maaf kepadanya karena sudah berani menjawab saat mama marah dan mengakui kesalahanku.
ADVERTISEMENT
Aku juga mengatakan apa yang tidak pernah aku sampaikan sebelumnya, bahwa aku ingin lebih diperhatikan dan ditanya tentang keseharianku. Aku dan mama sama-sama merasa capek dengan urusan masing-masing tetapi aku mau kami bisa saling membesarkan hati dan bertukar cerita sepulang beraktivitas.
Mama menerima apa yang aku sampaikan dan disitu kami langsung berpelukan. Saat ini kami sedang berusaha untuk memperbaiki semuanya. Aku juga mencoba untuk lebih mengerti mama, agar hal seperti ini tidak sering terjadi.
Pernah tebersit di benakku kenapa mama selalu sering marah untuk hal-hal yang aku anggap sepele. Tapi semakin dewasa dan aku sudah mampu melihat semua ini dengan sudut pandang yang lain, sehingga sekarang aku sudah tidak berpikiran buruk tentang mama lagi.
ADVERTISEMENT
Rasanya sangat jahat jika aku hanya menyalahkan mama, padahal ia sudah mati-matian berjuang untuk mencukupi kebutuhanku. Ini juga pertama kalinya ia menjadi orang tua. Alasan mama marah pun pasti tidak terlepas dari aku yang salah dan mama ingin memberi pelajaran agar aku menjadi lebih baik.
Di balik mama yang sering marah dan tempramen. Mama adalah orang paling baik yang aku kenal dan perjuangannya untuk keluarga kami tidak main-main. Setiap pagi mama selalu bangun pagi untuk siap-siap berdagang agar bisa memberikan aku dan adikku ongkos untuk ke kampus dan sekolah.
Tak jarang ditengah kesibukannya dalam berdagang mama menyempatkan untuk memasak makanan kesukaan aku atau adikku. Ia selalu berpesan untuk aku dan adikku tidak sering bertengkar. Ia mengajarkan kami untuk saling menghormati dan memaafkan. Untukku, ia adalah mama yang paling terbaik. Mungkin aku akan hilang arah jika tidak ada mama.
ADVERTISEMENT
Mama seseorang yang ramah dan mudah bergaul. Ia juga selalu mengusahakan dan membantu orang lain yang sedang memerlukan bantuan. Bahkan terkadang aku melihat mama terlalu baik kepada orang-orang dan mungkin karena terlalu baik itulah mama sering mendapat kekecewaan. Sehingga, ia memendam kesal dan akhirnya mudah tersulut emosi.
Ya Allah, aku ingin mama selalu diberi kebahagiaan, kesehatan dan panjang umur. Agar aku bisa memberikan apa yang ia inginkan, meskipun tetap saja itu tidak sebanding dengan apa yang telah ia berikan dan lakukan untukku.
Aku bukanlah anak yang baik. Terkadang, aku membuat kesalahan, mengabaikan nasihatnya, dan membuatnya khawatir. Namun, semua yang sedang aku usahakan saat ini adalah proses untuk membuatnya bangga terhadapku.
ADVERTISEMENT
Ma, maafkanlah anakmu ini. Semoga aku bisa segera membahagiakanmu dan membuatmu bangga. Kakak sayang mama.